Bukti (3)
Bukti (3)
Tepat ketika pria itu selesai bicara, pintu ruangan tiba-tiba tertutup rapat. Mata Xia Chuxue menjadi kabur. Dia mengepalkan tinju dengan erat untuk menghentikannya agar tidak gemetar.
Gu Ruoyun, aku, Xia Chuxue, dengan ini bersumpah bahwa akan ku pastikan kamu mati di makam tanpa nama.
Pria yang membantumu juga tidak akan memiliki kematian yang damai!
Namun, kerumunan terkejut pada cara Qianbei Ye menyebut dirinya sendiri.
Bagaimanapun, hanya satu jenis orang yang diizinkan menyebut mereka sendiri sebagai 'Orang Tertinggi'– yaitu para kultivator pada jajaran Martial Supreme! Apa pria ini juga seorang Martial Supreme? Namun, menilai dari caranya berbicara, tampaknya dia tidak tertarik dengan Xia Chuxue seperti apa yang Xia Chuxue katakan.
"Pria itu pasti sangat malu setelah ditolak. Aku pikir hanya pria yang berada di samping Gu Ruoyun yang akan memiliki sifat tak bermoral seperti itu."
Xia Chuxue merangkak dari tanah dan berbicara dengan suara lembut yang dingin.
Namun, suaranya tidak cukup kuat untuk di dengar orang-orang di sebelahnya!
Tidak heran pria itu menyerang Xia Chuxue! Dia merasa sangat malu karena sudah ditolak! Jadi, apa dia pikir dia bisa bertingkah sesuka hati hanya karena dia seorang Martial Supreme? Namun dia masih ingin memaksa seorang gadis jujur untuk melakukan pelacuran? Dia pikir Nona Sulung Xia orang macam apa? Nona Sulung Xia tak pernah besar kepala dan tidak akan jatuh cinta pada seorang pria hanya karena dia kuat.
Wanita mulia dan tak tersentuh seperti itu pantas diperlakukan dengan kelembutan oleh semua orang!
Di dalam ruangan, wajah Qianbei Ye menjadi suram. Mata merah darahnya terbakar dengan niat membunuh yang tebal. Meskipun Xia Chuxue berbicara dengan suara yang sangat pelan, dengan kemampuan mendengar Qianbei Ye, dia bisa dengan sangat jelas mendengar apa yang Xia Chuxue katakan.
"Yun'er, jika bukan karena rencanamu yang tidak akan melepaskan Keluarga Xia dengan mudah, aku sudah menghancurkan mereka sekarang!"
Gu Ruoyun menyesap tehnya dan berbicara dengan sikap tak peduli, "Biarkan Xia Chuxue memfitnah dan menghina orang lain sebanyak yang dia mau untuk sekarang ini. Saat kebenaran terungkap, wajahnya akan berubah sedikit menghibur. Xiao Ye, apa kamu merekam semua yang terjadi barusan?"
Qianbei Ye tersenyum. Kemudian dia membuka telapak tangan untuk memperlihatkan hiasan permata transparan dan berkilauan di tangannya.
"Hiasan permata ini adalah sebuah senjata ilahi. Senjata ilahi ini tidak berguna dalam pertempuran tapi memiliki satu fungsi yaitu – merekam semua percakapan! Ucapan Xia Ming sudah tersimpan di dalam hiasan permata ini. Aku hanya perlu mengalirkan sedikit energi spiritual dan aku akan bisa memutar ulang suaranya."
Mungkin Xia Ming tak pernah mengharapkan ada benda seperti itu di daratan utama ini.
Lagipula, Hiasan Permata Perekam Suara ini adalah senjata ilahi dan Qianbei Ye mendapatkannya secara kebetulan demi saat-saat seperti ini!
Tentu saja, sewaktu pertama kali dia mendapat hiasan permata itu, dia tak pernah memikirkan benda itu akan digunakan seperti ini. Saat dia bertemu kembali dengan Gu Ruoyun, dia mengingat kegunaan hiasan permata itu! Itulah sebabnya dia membawa Lu Chen pergi agar Xia Ming akan muncul secara terpaksa.
Dan untuk Gu Ruoyun, dia mengatakan hal-hal itu, bukan demi mengungkapkan dirinya pada Xia Ming tapi untuk memaksa Xia Ming mengaku.
Memang, Xia Ming sangatlah percaya diri. Dia mengira bukanlah masalah besar bahkan jika dia mengaku pada Gu Ruoyun. Bagi Xia Ming, tak seorangpun yang akan mempercayai ucapan Gu Ruoyun! Namun, dia tak pernah menyangka Gu Ruoyun menghasutnya karena dia sudah melakukan persiapan yang diperlukan.
"Kapan kamu berencana untuk mengungkapkan kebenarannya pada dunia?"
Gu Ruoyun tersenyum, "Saat suhuku datang mencariku! Tidak mungkin dia tidak ada bersamaku disaat-saat seperti itu. Ngomong-ngomong, Xiao Ye, aku butuh bantuanmu."
"Baiklah."
Qianbei Ye tersenyum sambil menyetujui.
"Aku belum mengatakan bantuan apa yang ku minta dan kamu sudah setuju?"
Gu Ruoyun sedikit terperangah, Xiao Ye menyetujuinya dengan agak mudah.
Tiba-tiba, ekspresi Qianbei Ye menjadi serius. Mata merah darahnya kini kehilangan tatapan yang haus akan darah. Sebaliknya, matanya dipenuhi ketulusan hati.