My Husband from My First Love

percayakan hatimu( part 1)



percayakan hatimu( part 1)

1Sinta pun masuk, dimana tempat para pelayan dan para pekerja hotel berkumpul.     

pakaiannya basah tapi karena dia memakai jas milik Daffin, noda basah di pakaian itu pun tertutupi.     

Saat Sinta berjalan masuk lebih dalam lagi untuk mengambil barang-barangnya.     

Sinta bertemu dengan bu Ratna.     

"Sinta!" panggil bu Ratna saat dia melihat Sinta hendak mengambil barang-barang nya didalam loker penyimpanan.     

Sinta menoleh dan melihat jika bu Ratna mendekatinya.     

"Sinta, kamu baik-baik saja kan?" tanya bu Ratna sambil memeriksa sinta dari atas sampai bawah, dia merasa menyesal karena sudah memaksa Sinta untuk datang ke tempat ini.     

"Sinta, ibu meminta maaf ya! gara-gara ibu, kamu jadi memiliki masalah dengan nyonya Vivian. Sinta kamu tidak marah kan dengan ibu?" tanya bu Ratna, dia benar-benar sangat menyesal.     

"aku baik-baik saja bu, tenang saja karena ini bukan salah ibu juga!" jawab Sinta, dia tersenyum samar, pakaiannya basah dan dia harus cepat menggantinya.     

"bu, aku harus segera pergi, pakaianku basah jadi aku harus cepat menggantinya!" ucap Sinta, dia sudah tidak tahan dengan pakaian yang basah dan juga terasa lengket di kulitnya.     

"Sinta, itu jas seorang pria? milik siapa? apakah itu miliknya pak jeff?" tanya bu Ratna saat melihat jas berwarna hitam yang Sinta pakai saat ini.     

Sinta tersenyum dan menjawab "oh ini, miliki suamiku bu. Tadi dia yang membantu aku keluar dari masalah yang hampir saja menyusahkan aku. Baiklah bu, aku harus segera pergi, aku tidak mau dia menunggu aku terlalu lama," ucap Sinta, dia pun tersenyum dan pergi meninggalkan bu Ratna yang berdiri kaku, dia terkejut saat mendengar ucapan Sinta yang mengatakan pria yang tadi dia lihat menolongnya adalah suaminya.     

bu Ratna menggelengkan kepala berkali-kali dan berkata "mungkinkah Sinta sudah menikah, tapi kapan? lalu pria tampan itu? jika itu benar suami Sinta, Sinta sudah bisa melupakan pak Jeff! bukankah itu sangat bagus untuknya? hhhm... nanti aku ingin meminta penjelasan Sinta, aku takut salah mendengar tadi," ucap bu Ratna, dia tersenyum sendiri dan kembali bekerja.     

Sinta berjalan dan menemukan Daffin masih berdiri ditempat tadi dia tinggalkan.     

Sinta menatapnya dari jauh, dia sudah jatuh cinta dengan pria tampan yang sekarang telah menjadi suaminya. Namun, mengingat tatapan semua orang padanya, membuat Sinta menjadi sedih. Setidak pantaskah dia bersama Daffin? apakah dia terlalu buruk sehingga dia tidak patut untuk berjalan disampingnya didepan tatapan semua orang seperti tadi.     

Sinta menghela nafas panjang, dia masih berdiri dan terus memandang Daffin dari jauh.     

Tiba-tiba Daffin menoleh dan menemukan Sinta yang terus memandangnya tapi dari jarak jauh.     

melihat ini semua, hati Daffin terasa sakit, karena Sinta hanya menatapnya dari jauh, bukan segera mendekatinya dan langsung memeluknya.     

Daffin berjalan mendekati Sinta dan tiba-tiba dia menarik tubuhnya untuk masuk ke dalam pelukannya lagi.     

Sinta yang melamun langsung tersentak.     

Dia terkejut dengan sikap Daffin yang begitu tiba-tiba.     

"ahhh ... apa yang kamu lakukan?" teriak Sinta, dia benar-benar sangat terkejut.     

"sayang, kenapa kamu melamun disini? tidakkah kamu merindukan aku?" tanya Daffin dengan suara lirih dan dia memeluk erat tubuh Sinta.     

