Sinta, tolong aku!
Sinta, tolong aku!
Sinta menempelkan wajahnya didada Daffin, dia mendengar detak jantung Daffin yang terdengar sangat cepat dan nafasnya masih terdengar tidak teratur mungkin karena mereka baru selesai bercinta, jadi Daffin masih sangat kelelahan dan nafasnya masih belum bisa stabil.
Daffin menempelkan dagunya diatas keapla Sinta, tangannya mengelus rambut Sinta dan menciumnya berkali-kali dengan sangat lembut.
"sayang, boleh tidak aku serakah?" tanya Sinta sambil mengelus dada bidang Daffin yang tidak memakai pakaian.
"boleh sayang, aku tidak keberatan sama sekali, tapi apa yang ingin kamu miliki sayang? ayo cepat katakan, nanti aku akan membelikannya untuk kamu?!" ucap Daffin dengan senyum bahagia.
"tidak perlu membeli apapun, aku hanya ingin bersikap serakah hanya ingin memiliki kamus sendiri saja, errr ... aku benci perselingkuhan dan juga poligami, jadi aku ingin kamu hanya menjadi milik aku, itu saja yang aku inginkan, aku ingin kamu jadikan aku wanita satu-satunya didalam hati kamu sayang, bolehkan aku meminta permintaan yang terdengar sangat aneh ini?" ucap Sinta, dia merasa sangat malu, dia sebenarnya tidak mau mengatakannya tapi mengingat Daffin tidak suka jika dia memendam perasaan itu sendiri dan lebih baik mengatakan yang sebenarnya agar Daffin tidak marah lagi padanya.
"hehehhe, tentu saja boleh, aku sangat menyukainya sayang. Aku ini milik kamu sayang jadi kamu boleh melakukan apapun yang kamu inginkan, aku siap menuruti keinginan kamu sayang."
Daffin tertawa bahagia, malam ini adalah malam paling indah dalam hidupnya, bisa bersama dengan orang yang paling dia cintai adalah anugrah terindah dalam hidupnya dan Sinta adalah satu-satunya kebahagiaan yang Daffin miliki saat ini.
Sinta tertawa karena permintaan yang menurutnya aneh malah membuat Daffin begitu bahagia.
Saat mereka tertawa bersama dibawah selimut sambil menatap kearah langsung yang bertabur bintang yang sangat indah.
tiba-tiba ponsel Sinta berbunyi.
Sinta yang berada didalam pelukan Daffin langsung mengangkat kepalanya saat mendengarnya dia pun berkata "sayang, sepertinya itu suara ponsel aku, aku ke dalam dulu ya sebentar!"
Daffin menggelengkan kepala dan menjawab "kamu tunggu disini sebentar, aku saja yang mengambilnya sayang. Kamu pasti sangat lelah dan tubuh kamu pasti terasa sakit semua kan?" ucap Daffin, dia tahu kondisi tubuh Sinta jika sehabis bercinta dengan seperti apanya.
"baiklah sayang, aku tunggu disini ya!" Sinta tersenyum dan mengikuti apa yang Daffin katakan.
Daffin bangun dan berjalan secepatnya untuk mengambil ponsel Sinta dan juga ponsel miliknya, dia tidak ingin berlama-lama jauh dengan Sinta.
setelah mengambil ponselnya Daffin kembali dan berbaring kembali memeluk Sinta disampingnya.
"ini ponsel kamu sayang," ucap Daffin, dia memberikan ponsel Sinta sambil mencium ringan bibirnya.
"hhmm ... terima kasih sayang," jawab Sinta dia tersenyum dan mengambil ponselnya.
saat Sinta membuka ponselnya, dia melihat banyak panggilan dari Aisyah.
Sinta menaikkan alisnya dan merasa penasaran karena Aisyah seperti sedang membutuhkan bantuannya.
Daffin melihatnya dan bertanya "ada apa sayang? itu siapa yang menelpon kamu?"
Sinta menoleh dan melihat kearah Daffin.
