Bertemu Xiao Bao Lagi
Bertemu Xiao Bao Lagi
Matahari tersenyum dengan sinarnya yang cerah, lalu salju yang memenuhi bumi perlahan terlihat mulai mencair.
Liuli Guoguo seperti biasanya sangat sulit untuk bangun. Dia hanya berguling-guling saja di ranjang sambil memejamkan matanya. Hal ini membuat para pelayan susah sekali dan harus bekerja keras ketika membantunya untuk mengganti bajunya.
Pada akhirnya, seperti biasa Xuanyuan Pofan menggendong Liuli Guoguo yang masih tidur dan sudah ganti baju sekolah itu, kemudian naik ke kereta kuda.
Begitu tiba di depan gerbang, Liuli Guoguo mencium bau dua rusa raksasa di sekolah. Dia pun langsung terbangun dan membelalakkan matanya. Huwahhh! Kenapa harus masuk sekolah lagi? Kakak Po enak sekali tidak perlu masuk sekolah! Ini tidak adil! batinnya.
Liuli Guoguo hanya berani mengeluh dalam hati. Karena bagaimanapun, dia sendiri yang memohon ke Kakak Po untuk mengizinkannya sekolah. Kalau dia tanpa sengaja mengungkapkan isi hatinya ini, yang ada nanti Kakak Po-nya malah benar-benar mengabulkan keinginannya, lalu Kakak Po tidak akan membiarkannya sekolah lagi.
Kalau jadinya begitu, hal itu malah akan membuat ibunya sedih. Ya sudahlah! Aku harus terus sekolah! Demi ibu! Demi mimpiku ingin masuk ke perguruan tinggi Xing Yun! Aku harus terus bertahan! batin Liuli Guoguo lagi.
Setelah melambaikan tangan ke Kakak Po-nya, sepanjang jalan menuju kelas Jianjia, Liuli Guoguo terus menguap sambil bergumam, "Kemarin malam karena merawat dan menjaga Kakak Po, aku jadi kurang tidur. Nanti kalau kelas dimulai, aku akan tidur saja ah."
Begitu sudah melangkahkan kaki kecilnya masuk ke ruang kelas Jianjia, Liuli Guoguo membelalakkan matanya. Matanya seketika bersinar ketika melihat pemandangan di depannya. "Xiao Bao!" panggilnya. Xiao Bao akhirnya kamu masuk sekolah lagi! batinnya.
Pao Baobao hampir saja melompat dari bangkunya dan memeluk Liuli Guoguo, ketika mendengar Liuli Guoguo memanggilnya. Tapi, begitu menoleh ke Nonanya yang ada di samping, Pao Meiqing. Dia pun menarik lagi keinginannya itu, lalu kembali diam duduk di bangkunya.
Sebenarnya, Pao Baobao sangat bersemangat dan senang sekali ketika melihat Liuli Guoguo masuk kelas. Tapi, begitu teringat kalau Nonanya itu bisa tiba-tiba menggila dan marah dengan sendirinya, dia pun menahan diri dengan menundukkan kepala dan tidak melihat lagi ke Liuli Guoguo.
Xiao Bao kenapa mengabaikanku? batin Liuli Guoguo. Dia memanyunkan bibirnya, lalu duduk di bangkunya dengan perasaan sangat kecewa. Sebenarnya, dia ingin sekali menoleh dan mengobrol dengan Xiao Bao, tapi dia takut kalau nanti Xiao Bao akan mengabaikannya seperti tadi. Kalau begitu malah jadi lebih canggung nantinya.
Hingga tiba dua rusa raksasa meraung yang menandakan kelas dimulai. Liuli Guoguo masih saja memikirkan Pao Baobao. Sebab, Pao Baobao adalah teman sekelas pertama yang mengajaknya bicara. Jadi, dia sangat peduli dengannya.
Pada anak seusia Liuli Guoguo ini, mereka pasti sangat memperhatikan dan memedulikan hubungan persahabatan. Walaupun status Pao Baobao rendah, tapi karena keramahan dan kebaikan hatinya, dia berhasil menempati posisi yang penting dalam hati Liuli Guoguo.
Guru Ma pun mulai mengajar dasar sembilan jurus. Sedangkan Liuli Guoguo masih sedih karena masalah Xiao Bao yang mengabaikannya tadi. Bahkan, sampai niat untuk tidurnya tadi sudah tidak ada dan menghilang begitu saja.
Ketika sedang melamun, sebuah bola kertas yang diremas tiba-tiba dilemparkan di atas mejanya, membuat Liuli Guoguo langsung tersadar dari lamunannya. Dia tahu, siapa yang memberikan bola kertas itu. Dia pun kemudian melirik ke guru Ma yang sedang mengajar, lalu dengan segera membuka dan membaca isi bola kertas itu.
"Xiao Guo, aku Xiao Bao. Barusan tadi aku melihatmu, aku juga mendengarmu memanggilku. Hanya saja, aku tidak bisa menjawabnya karena ada alasan yang sulit aku ungkapkan. Seusai kelas ini, kita bertemu di dekat toilet di samping paviliun barat ya?"
Setelah selesai membaca isi bola kertas itu, hati sedih Liuli Guoguo langsung berubah jadi bahagia. Dia pun menegakkan dadanya, dan tanpa menoleh ataupun berbalik, kemudian dia memberikan tangannya yang dibentuk dengan isyarat 'oke' kepada Pao Baobao yang ada di belakangnya.
Pao Baobao yang ada di belakang Liuli Guoguo mengerti maksud isyarat tangan itu, dia pun diam-diam melirik ke Pao Meiqing. Lalu, dia langsung menghela napas lega sambil merapatkan bibirnya. Kemudian dia memegang dadanya dan berusaha menenangkan hatinya yang terlalu gembira, agar tidak sampai pingsan lagi karena terlalu gembira.