Kemurkaan (2)
Kemurkaan (2)
Hong Luan, tunggu aku … setelah aku membalaskan dendammu, aku akan menemanimu bahkan hingga ke ujung bumi, surga atau akhirat dan selama-lamanya!
Hong Ling membuka mulutnya namun pada akhirnya tidak meminta Nangong Yunyi untuk tetap tinggal. Sekali lagi, Hong Ling berbalik dan menatap pada wajah damai Hong Luan sementara dengan lembut menggenggam tangan Hong Luan yang sedingin es.
"Luan'er, Nangong Yunyi adalah anak yang baik. Sayangnya, kalian berdua tidak berjodoh."
"Aku penasaran apakah kau bisa menemukan ibumu di dunia akhirat sana. Jika berjodoh, kalian berdua akan bertemu … Akan tetapi, bagaimana kau begitu kejam meninggalkanku di dunia ini sendirian?"
"Meskipun demikian, aku tidak menyalahkanmu. Kau telah menepati janjimu dan aku bangga padamu …. "
Hong Luan tidak bisa mendengar Hong Ling sementara penampilan Hong Luan terlihat damai, tanpa rasa sakit ataupun penderitaan sembari berbaring dengan tenang di atas tempat tidur, terlihat seperti tertidur. Orang lain bisa menyadari bahwa Hong Luan telah kehilangan nyawanya ….
….
Di dalam Provinsi Timur.
Mungkin merasakan suasana yang aneh, Yun Luofeng berhenti dan mengerutkan keningnya. "Yun Xiao, apakah kau merasakan ada sesuatu yang aneh?"
Berdiri di satu sisi, Yun Xiao masih tidak berekspresi dan tidak berperasaan. Jubah hitam panjangnya berkibar di antara angin sepoi-sepoi dan tidak kurang menarik perhatian para wanita.
"Tidak yakin." Semenjak memasuki Provinsi Timur, Yun Luofeng menyadari bahwa kota itu tidak sesibuk aktivitas seperti sebelumnya. Sebaliknya, kota itu terlalu sepi ….
Tidak tahu mengapa, Yun Luofeng merasa gelisah. Mendongak pada Kediaman Gubernur Timur, Yun Luofeng berkata. "Yun Xiao, Ibu, ayo kita pergi ke Kediaman Gubernur dan melihat-lihat."
Setelah meninggalkan Benua Angin dan Awan, lokasi kedatangan Yun Luofeng berada di luar Provinsi Timur. Oleh karena itu, jika Yun Luofeng ingin tahu apa yang terjadi, cara tercepat adalah mencari Hong Luan ….
Memikirkan ini, Yun Luofeng mempercepat langkahnya dan buru-buru bergegas ke arah Kediaman Gubernur Timur.
Kediaman Gubernur dihiasi dengan kain sutra putih dan semua orang yang masuk dan keluar mempunyai ekspresi yang sedih.
Seketika, hati Yun Luofeng teremas dengan erat. Mungkinkah, seseorang meninggal di Kediaman Gubernur Timur?
"Paman Kedua!" Tiba-tiba, Yun Luofeng melihat sosok yang dikenalnya dan buru-buru memanggil.
Mendengar suara Yun Luofeng, tubuh Yun Qingya menegang dan menoleh dengan tidak percaya. Saat itu juga, penampilan wanita yang cantik itu tercermin di mata Yun Qingya yang jernih.
"Feng'er, kau … kau telah kembali?" Bibir Yun Qingya bergetar. Namun, ketika mengingat kematian Hong Luan, perasaan bersalah dan duka membayang-bayangi kebahagiaannya.
Namun berikutnya, wajah Yun Qingya membeku ….
"Kakak ipar?" Mata Yun Qingya menatap tak bergerak pada Bai Ling yang sedang berdiri di samping Yun Luofeng. Keterkejutan bisa terlihat di wajah Yun Qingya yang tampan. "Feng'er, siapa wanita ini? Kenapa dia sangat mirip dengan kakak ipar?"
"Kakak Kedua." Bai Ling melirik pada ekspresi Yun Qingya dan tersenyum tipis. "Mengapa, kau tidak menyambut kembalinya diriku?"
Suara wanita itu sangat akrab, sampai-sampai menyebabkan Yun Qingya membeku, sementara air mata perlahan muncul di matanya.
"Kau benar-benar kakak ipar? Kau belum mati?"
Kakak ipar masih hidup! Dia sebenarnya masih hidup ….
Yun Qingya berkonflik dengan perasaannya yang sekarang. Jika bukan karena kematian Hong Luan, mungkin Yun Qingya sudah akan melompat gembira. Sayangnya, kematian Hong Luan membuat Yun Qingya menjadi sangat sedih dan oleh karena itu, tidak bisa merasa gembira.