"ini Aisyah, sahabat aku satu-satunya, sayang dia sepertinya sedang dalam masalah, aku harus menelponnya kembali."
"oh, itu teman kamu yang menangkap basah kita di parkiran itu ya?" tanya Daffin menahan tawanya.
Sinta tertawa dan mencubit pipi Daffin "iya, kita seperti pasangan yang sedang berselingkuh, bertemu diam-diam dan, uhhukkk ... kita hampir berbuat mesum disana, hahahhha ... sangat gila jika aku mengingat itu, sayang!" ucap Sinta, dia tertawa sangat keras.
Daffin pun ikut tertawa dan menjawab "tapi itu sangat mengasyikkan sayang, ada tantangan tersendiri dan aku sangat menyukainya, walaupun aku kita gagal bercinta disana, hahahhaha ...," jawab Daffin, dia tertawa sangat keras.
setelah tertawa bersama, Sinta hendak membuat panggilan untuk Aisyah tapi Aisyah menelpon kembali.
Sinta langsung menekan tombol 'ok'.
"halo, Ai?" ucap Sinta memulai pembicaraannya.
Aisyah yang menangis tersedu-sedu pun menjawab "halo Sinta, akhirnya kamu mengangkat telpon aku, aku minta maaf karena mengganggu kamu malam-malam seperti ini, tapi aku benar-benar sedang membutuhkan bantuan padamu sin, hiks ... hiks ...," Aisyah menangis keras, dia terdnegar ketakutan.
"Ai, ada apa? kamu tidak mengganggu aku kok! cepat katakan, apa yang terjadi ai?"
"hiks ... hiks ... hiks, Sinta tolong aku, tolong aku sin?" ucap Aisyah suaranya terputus-putus karena dia terus menangis.
"Ai, tenangkan diri kamu dulu, ayo bicara pelan-pelan ya!"
"sin, tolong aku! orang-orang itu mengancam akan membunuh ibuku sin, jika ibuku tidak membayar hutangnya dan akan menjual aku ke tempat pelacuran, hiks ... hiks ..., bagaimana ini sin, aku tidak memiliki uang sama sekali, aku tidak tahu harus membayarnya pakai apa, semua saudaraku tidak ada yang mau memberikan aku pinjaman uang bahkan mereka hanya bisa menghina aku dan mengusir aku sin, hiks ... hiks, sin hanya kamu yang bisa menolong aku, tolong pinjamkan aku uang pada suami kamu ya! aku mohon sin," ucap Aisyah, dia sudah bingung dan harapan terakhirnya adalah Sinta. jika Sinta tidak menolongnya maka hidupnya akan berakhir sampai disini.
Sinta terkejut dan dia langsung bertanya "si, berapa hutang kamu, ayo kamu katakan?"
"sepuluh juta, sebenarnya hutangku hanya lima juta karena aku meminjamnya pada rentenir jadi bunganya sangat besar, hiks ... hiks," jawab Aisyah dan dia terus menangis.
Sinta merasakan apa yang Aisyah rasakan hari ini, dia menoleh kearah Daffin yang ada menempel dengannya, Daffin menatap layar ponselnya dan saat Sinta melihatnya Daffin tersenyum.
"ada apa sayang? teman kamu sedang dalam masalah?" tanya Daffin sambil mencium pipi Sinta.
"iya sayang, dia terlilit hutang dan sekarang dia diancam akan dijual ke tempat pelacuran dan mereka akan membunuh ibunya, eerr ... sayang bisakah kamu memberikan pinjaman padanya?" tanya Sinta, dia malu mengatakan itu. sebenarnya dia juga memilki uang yang Daffin berikan padanya tapi dia harus mengatakannya dulu pada Daffin, Sinta tidak mau Daffin marah lagi karena dia tidak menanyakan terlebih dahulu padanya.
"tentu saja aku bisa sayang. Memangnya berapa uang yang dia butuhkan?" tanya Daffin dengan suara lembut.
