Kota Utama, Empat Keluarga Besar (8)
Kota Utama, Empat Keluarga Besar (8)
"Oh, iya. Aku baru saja bertemu seseorang yang berwajah akrab. Aku yakin kakek sangat ingin bertemu dengannya, jadi aku memutuskan untuk membiarkannya masuk."
Pak Tua Jiang tertawa getir. Satu-satunya orang yang sangat ingin dia temui sekarang adalah Gu Ruoyun.
Sayangnya, gadis itu telah kehilangan nyawanya dalam lautan api ketika mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan Pak Tua Jiang dan Pak tua Gu. Dia tak punya peluang selamat sama sekali! Karena itu, tak peduli siapa yang Wen Yan bawa, itu tidak akan membuatnya bahagia.
Akan tetapi, ketika Pak Tua Jiang akan berbicara, terdengar suara tenang dari belakangnya, membuat sosok tuanya gemetar.
"Pak Tua Jiang, lama tak jumpa. Kamu terlihat tidak begitu sehat."
PRANK!
Salah satu bidak catur di tangan Pak Tua Jiang jatuh ke papan catur. Dia mengangkat kepala dengan tidak percaya saat tatapannya tertuju pada kilatan jubah hijau di sebelah Wen Yan. Ekspresi matanya berubah dari keterkejutan, keheranan, sebelum perlahan berubah menjadi kegembiraan. Kemudian dia berdiri dengan suara mendesing saat suara tuanya bergetar karena kegirangan.
"Gadis Gu? Apa itu benar-benar kamu?"
Dia tidak mati?
Bagaimana mungkin? Dia telah jatuh kedalam lautan api. Bagaimana mungkin dia selamat?
Wen Yan merasa ragu dan matanya bolak-balik antara Pak tua Jiang dan Gu Ruoyun.
Meski dia tahu kalau kakeknya akan senang bertemu dengan Gu Ruoyun, dia tak menyangka kakeknya akan bertingkah sebahagia ini.
Ini sama sekali tidak masuk akal!
Gu Ruoyun tersenyum lembut ketika berkata, "Ya, ini aku."
"Kamu…" Suara Pak Tua Jiang terdengar tidak percaya. "Kamu tidak mati?"
"Aku beruntung." Gu Ruoyun mengangkat bahu. "Apa kamu tidak senang melihatku selamat? Mungkinkah kamu ingin aku mati dalam lautan api itu, Pak Tua Jiang?"
Kalimat itu penuh lelucon, tetapi juga meyakinkan Pak Tua Jiang untuk sepenuhnya percaya atas kenyataan itu!
"Hahaha!"
Tepat ketika Wen Yan mengira pak tua itu telah kembali normal, terdengar tawa yang jernih dan cerah dari Pak Tua Jiang.
Senyumannya terasa bersemangat dan terdengar melalui udara di kediaman Keluarga Jiang.
"Gadis Gu, kamu benar-benar masih hidup! Apa kamu tahu kamu hampir membuat aku dan Pak Tua Gu ketakutan sampai mati hari itu? Bahkan cucuku depresi selama seharian ketika aku memberitahunya kabar itu. Baru-baru ini dia mulai berusaha keras dalam kultivasi."
Setelah jeda yang panjang, Pak Tua Jiang berhenti tertawa dan menghela nafas.
Akan tetapi, wajahnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Jika Gu Ruoyun benar-benar mengorbankan dirinya untuk mereka, dia dan Pak Tua Gu akan selamanya hidup dalam penyesalan! Tentu saja, sebagian besar adalah rasa simpati! Seorang jenius tak tertandingi seperti Gu Ruoyun seharusnya tidak tumbang seperti ini! Selama jenius ini masih hidup, suatu hari nanti, daratan utama akan menjadi miliknya.
"Kakek," Tanya Wen Yan sambil menatap Pak Tua Jiang dengan pikiran berkabut, "Apa yang telah terjadi? Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada Nona Gu?"
Pak Tua Jiang menghela nafas berat sebelum menjelaskan, "Sebelumnya, aku dan Pak Tua Gu mengalami beberapa keadaan berbahaya selama kami mencari Senjata Ilahi. Awalnya, Gadis Gu bisa saja melarikan diri. Namun, dia terjatuh kedalam lautan lahar untuk menyelamatkan kami. Jika bukan karena dirinya, kami akan menjadi orang yang kehilangan nyawa dalam lautan lahar itu."
Wen Yan tak menyangka akan ada banyak hal yang terjadi sebelum ini. Matanya memandang Gu Ruoyun penuh rasa terimakasih.
"Nona Gu, kamu sudah pernah menyelamatkan kakekku. Aku tak menyangka kamu akan menyelamatkannya lagi. Ini adalah perasaan yang akan sulit kami kembalikan sepanjang hidup kami."
Gu Ruoyun tersenyum tapi tidak mengatakan apa-apa.
Lagipula, tujuannya tidak sesederhana itu. Tujuannya yang sesungguhnya adalah seluruh Daerah Blok Utara!