My Husband from My First Love

Dialah orang yang menyebarkan berita itu



Dialah orang yang menyebarkan berita itu

3Keesokan harinya.     

Daffin berangkat kerja sepeti biasanya.     

Sinta mengantar Daffin hingga pintu depan rumahnya.     

Daffin memeluk Sinta dan mengusap lembut punggungnya.     

"Sayang, aku pergi ke kantor dulu. Jaga diri kamu baik-baik ya! Aku minta maaf karena belum bisa menyelesaikan masalah kontrak kerja kamu. Karena saham keluarga Alexander belum aku dapatkan. Apakah kamu merasa kecewa kepadaku, sayang?" Tanya Daffin, dia merasa sudah menjadi suami yang gagal karena belum bisa membebaskan Sinta. Perusahan Alexander cukup kuat apalagi saat ini sudah dibantu oleh keluarga Tuan Smith, semakin sulit untuk Daffin menekan mereka semua.     

Butuh banyak waktu cukup panjang karena pertunangan Jeffery ternyata berpengaruh pada bisnis keduanya.     

Saham Daffin di perusahaan hanya ada 15% dan itu belum cukup untuk menggulingkan kedudukan Mark didalam perusahaannya.     

Sinta membalas pelukan Daffin, dia tidak akan menyalakan Daffin atau pun merasa kecewa padanya. Baginya sudah memiliki suami sebaik Daffin yang bisa menjadi sandaran disaat dia membutuhkan seorang pelindung, Daffin selalu ada disampingnya. Bagi Sinta dia merasa sudah cukup dengan itu semua.     

"Sayang, jangan mengatakan itu lagi. Aku bahagia bisa memiliki suami sebaik kamu. Jadi jangan menyalahkan diri kamu seperti ini. Kamu sudah berusaha keras dan aku sangat menghargainya," ucap Sinta. Dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah Daffin dari dekat.     

"Sudahlah, jangan membahas ini lagi. Hari ini aku harus bekerja lagi di perusahaan itu. Hhhmm … aku malas melihat wajah Jeffery. Tapi, aku merindukan Aisyah, hehehehe …," ucap Sinta. Dia mencoba tersenyum agar Daffin tidak merasa sedih lagi.     

"Hhhmm … terima kasih ya sayang, karena mau memaafkan aku. Karena aku belum bisa menyelasaikan masalah kamu yang ini," ucap Daffin. Dia mengecup kening Sinta dan tersenyum kepadanya.     

"Iya sayang, jadi jangan memikirkan itu lagi ya! lebih baik kita berangkat sekarang juga, Nanti kita bisa terlambat," ucap Sinta. Dia menarik lengan Daffin dan mereka pun masuk ke dalam mobil.     

Daffin mengantar Sinta hingga didepan gedung perusahaan Alexander.     

Sinta memeluk Daffin sebentar dan mencium pipinya.     

"Aku pergi dulu ya sayang, jangan lupa makan siang dan jangan lupa. Nanti kalau tidak sibuk, telepon aku ya!" Ucap Sinta. Dia tersenyum dan langsung membuka pintu.     

"Iya sayang, kamu juga jangan lupa makan siang, jaga hati kamu dan jangan nakal!" Ucap Daffin, dia tertawa sambil menatap Sinta yang sudah berdiri diluar.     

"Iya sayang, kamu juga jangan nakal. Kalau nakal, aku tidak mau tidur sama kamu lagi, hehehehe …," ucap Sinta dia tertawa dan langsung menutup pintu.     

Daffin tertawa sendiri dan setelah melihat Sinta masuk ke dalam gedung itu, Daffin pun pergi meninggalkan tempat itu secepatnya.     

Sinta berjalan masuk ke dalam dan dia menatap ke sekeliling tempat itu. Dia tidak bekerja dua hari tapi rasanya seperti sudah sangat lama sekali.     

"Haisttt … kenapa aku harus merindukan tempat ini. Padahal aku sudah tidak tahan jika bekerja disini terlalu lama," ucap Sinta. Dia menghela nafas pendek dan berjalan menuju kantor tempat para OG berkumpul.     

Saat Sinta masuk. Sinta melihat teman-teman satu bagian dengannya menatapnya dengan tatapan aneh.     

Sinta merasa aneh dan tanpa dia sadari, dia menyentuh lehernya. Karena dia mengira jika teman-teman nya mengetahui jika di lehernya ada beberapa bekas tanda cinta yang Daffin tinggalkan tadi malam.     

Salah satu teman Sinta yang selalu tidak suka jika melihat Sinta, dia pun maju dan mendekati Sinta.     