"uuhh... ini tempat umum, malu jika dilihat oleh orang lain, ayo kita masuk ke mobil dulu ya! aku mau mengganti pakaian ku dulu, tubuhku terasa tidak nyaman dan juga terasa sedikit lengket." ucap Sinta, dia berusaha melepaskan pelukan Daffin yang begitu erat.     

"baiklah, sayang! tapi nanti jelaskan lagi tentang semua yang terjadi hari ini? lalu kenapa kamu tidak tinggal di rumah? bukankah kamu sudah berjanji akan menunggu aku pulang?" tanya Daffin dengan nada sedih namun bercampur rasa kesal karena Sinta tidak mendengarkan ucapannya.     

Sinta memang salah jadi dia akan mengikuti apa keinginan Daffin asalkan dia tidak marah lagi dan bisa memaafkan semua kesalahannya.     

"nanti aku jelaskan didalam mobil, ayolah sayang! aku sudah tidak tahan lagi, ini sangat tidak nyaman!" rengek Sinta dan dia terus memohon untuk Daffin membawanya ke dalam mobil.     

"baiklah sayang, ayo kita kesana!" ajal Daffin menuju parkiran bawah tanah dari hotel itu.     

berjalan cukup lama, akhirnya mereka pun sampai.     

berjajar berbagai warna dan merk dari mobil ternama diparkir disana.     

Daffin berjalan sambil merangkul Sinta begitu erat dan Sinta memeluk erat Daffin, dia merasa kedinginan karena pakaian yang dia pakai sangat basah.     

membuka pintu mobil belakang Sinta pun masuk, namun Sinta mengira Daffin akan menunggunya didepan kursi kemudi tapi nyatanya? Daffin malah ikut masuk di kursi belakang.     

Daffin menutup pintu mobilnya dan memasang kaca anti tembus pandang.     

Sinta menaruh jas milik Daffin dan dia melihat Daffin terus menatapnya membuat Sinta yang ingin melepaskan pakaiannya langsung merasa sangat malu.     

"sayang, bisakah kamu keluar dulu?" ucap Sinta, dia menunduk malu.     

"kenapa aku harus keluar? aku sudah melihat semuanya bahkan sudah menikmati setiap inci kulit kamu sayang! " ucap Daffin sambil mengedipkan matanya.     

Sinta semakin malu, karena mengatakan hal yang begitu ambigu, membuatnya ingin tertawa.     

"iya aku tahu, tapi sayang ini... aku, aku merasa kurang nyaman dengan tatapan kamu itu!" ucap Sinta sambil menahan tawanya.     

Daffin mengulurkan tangannya dan tiba-tiba dia membantu melepaskan kancing pakaian sinta, kemeja itu berwarna merah maroon.     

"eh, sayang apa yang kamu lakukan? aku bisa melepaskannya sendiri!" ucap sinta yang hendak meraih tangan Daffin yang sudah membuka semua kancing pakaiannya yang seperti kemeja.     

terlihat kulit putih bersinar dibalik pakaian itu dsn dua gundukkan kenyal kesukaan Daffin.     

hasrat Daffin langsung menyala saat melihat pemandangan indah yang membuat dia ingin memakannya saat ini juga.     

Sinta melihat tatapan itu dan langsung memberitahukan dirinya sedang berada dalam sinyal bahaya.     

"sayang, tolong jangan macam-macam, ini tempat umum. Nanti kalau ada yang melihat?" ucap sinta, dia langsung menyilangkan tangannya.     

Daffin tertawa melihat Sinta yang takut diperkosa olehnya.     

"hahahhaa... kamu takut aku melakukan sesuatu sayang?" tanya Daffin, dia mengambil pakaian sinta yang baru dan menberikannya.     

"pakai secepatnya, sebelum aku berubah pikiran, sayang!" ucap Daffin, dia menahan tawanya.     

Sinta tertawa dan mengambil pakaiannya lalu mengenakkannya.     

setelah selesai, Sinta tersenyum dan mendekati Daffin, dia langsung mencium pipinya.     

Daffin terkejut dengan ciuman yang tiba-tiba mendarat di pipinya.     

