pengagum rahasia?
pengagum rahasia?
Daffin menekan tombol 'ok'.
sebelum dia mengatakan Halo.
orang diseberang sana sudah mengatakan lebih dulu.
"Halo, Sinta!" ucap orang itu dan suaranya adalah seorang pria.
Daffin menaikkan alisnya, suara pria itu tidak dia kenal sama sekali.
Daffin tidak menjawab, dia ingin tahu apa yang ingin dikatakan pria itu selanjutnya.
"halo, Sinta! kamu masih ada disana?" Tanya pria itu dan masih meyakinkan dirinya jika Sinta masih ada disana.
Daffin hanya menjawab, "hhemm...."
pria itu menghela nafas lega dan dia meneruskan ucapannya.
"Sinta, apakah kamu baik-baik saja? semalam itu, aku ingin membantu kamu tapi sudah ada orang lain yang menolong kamu, aku minta maaf karena sudah terlambat untuk membantu kamu!" ucap pria itu, seakan-akan dialah yang memiliki Sinta.
Daffin semakin kesal, dia tidak tahan lagi.
Ada pria yang berusaha ingin merayu istrinya tepat didepan matanya membuat api cemburu semakin membakar hatinya.
Daffin melotot dan dengan kasar dia langsung berteriak.
"apa yang kamu lakukan? berani-beraninya kamu mengganggu istriku!"
pria itu merasa terkejut, dia merasa yakin ini nomornya Sinta tapi kenapa ada suara pria dan mengaku dialah suaminya.
pria itu menatap ponselnya dengan bingung.
Dia tiba-tiba mengingat tentang Daffin Narendra yang menyelamatkan Sinta tadi malam.
pria itu pun langsung menutup panggilannya dan melempar ponselnya kearah tempat tidur.
"sial! ini tidak mungkin! pasti ini salah nomor, ya pasti salah nomor!" teriak pria itu dan ternyata dia adalah Benard.
mengacak-acak rambutnya.
dia masih belum mengerti, pria yang mengangkat telpon tadi mengaku suaminya. sedangkan Sinta selama ini dia ketahui hanya dekat dengan Jeffery.
"sial! ini pasti salah nomor, ya pasti salah nomor!" ucap Benard, dia mencoba menghibur dirinya sendiri.
dari belakang ada tangan melingkar ke tubuhnya.
Benard menoleh dan dia melihat itu adalah Amanda.
"sial! untuk apa kamu ada disini?" teriak Benard dan langsung melepaskan diri dari pelukan Amanda.
Amanda tertawa dan duduk disisi tempat tidur Benard.
menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya.
"hahahaha... Benard sayang, kamu tidak merindukan aku? hhmm...," ucap Amanda sambil menghembuskan asap rokok yang menyembul dari mulutnya.
"bukankah hubungan kita sudah berakhir. sejak dua tahun yang lalu dan semalam kamu sudah bertunangan dengan Jeffery, bukankah kamu sudah bahagia dengannya!" ucap Benard yang berdiri menjauhi Amanda.
"hahahha, dia pria suci. hhhmm... aku sudah mendapatkannya dan dia lumayan enak juga, tapi... kamu jauh lebih menggairahkan dari dia Benard!" ucap Amanda dengan senyum genitnya.
Benard menyeringai, dia hanya memiliki hubungan sebagai pasangan diatas tempat tidur saat di Singapore dan tidak lebih dari itu. hanya saling membutuhkan disaat ingin memenuhi hasrat gila mereka saja, tanpa ada perasaan apapun.
karena perasaan Benard hanya untuk sinta.dia memendam perasaan itu selama tiga tahun, dia menunggu dimana Sinta dan Jeffery putus dan kali ini ada kesempatan untuknya.
Apalagi saat mendengar Jeffery akan bertunangan dengan Amanda membuat benar semakin yakin untuk mengejar Sinta, karena Amanda tidak akan pernah melepaskan pria yang dia inginkan.
Benard, berjalan mendekati Amanda dan mencubit dagunya.
"Tapi aku tidak ingin dengan kamu Amanda, jika kamu menginginkannya, lakukan lah dengan Jeffery dan terima kasih karena sudah membuat mereka berpisah, hahahha...," ucap Benard, dia tertawa keras dan melepaskan dagu Amanda.
Amanda tertawa dan hanya mengedipkan matanya.
dia belum tahu rasanya cinta dan yang hanya dia pikirkan hanyalah bercinta dengan pria-pria tampan dan pria tampan selanjutnya yang ingin dia dapatkan adalah Daffin Narendra. Dia jauh lebih tampan dari Jeffery dan tentunya lebih hot daripadanya.
Amanda, tertawa sendiri dan bangun dari duduknya.
"baiklah Benard, jika kamu membutuhkan pelukan aku. kamu bisa hubungi aku, bye sayang!" ucap Amanda, dua melemparkan ciuman dari jauh dan Benard hanya bisa tertawa.
setelah Amanda pergi dia kembali mengambil ponselnya.
Dia masih penasaran dengan nomor itu.
Apakah itu benar-benar nomor Sinta atau kah bukan.