"sepuluh juta sayang," jawab Sinta secepatnya.
"oke, mana nomor rekeningnya, aku transfer sekarang!" jawab Daffin.
"terima kasih sayang, kamu sangat baik, aku sayang kamu sayang."
Sinta tersenyum bahagia dan dia langsung mencium pipi Daffin.
Daffin tertawa senang karena Sinta sudah memperlihatkan sikap yang baik dan tentunya dia sudah menghargainya sebagai suami yang sesungguhnya.
Sinta kembali bicara dengan Aisyah "Ai, mana nomor rekeningnya, suami aku akan mentransfer uangnya,"
Aisyah langsung merasa senang saat mendengarnya "ahhh, Sinta terima kasih, terima kasih sudah menolong aku, aku janji akan segera menggantinya," ucap Aisyah dengan nada gembira.
namun, kegembiraan itu tidaklah lama, Aisyah terkejut karena mendengar suara pintu rumahnya yang didobrak paksa.
Brukk ...
suara pintu yang ditendang paksa menimbulkan bunyi yang sangat keras.
Di depan pintu, masuklah pria tua dan beberapa anak buahnya sudah berdiri disana.
Aisyah melotot dan juga merasa panik, dia sudah kehabisan waktu dan terkahir adalah malam ini.
Sinta mendengar suara keras itu dan bertanya "ai, itu apa?"
Aisyah menggigil ketakutan.
"Sinta, tolong aku! mereka datang, mereka datang, aku takut sin!" ucap Aisyah dan karena dia ketakutan ponselnya pun terjatuh.
Sinta langsung merasa panik dan berteriak bahkan tubuhnya yang sedang memeluk manja Daffin langsung melepaskannya dan dia duduk dengan tegak.
Daffin terkejut dan bertanya "ada apa sayang?"
Sinta berteriak dan terus memanggil Aisyah tapi hanya terdengar suara Aisyah yang samar-samar dan ada suara beberapa pria yang tertawa keras.
"Ai, Ai! kamu dimana? Ai tolong jawab aku ?!" Sinta terus berteriak dan panggilannya malah terputus.
"ya tuhan, apa yang akan mereka lakukan?" Sinta langsung merasakan hatinya sangat tidak tenang.
Daffin memeluknya dari belakang dan mencium tengkuk lehernya "ada apa sayang? kenapa kamu sangat panik?"
Sinta menoleh kearah Daffin dan wajahnya terlihat sangat khawatir.
"sayang, sepertinya Aisyah dalam keadaan bahaya, ayo kita ke rumahnya sayang, aku mohon sayang kita ke rumahnya ya sekarang!"
Daffin mengerti ke khawatiran Sinta dan memeluknya dengan erat.
"kamu tenang dulu sayang dan jangan panik seperti ini, coba jelaskan dulu padaku, ada apa memangnya?"
Sinta sudah tidak merasa tenang, dia menjelaskan apa yang Aisyah tadi katakan dan keadaan yang Sinta tadi dengar.
Daffin mengerti situasinya.
dia melepaskan pelukannya dan berkata "ayo kita selamatkan teman kamu, sepertinya ini sangat berbahaya untuknya," ucap Daffin dia langsung melepaskan pelukannya dan bangun dari atas sofa besar yang seukuran tempat tidur.
Sinta pun ikut bangun dan berjalan bersama Daffin masuk ke dalam kamar, membuka lemari dan memakai pakaian secara lengkap.
setelah selesai, Sinta terus menghubunginya ponsel Aisyah tapi tidak ada jawaban lagi.
Sinta semakin khawatir dan setelah melihat Daffin selesai, mereka pun segera pergi menuju rumah Aisyah.
Daffin membawa beberapa orang pengawal untuk ikut dengannya.
disepanjang jalan, Sinta terus merasa khawatir, tubuhnya gemetar dan keringat dingin terus meluncur didahinya.
Daffin memeluknya dan berusaha menenangkan Sinta agar Sinta jangan terlalu panik.