Percobaan (3)
Percobaan (3)
"Jika kamu telah memutuskan maka aku akan ikut denganmu kesana. Tak peduli bahaya yang mungkin akan datang, aku akan tetap melindungimu."
Dia hanya bisa mendukung keputusan Gu Ruoyun dan akan mengikutinya tanpa ragu bahkan hingga ke ujung dunia.
"Xiao Ye, terima kasih."
Gu Ruoyun mengangkat kepalanya dan menatap pria berambut perak yang memakai jubah merah darah itu. Cahaya aneh melintas di mata jernihnya.
Cahaya bulan yang bersinar menyelimuti rambut halus, berwarna perak pria itu. Pemandangan itu begitu indah seperti mimpi.
Tetapi yang paling penting adalah, bibir merah pria itu sangat dekat dengan bibir Gu Ruoyun. Begitu dekat sehingga dia hanya perlu memiringkan kepalanya ke depan…
Tak perlu dikatakan bahwa, pada saat ini, jantung Gu Ruoyun tampaknya berhenti berdetak. Bahkan dengan Lu Chen di kehidupan masa lalunya, dia tak merasakan sesuatu yang semurni ini…
"Xiao Yun, bolehkah aku menciummu?"
Ketika dia berbicara, wajah rupawan pria itu terlihat sangat malu tetapi matanya, yang dipenuhi hasrat, memandang bibir Gu Ruoyun.
Meskipun demikian, dia tidak menunggu Gu Ruoyun untuk mengembalikan kesadarannya dan merendahkan kepala untuk mencium bibir tipis dan lembut Gu Ruoyun.
Sebelumnya, Qianbei Ye tidak mencuri ciuman darinya tetapi Gu Ruoyun, pada saat itu, tidak memiliki perasaan padanya. Sekarang, dia tak tahu mengapa, saat bibir merah pria itu bertemu bibirnya, benaknya tiba-tiba menjadi kosong. Dia bahkan tidak sadar ketika bibir Qianbei Ye meninggalkan bibirnya.
"Xiao Yun, kamu tidak akan memukulku?"
Setelah beberapa saat, melihat Gu Ruoyun tidak bereaksi, pria itu memandang Gu Ruoyun dengan sedih sambil bertanya dengan hati-hati.
Pria itu tampak seperti orang yang diintimidasi dari kisah cinta anak laki-laki, terlihat begitu terluka sehingga siapapun akan sangat ingin memanjakannya dengan kelembutan.
"Memukulmu?" Akhirnya Gu Ruoyun tersadar walau pikirannya masih sedikit kabur. Dia bertanya bingung, "Kenapa aku harus memukulmu?"
"Tapi…" Si pria curi-curi pandang pada Gu Ruoyun dan wajahnya terlihat sangat menyedihkan, "Bukankah terakhir kali kamu akan memukulku jika melakukan ini?"
Pria itu membicarakan tentang kejadian di Kota Surga. Gu Ruoyun baru saja bangun kemudian menendangnya ketika menyadari bahwa Qianbei Ye mengambil keuntungan karena dia sedang tak sadarkan diri dan bermain-main dengannya.
Jadi, sampai sekarang, pria itu yakin selagi dia mencium Gu Ruoyun, dia akan mendapatkan tendangan terbang.
"Xiao Yun, jika kamu mau memukulku, bisakah kamu hanya memukul disini," Qianbei menunjuk perutnya dan menjelaskan dengan nada menyakitkan, "Jika kamu memukul tempat yang salah, aku khawatir aku tak akan mampu memiliki bayi di kemudian hari."
Memiliki bayi? Pikir Gu Ruoyun. Pria ini… Tempat macam apa yang sedang dia pikirkan?
"Aku ingin tidur, kamu bisa melahirkan bayi-bayi itu sendiri."
Ketika dia mengatakan itu, Gu Ruoyun membuka pintu kamar dan masuk.
Qianbei Ye mencoba mengikutinya tetapi itu percuma – pintu itu dibanting di depan hidungnya seketika dan menghalanginya masuk.
Di kamar, Gu Ruoyun menghela nafas dalam-dalam saat mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak kencang. Dia tak bisa menghentikan pikiran yang mengalir dalam benaknya saat dia mengingat tampang menyedihkan Qianbei Ye saat dia pergi. Gu Ruoyun tersenyum pada dirinya dan berpikir, "Pria ini… Dia sungguh bodoh."
Gu Ruoyun sangat beruntung. Setelah menanggung pengkhianatan pahit di kehidupan masa lalunya, Gu Ruoyun berhasil bertemu seseorang dalam kehidupan ini yang akan mengabaikan balasan dan melindungi dirinya dengan nyawanya…
Secercah cahaya terlihat di mata Gu Ruoyun saat dia tersenyum saat memikirkan ini…
...
Hari berikutnya.
Matahari terbit.
Gu Ruoyun membuka pintu kamar dan menemukan sosok yang tak asing tepat di hadapannya.
Wajah pria itu terlihat sedikit capek dan mata merah darahnya sekarang memerah. Setelah melihat Gu Ruoyun, ekspresinya tiba-tiba berubah dan seluruh tubuhnya penuh dengan semangat.
"Xiao Yun, kamu sudah bangun?"
Gu Ruoyun mengerutkan kening, "Kamu ada diluar sepanjang malam?"
"Xiao Yun, jika kamu tak menyukainya, aku tak akan menciummu lagi jadi tolong jangan marah padaku, ya?"
Seolah-olah mendengar amarah dalam nada suara Gu Ruoyun, Qianbei Ye memohon dengan menyedihkan.
"Aku marah padamu?"
Gu Ruoyun tertegun sesaat sambil berpikir, kapan aku marah pada Xiao Ye dan bagaimana aku sendiri tidak mengetahuinya?
"Kenapa kamu tidak mau memukulku kemarin?" Qianbei Ye menatap Gu Ruoyun dengan menyakitkan, "Kamu pasti marah padaku."
Jika aku tidak memukul Xiao Ye, berarti aku marah padanya? Gu Ruoyun bertanya-tanya. Apa pria ini memiliki kecenderungan suka menderita? Dan hanya karena itu, dia berada di depan pintu kamarku sepanjang malam?
Gu Ruoyun tercengang. Aku pergi kemarin karena jantungku berdetak sangat kencang. Dan dia berpikir aku marah padanya?