Istriku
Istriku
Liuli Guoguo terlihat memegang dua peliharaan kecilnya di atas meja mahoni dan mulai memberi mereka makan dengan tumbuhan alfalfa.
Sedangkan Ding Xiang dan Mo Li terlihat sedang berada di samping dua ekor chinchilla kecil itu. Kini sedang mengukur panjang tubuh chinchilla tersebut untuk membuatkan baju serta aksesoris yang indah untuk keduanya.
"Han Zi, gadis kecil ini sungguh sangat cantik sekali! Apa dia ini kedepannya adalah Tuan kita?" tanya si istri chinchilla kepada suaminya yang sangat tampan sambil mengunyah alfalfa yang diberikan Liu Guoguo padanya. Dia lalu mengangkat kepalanya untuk memandangi Liuli Guoguo.
"Iya benar sekali, menurutku dia juga terlihat sangat cantik sekali. Hanya saja dia sedikit terlalu menjengkelkan saja, bisa-bisanya dia barusan menghentikan kita berdua untuk bercinta," jawab si suami chinchilla sambil mengunyah alfalfa dari Liuli Guoguo.
"Iya memang benar sekali. Dia memang sedikit menjengkelkan karena itu. Tapi dia juga sangat baik dan begitu perhatian kepada kita. Dia memberikan kita sebuah ranjang yang sangat kokoh dan nyaman sekali untuk kita tiduri. Aku sangat senang sekali dengannya!" kata si istri chinchilla dengan puas dan senangnya.
Si suami chinchilla pun menepuk-nepuk kepala berbulu istrinya dan menjawab, "Istriku, kamu memang harus senang ya. Kedepannya, kita akan terus bergaul dan bermain dengannya. Kalau kamu tidak menyukainya, maka itu akan buruk nantinya!"
"Oh oh oh, iya aku tahu!" jawab si istri chinchilla.
***
"Nyonya kecil, makanannya sudah selesai dipanasi!" kata Ding Xiang kepada Liuli Guoguo sambil berjalan masuk ke kamar Liuli Guoguo dengan menenteng kotak makan kayu mahoni di satu tangannya, dan satu tangannya yang lain masih mencengkram pinggang Xiao Denglong.
"Em em!" gumam Liuli Guoguo, dia pun langsung melompat dari bangkunya karena terlalu bersemangat. "Cui Le, Mo Li, cepat bawa dua ekor chinchilla abu-abu itu, mari kita bawa mereka ke Kakak Po!" perintahnya setelah itu.
Ini sudah cukup lama sekali, seharusnya kakak Po dan si kerang terhormat pasti sudah selesai bicaranya, deh. Kakak Po pasti sangat senang sekali ketika bertemu dan melihat dua peliharaan baruku, dua chinchilla ini! Kakak Po pasti juga senang seperti aku! batin Liuli Guoguo.
"Laksanakan!" jawab Cui Le dan Mo Li. Mereka pun kemudian berlari untuk mencari sebuah keranjang bunga kecil yang aman. Setelah melapisi keranjang kecil itu dengan sapu tangan katun yang hangat, mereka terlihat membawa dua ekor chinchilla abu-abu yang ada di atas meja mahoni ke dalam keranjang bunga.
Karena mereka khawatir chinchilla itu kedinginan, jadi mereka juga memberikan sapu tangan lagi di keranjang bunga tersebut, agar menghindari dingin, angin, serta agar tidak terjatuh.
***
Kediaman Pao di danau Jing,
"Bagus sekali kamu ya, dasar nenek tua! Tidak heran, aku baru saja membeli tiga obat mempercepat penyembuhan tidak lama ini, tapi kenapa tiba-tiba menghilang dengan anehnya. Ternyata kamu yang mencurinya! Dasar nenek tua! Tidak merasa puas setelah mencuri sekali, sekarang mau mencurinya untuk kedua kalinya?! Dasar nenek tua pantas mati! Lihat saja, aku pasti akan memukulmu sampai mati! pengawal! Cepat bawa dia ke pengadilan!"
Satu tangan Nyonya Pao terlihat diletakkan di pinggangnya, dan satu tangannya yang lain menunjuk-nunjuk ke nenek Ye yang berlutut gemetaran sambil memaki nenek Ye dengan keras menggunakan wajah galaknya.
Kelopak mata Pao Baobao yang terbaring lemah di tumpukan jerami di ruang penyimpanan kayu bakar terasa bergetar, karena dia ingin mencoba tidur untuk menghilangkan rasa sakit di tubuhnya. Tapi, tiba-tiba dia mendengar suara makian Nyonya Pao yang tidak asing di telinganya. Sehingga, dia tidak bisa tidur lagi.
Ujung telinga Pao Baobao bergetar ketika mendengar semua makian yang diucapkan oleh Nyonya Pao. Dasar nenek tua? Mencuri obat? tanyanya dalam hati sambil mengulang kata-kata Nyonya Pao.
Tidak tahu kenapa, namun Pao Baobao semakin lama semakin merasa tidak tenang. Hingga setelah itu terdengar suara seseorang yang berteriak, "Nyonya, nenek Ye pingsan!" Pao Baobao pun saat itu juga langsung tersadar sepenuhnya.
"Cih! Dasar nenek tua tidak becus! Cepat sana, kurung dia di bangunan gelap! Besok, seret dia ke halaman depan, lalu potong tangannya di depan semua orang untuk memberikan contoh ke mereka! Berani-beraninya mencuri barang-barang dari kediaman ini! Dasar nenek tua, pantas mati kamu ya!" maki Nyonya Pao.
"Baik!" jawab pengawal.
Pao Baobao mendengar semua kata-kata yang diucapkan Nyonya Pao. Seluruh tubuhnya tiba-tiba bergetar, otaknya tiba-tiba langsung kosong, dan seluruh darah di tubuhnya memanas. Dia pun bergegas menahan sakit di tubuhnya yang dipenuhi dengan luka dan lebam. Dirinya berusaha bagkit dari tumpukan jerami, lalu merangkak ke pintu dan menggedor pintu ruangan tersebut.
"Cepat buka pintunya! Tolong buka pintunya! Nenek Ye pingsan! Cepat keluarkan aku! Aku mau menyelamatkannya! Cepat buka pintunya! Tidak boleh ada hal buruk yang terjadi kepada nenek Ye!" teriak Pao Baobao.
Pintu ruang penyimpanan kayu bakar dikunci dari luar, jadi Pao Baobao tidak bisa keluar dari ruangan itu. Dia hanya bisa menahan rasa sakitnya sambil terus menggedor pintu. Luka yang tadinya sedikit menutup, sekarang terbuka lagi karena gerakan kerasnya menggedor pintu. Luka yang belum sembuh itu pun semakin terbuka lebar. Darah hijau pun mengalir perlahan, menyebarkan rasa putus asa dan menyedihkan di lantai.