"Hey Sinta. Jangan sok polos kamu, kami sudah tahu kelakuan busuk kamu itu? Kamu menggoda pria kaya dan sekarang kamu sudah menjadi simpanannya kan?! Kamu sok suci tapi ternyata sangat menjijikkan!" Ucap wanita itu, dia bernama Erna.     

Sinta hanya tersenyum. Dia memang menjadi wanita milik pria kaya tapi dia adalah suami sah nya bukan sebagai simpanannya.     

"Terserah kalian saja, aku wanita yang sudah menjadi milik seorang pria. Jadi wajar saja kalau aku harus bersamanya. Hehehehe … terima kasih atas predikat simpanan itu. Sudah tiga tahun aku sering mendapatkan julukan ini. Tapi saat ini, aku bukan simpanannya tapi wanita miliknya," ucap Sinta. Dia menepuk bahu Erna dan menatap ke beberapa rekannya yang masih menatapnya dengan tatapan penuh penghinaan.     

Sinta tersenyum dan meninggalkan mereka semua.     

Erna lah yang ternyata selama ini selalu iri dengan wajah cantik Sinta, dialah yang menyebarkan rumor-rumor jelek tentang Sinta diantara teman-teman satu profesinya.     

"Sialan kamu Sinta! Sudah tiga tahun kamu masih saja bertahan dengan semua ini. Pak Jeff mencampakkan kamu tapi kamu masih saja sombong seperti itu. Lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan kamu Sinta!" Umpat Erna.     

Dia mengepalkan tangannya dan berjalan mengikuti Sinta dari belakang.     

Sinta terkejut dan melihat kearah belakang.     

"Erna! Kamu mau apalagi? Belum puas kamu selama ini selalu menyebarkan berita buruk tentang aku. Aku sudah sering memaafkan kamu. Tapi kamu tidak berubah sama sekali," ucap Sinta. Dia menyilangkan tangannya didada dan menatap lurus kearah Erna.     

Erna tersenyum mengejek dan menatap Sinta dari ujung kepala hingga kaki.     

"Hahahaha … sudah dicampakkan masih saja terlihat sombong. Sinta! Jika aku menjadi kamu, aku sudah berhenti bekerja dan mati bunuh diri karena nama kamu sudah sangat kotor. Sungguh menjijikan kamu Sinta. Dasar wanita murahan!" Ucap Erna sambil menatap Sinta dengan tatapan menghina.     

Sinta tersenyum santai, dia terlalu baik dimasa lalu. Dia dulu tidak memiliki keberanian karena dia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Tapi sekarang? Dia sudah memiliki pendukung yang sangat kuat, yaitu Daffin.     

"Oh, jadi kamu memiliki pemikiran semacam itu?! Hahahaha … aku bukan wanita murahan yang sembarangan menjual tubuh seperti kamu. Jadi untuk apa aku harus melakukannya. Harusnya kamu saja yang melakukannya sendiri, hehehe …," ucap Sinta, dia berjalan mendekati Erna dan berbisik ditelinganya.     

"Aku tahu rahasia kamu Erna. Kamu sering merayu pak Mark kan? Tapi sayangnya pak Mark tidak melirik kamu sama sekali jadi, kamu malah menjadi simpanan pak Simon. Atasan kita. Hahahaha ..dia pria berumur lima puluh tahun, perut buncit dan sudah tua," ucap Sinta, dia tertawa keras dan melanjutkan ucapannya, "apa rasanya ya, tidur dengan semacam itu. Pasti sangat menjijikan sekali dan jika aku menjadi kamu, aku akan mengakhiri hidup karena sudah sangat kotor sekali. Hahahahaha … ngomong-ngomong istrinya pak Simon tahu tidak ya, tentang hubungan kalian?" Ucap Sinta. Dia tertawa mengejek dan pergi menjauhkan wajahnya dari wajah Erna.     

Erna menggertakan giginya dan menahan amarahnya yang sebentar lagi akan meledak.     

Sinta tertawa dan melambaikan tangannya lalu dia pergi meninggalkan Erna yang sudah terbakar oleh api amarah.     

"Sialan! Dari mana dia mengetahui semua rahasia aku? Aku … aku harus melakukan sesuatu sebelum istrinya mengetahui hubungan kami. Iya, aku harus melakukan sesuatu," ucap Erna. Dia berpikir keras dan tiba-tiba mengingat nyonya Vivian.     

Dia adalah orang suruhan nyonya Vivian untuk mengganggu Sinta dan menyebarkan berita-berita buruk dan juga palsu tentang reputasi Sinta.     

"Iya, nyonya Vivian! Dia Pasti bisa membantu aku!" Ucap Erna. Dia tersenyum puas dan menatap kearah dimana Sinta pergi dan lihat hanyalah kekosongan disana.     

Erna menyeringai dan dia membuat panggilan telpon untuk nyonya Vivian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.