Seorang Kenalan (2)
Seorang Kenalan (2)
Pasukan jajaran menengah seperti Lembah Angin hanya memiliki satu orang Martial Saint tingkat murni yang berjaga-jaga.
"Mm?"
Gu Ruoyun bergumam ketika tiba-tiba tatapannya menembus melalui kerumunan di depannya. dia melihat seseorang di tengah kerumunan dan sangat terkejut.
"Apa yang sedang dia lakukan disini?"
Seorang pemuda yang berdiri dengan menekuk pinggang di tengah kerumunan melotot geram pada sekelompok orang di hadapannya. Dia membentak marah, "Lebih baik kalian menyingkir sebelum aku memperlakukan kalian dengan tidak sopan!"
"Haha, kamu berani memperlakukan kami dengan tidak sopan?" Seorang pemuda lain yang merupakan pemimpin kelompok tersebut tertawa terbahak-bahak. Kemudian niat membunuh melintas di sudut matanya. "Cepatlah dan serahkan ramuan obat yang telah kamu dapat. Jika tidak, aku akan membiarkanmu merasakan arti dari takdir yang lebih buruk daripada kematian!"
"Apa kamu pikir aku bisa dengan mudah merasa takut?" Si pemuda tertawa mengejek. Seluruh wajahnya dipenuhi keangkuhan ketika menjawab, "Dasar sekelompok orang jelek, menyingkir dari jalanku! Kalian semua hanya berdiri disini dan menghalangi pandanganku."
"Bocah sialan, jika kamu tak ingin melakukannya dengan mudah, kita akan melakukannya dengan kekerasan!"
Sinar suram melintas di mata pemuda yang kedua. Lalu dia mengayunkan tangan dengan keras dan berkata dingin, "Karena kamu menolak menyerahkan ramuan obat itu, kalian, aku ingin kalian membunuh anak ini! Mari lihat apakah dia masih berani bertingkah kasar!"
"Baik, Tuan Sulung."
Setelah mendengar ini, kelompok orang yang berpakaian hitam menyerbu si pemuda.
Si pemuda memeluk ramuan obat berbentuk jamur di dadanya. Mata hitamnya melotot kejam pada mereka sementara dia terus terhuyung-huyung.
Sangat sulit bagi dirinya untuk mendapatkan ramuan obat ini. Pengawal Gu akan sangat menyukainya. Dia benar-benar tak ingin memberikan ramuan obat ini pada mereka!
BUG!
Tanpa sengaja tubuhnya menabrak sebuah pohon dan keringat meluncur dari dahi pemuda itu. Dia tak lagi punya ruang untuk mundur sekarang dan tangan yang memeluk ramuan obat berbentuk jamur itu dengan lebih erat.
"Anak sialan, apa kamu benar-benar akan bersikeras?"
Pemuda kedua menyipitkan mata dan melotot kejam pada pemuda itu.
Si pemuda yang tersudut itu mendengus dan tidak mengatakan apa-apa. Ekspresi wajahnya benar-benar menggambarkan segala yang ingin dia katakan. Tak peduli apapun yang terjadi dia tak akan menyerahkan ramuan obat ini.
"Baik! Jangan salahkan kami karena kejam dan tak punya belas kasih. Kalian semua, serang! Bunuh dia!"
Si pemuda kedua mengeluarkan perintah terakhir dan senyuman kejam terbentuk di sudut bibirnya. Seolah-olah dia sudah bisa melihat pemuda itu tergeletak dalam genangan darah.
Tepat ketika kelompok orang itu mendekat pada si pemuda tampan, terdengar suara dingin dan jernih menimpali dari belakang mereka, "Siapa yang ingin kalian bunuh?"
Suara itu masuk kedalam telinga si pemuda seolah-olah mereka telah terpisah selama beberapa abad.
Tanpa sadar tubuhnya langsung tidak bergerak. Dia mengangkat pandangan dengan tak percaya sebelum matanya yang terkejut dan bersemangat tertuju pada wanita berpakaian hijau. Pada saat itu, jantungnya berdetak kencang.
"Siapa kamu? Apa kamu mencoba ikut campur dalam urusan orang lain?" Pemuda kedua mengamati dua orang yang mendekat pada mereka tetapi mengabaikan mereka.
Gu Ruoyun tersenyum tetapi senyumannya tidak mencapai mata melainkan dipenuhi aura yang dingin.
"Aku tak ingin menengahi tapi, kamu sedikit tidak beruntung, anak ini adalah teman lamaku. Karena itu, aku tak punya pilihan selain ikut campur."