Benard hendak memutar nomor itu tapi dia tidak jadi.
"nanti sajalah, lebih baik aku mandi dulu!" ucap Benard, dia pun langsung mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
***
Di dalam kamar hotel.
Daffin melempar ponsel Sinta dan wajahnya terlihat sangat mengerikan.
ceklek ...
pintu kamar mandi pun terbuka, Sinta keluar dengan wajah segar dan rambut yang masih basah. Dia menggosok rambut basahnya dengan handuk dan tubuhnya juga hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya.
Sinta melihat jika Daffin masih duduk diatas tempat tidur dan saat melihat ekspresi wajahnya. Sinta sedikit takut, karena Daffin terlihat sedang marah.
Sinta berjalan dan mendekati Daffin.
dia menepuk bahunya dan Daffin langsung terkejut, dia menoleh dan melihat kearah Sinta.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Sinta, dia menatap Daffin dan tangan Sinta, dia menyentuh wajah Daffin yang sedang marah.
Daffin meraih tangan Sinta dan segera menarik tubuhnya untuk memeluknya.
"sayang, kamu kenapa?" tanya Sinta kembali.
karena Daffin tidak bicara sama sekali.
Daffin memeluk erat tubuhnya dan mencium bau harum sabun dari tubuh Sinta yang begitu menyegarkan.
Daffin mencium bahu dan berjalan menciumi leher Sinta.
Sinta merasakan ada sengatan listrik ditubuhnya karena Daffin terus menciuminya.
"euhh ... sayang! kamu kenapa? kenapa tidak bicara?" tanya Sinta, deru nafasnya mulai tidak stabil dan hasrat dalam hatinya mulai datang kembali.
"sayang, apakah kamu mencintaiku?" tanya Daffin, dia menghentikan aksinya. dia menyentuh kedua pipi Sinta dan menatapnya lebih dekat.
dia menempelkan dahinya dengan dahi Sinta.
Sinta tersenyum dan mengangguk.
"Tentu saja, aku mencintai kamu sayang. bukankah semalam aku mengatakannya?" jawab Sinta, dari matanya terpancar jika tidak ada kebohongan sama sekali.
perasaan gelisah dan cemburu yang menyelimuti hatinya kini jauh lebih tenang.
"sungguh? kamu tidak berbohong padaku kan?" Daffin bertanya kembali.
Sinta mengangguk dan tersenyum dengan yakin, dia sudah yakin jika dia mencintai pria yang sudah menjadi suaminya.
pria yang super sempurna yang pernah dia miliki.
"tentu saja, mama mungkin aku berbohong, aku mencintai kamu Daffin, suamiku yang paling terbaik didunia ini!" ucap Sinta dia mengulurkan tangannya dan mencubit kedua pipi Daffin.
"aww ... sakit sayang!" Daffin meringis tapi dia tertawa senang.
rasa khawatir dan rasa cemburunya menghilang, karena Sinta hanya mencintainya dan si penelpon misterius itu, Daffin harus mencari tahu dia, setelah menemukannya dia akan memberi pelajaran pada pria yang berani-beraninya ingin mengganggu istri kesayangannya.
Sinta mencium bibir Daffin sebentar dan melepaskannya, dia melepaskan diri dari tatapan Daffin yang sangat dekat ini.
"sayang, kamu kenapa sih? kamu terlihat sangat berbeda. Coba katakan padaku?!" tanya Sinta, dia memeluk Daffin karena dia tahu Daffin pasti sedang ada masalah, karena yang Sinta tahu, Daffin sedang ada masalah di perusahaannya.
Daffin membalas pelukannya dan menjawab, "Tadi ada seorang pria menelepon ke ponsel kamu, tidak ada nama. apakah kamu mengenalnya?" tanya Daffin, dia kembali terbakar api cemburu.
Sinta menggelengkan kepalanya karena dia juga tidak mengenal pria lain selain Jeffery dan Daffin, beberapa teman kerjanya tidak ada yang pernah Sinta berikan nomor ponselnya.
"aku tidak memiliki teman pria, pria yang paling dekat dengan aku hanya kamu dan juga Jeff, itu saja sayang," ucap Sinta, dia memandang wajah Daffin, Sinta takut Daffin marah padanya. karena hal paling dia takuti adalah Daffin marah padanya dan meninggalkannya. Dia takut hal yang kedua kalinya terulang kembali, seperti Jeffery yang meninggalkannya saat itu.
"baiklah, aku percaya sayang. Memiliki kamu ternyata sangat sulit ya! banyak pria yang mengejar kamu, uuhhh ... aku harus extra hati-hati menjaga kamu, jangan sampai ada pria lain yang mengambil kamu dariku!" ucap Daffin, dia memeluk Sinta dengan erat dan mencium keningnya berkali-kali.
Daffin dan Sinta saling menatap dan tersenyum bersama.
setelah cukup lama berpelukan. Mereka pun saling memisahkan diri dan Daffin pergi masuk ke kamar mandi lalu Sinta memakai kembali pakaiannya.
Mereka akan kembali ke Jakarta hari ini.