Daffin tersenyum dan bertanya "ini hadiah untuk apa sayang?"     

Sinta tersipu malu dan langsung memeluk Daffin " hadiah karena kamu sudah menyelamatkan aku. errr ... sayang terima kasih ya! kalau tadi tidak ada kamu, mungkin aku sudah...," sinta menghentikan ucapannya dan melanjutkannya "mungkin aku sudah jadi bahan untuk dipermalukan mereka."     

Daffin mengusap rambut Sinta dan menjawab "aku suami kamu, jadi sangat wajar jika aku ini harus menyelamatkan istriku ini, tapi aku merasa sedikit kecewa padamu sayang!"     

Sinta mengangkat wajahnya dan menatap wajah Daffin "kecewa kenapa? karena aku tidak mendengar perintah kamu?" tanya Sinta.     

"bukan, kamu melarang aku untuk mengatakan jika kamu adalah istriku, kenapa tadi kamu mencubit pinggangku begitu sangat keras?" tanya Daffin dengan tatapan sedihnya.     

"aku... aku... belum siap jika semua orang tahu, aku ini istri dari seorang pria hebat seperti kamu, eehhmmm ... sayang beri aku waktu, boleh ya? aku ingin hidup normal seperti orang biasa dan jika semua orang tahu aku istri kamu, pasti setiap gerak gerik aku akan jadi bahan berita, aku tidak mau seperti itu sayang," ucap Sinta, dia menjelaskan semua alasan itu, agar Daffin mempercayainya.     

Daffin menarik nafas panjang dan berkata "huft, baiklah! aku juga mengerti karena dulu juga aku juga ingin seperti kamu sayang, tapi kamu harus ingat! kebebasan ini jangan kamu salah gunakan, kamu istriku, milikku dan cintaku, jangan mendekati pria manapun, mengerti!"     

"iya sayang, memiliki kamu sudah cukup untukku bahkan terlalu lebih baik untukku, sebenarnya akulah yang tidak pantas menyandang status sebagai istri kamu dan sepertinya aku jauh lebih pantas jika aku menjadi pelayan kamu!" ucap Sinta, dia tiba-tiba melepaskan pelukannya dan menunduk lesu.     

Daffin melihat perubahan pada Sinta, setelah mengucapkan perkataan itu.     

auto note :     

terima kasih untuk readers yang sudah mau mengikuti story' aku sampai di bab ini     

dan terima kasih kepada readers yang udah komentar aneh2 untuk story' ini juga.     

aku heran, di bab 17 ( saat Sinta menikah dengan Daffin) kenapa ada masalah terus disana.     

mereka menikah secara keyakinan aku memangnya salah? apa karena cerita awal aku terlalu mengerikan dan terkesan vulgar jadi gak boleh membawa nama keyakinan? aku tegaskan, Sinta itu anak baik-baik dia bahkan wanita yang menjaga dirinya, karena demi neneknya dia terpaksa seperti itu, miris emang, itulah kenapa tuhan menyelamatkan dia dengan bertemu pria baik seperti Daffin, mereka akhirnya menikah karena Daffin sebenarnya mau tanggung jawab.     

satu lagi, Daffin bukan bos mafia! itu keterangan udah jelas sejelas2nya, masih di pertanyakan bahkan di judge ga enak banget.     

hhhmm ... kesannya nih story' membawa contoh buruk.     

jujur, hati aku sedih! banyak salah faham sama story' ini, aneh aku pun, dibab awal udah jelas banget, masih salah faham aja, apakah teknik menulis aku sangat buruk sampai2 susah di mengerti ya!     

banyak story' yang lebih vulgar bahkan mereka menjadi seorang sugar baby dan bawa-bawa keyakinan, tapi gak ada yang ngusik tuh..     

mohon maaf auto jadi curhat.     

karena ini pertama kalinya nulis disini jadi belom faham situasi disini. Tapi jujur aja, auto sekarang ambyar. entahlah mau bagaimana lagi ke depannya, aku nulis buat dibaca sama readers untuk hiburan, kalau yang bacanya aja seperti ini, aku enggak ada semangat lagi buat nulis..     

mohon maaf ya, kalau banyak yang salah di story' ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.