Puncak Pegunungan Cangsan (2)
Puncak Pegunungan Cangsan (2)
"Hei, manusia-manusia bodoh, aku pasti akan makan daging kalian malam ini!"
Lie Nieduo pingsan. Entah karena merasa kelelawar beracun itu terlihat sangat jelek dan menakutkan, atau karena tidak tahan dengan racun yang menembus ke dalam tubuhnya, lewat luka di lengannya.
"Duo gemuk!"
Mata anggur Liuli Guoguo yang besar dan jernih membelalak, lalu terdengar lagi suara sesuatu yang jatuh. Ternyata Bai Yue yang memapah Wu Yunfu juga ikut pingsan. Hanya Wu Yunfu yang masih sadar dan memiliki sedikit sekali tenaga.
Liuli Guoguo lalu menggigit bibir merah mudanya, merasakan darah yang mengalir dari lengannya agak sakit. Tapi, dia masih sangat sadar, dan mata anggurnya yang besar pun menajam.
Liuli Guoguo memutar badannya, lalu menembakkan senjata permennya ke kelelawar beracun, yang saat ini terbang di ketinggian itu. Tembakan panah tajam dari kegelapan tadi datang terlalu tiba-tiba, sehingga dia tidak sempat untuk balik menyerang.
"Sial!" seru kelelawar beracun itu yang telah menghindar tepat waktu. Namun sayang, sayap lebarnya berhasil ditembus hingga muncul beberapa lubang oleh senjata permen Liuli Guoguo itu. Darah hitam pun langsung mengalir dan jatuh ke tanah.
Sialan! Aku ini binatang sihir, apalagi binatang sihir tingkat tiga. Tapi bisa-bisanya dilukai oleh gadis kecil seperti itu! batinnya kelelawar itu. Matanya menajam, lalu bergegas terbang menuju Liuli Guoguo secara tak terduga. Namun, kemudian dia dihentikan oleh pundak yang begitu kokoh.
"Wu Yunfu!" kata Liuli Guoguo yang tidak tahu kenapa, namun tiba-tiba matanya memerah. Wu Yunfu sudah terluka seperti ini, tapi masih saja ingin melindungiku. Dasar bodoh! batinnya.
"Ha… Hati… Hati-hati..." kata Wu Yunfu sambil dagunya mengetuk keras pundak kecil Liuli Guoguo. Lalu melepaskan tubuh Liuli Guoguo, kemudian jatuh dan pingsan ke tanah.
"Wu Yunfu!" panggil Liuli Guoguo yang memaksakan dirinya tenang. Sebab, dia tidak punya waktu untuk bingung dan juga menderita luka panah. Yang lainnya sudah diracuni, namun entah kenapa dirinya tidak. Dia pun berjongkok dengan cepat, untuk memeriksa luka mereka bertiga, dan melihat apakah bisa mengeluarkan racun mereka.
Tapi, kemalangan tidak datang sendiri saja. Setelah selesai mengalahkan kelelawar beracun yang menakutkan itu. Detik berikutnya, tubuh kecil Liuli Guoguo telah dililit oleh ular piton raksasa.
Setelah ular piton itu melilit Liuli Guoguo, beberapa macan tutul hitam besar pun bergegas keluar dari dalam hutan di sekitarnya. Kemudian, mereka semua menundukkan kepala ke arah ular piton itu dan memanggilnya dengan hormat, "Salam hormat penjaga keempat!"
Mata ular piton raksasa itu tampak kosong, "Bawa ketiga orang itu ke puncak pegunungan Cangsan!" perintahnya.
"Siap!" jawab macan tutul secara bersamaan.
Karena mereka semua berbicara bahasa binatang, Liuli Guoguo tidak mengerti satu kalimat pun yang mereka katakan. Dia sama sekali tidak bisa bergerak karena tubuh kecilnya telah dililit erat oleh ular piton raksasa itu.
Tapi, setelah melihat macan tutul itu menjawab ular piton itu dengan serempak, lalu macan-macan itu berjalan mendekati ketiga temannya yang pingsan di tanah. Hal itu membuat hati Liuli Guoguo tercekat. Matanya membelalak, dan dia langsung berteriak, "Kalian tidak boleh… Aw!"
Sebelum Liuli Guoguo selesai menyelesaikan ucapannya, dia sudah dipukul sampai pingsan dengan sayap kelelawar beracun. "Sialan! Manusia kecil yang jelek dan kurus ini benar-benar tidak mudah dihadapi. Jika bukan karena sayapku yang kokoh, pasti sayapku sudah lumpuh dan cacat karena senjata tersembunyinya itu!"
Kelelawar beracun itu menyeringai dan mengibaskan sayap lebarnya yang berlubang itu kepada Liuli Guoguo, dan hendak menghisap darahnya. Tapi, ular piton raksasa langsung menghentikannya dengan ekornya, lalu berteriak dengan keras, "Berani sekali! Apa kamu sudah tidak ingin hidup?! Atasan memerintahkan untuk membawanya hidup-hidup!"
Kelelawar beracun langsung menyerah dan mundur. Tapi, seketika muncul cahaya kejam di dalam matanya. Cih, aku pasti punya cara lain untuk membereskan mu! batinnya.
Mata lemah Wu Yunfu berjuang agar tetap terbuka. Dia melihat Liuli Guoguo terlilit ular piton raksasa. Kemudian dia mengertakkan giginya dengan keras, dan mata phoenixnya membelalak dengan marahnya. Bahkan, dia ingin sekali bergerak untuk melawan ular itu, dan menyelamatkan Liuli Guoguo.
Tapi, seberapa keras Wu Yunfu berusaha untuk bangun. Namun racun di dalam tubuhnya telah menembus ke dalam organ dalamnya. Jadi dia sama sekali tidak punya tenaga untuk melawan dan berjuang.
Matahari terbenam yang menggantung di langit pun akhirnya memudar dalam pandangan mata pemuda itu. Wu Yunfu berlutut dengan keras di atas tanah, lalu pingsan lagi.