My Husband from My First Love

bertemu dengannya lagi (part 1)



bertemu dengannya lagi (part 1)

2Sinta dan Daffin kembali masuk ke dalam mobil. Liburannya telah hancur karena panggilan telepon itu.     

Di dalam mobil, Sinta duduk dengan santai tepat disamping Daffin yang sedang menyalakan mesin mobilnya.     

"Sayang, ada barang yang hilang tidak?" tanya Sinta.     

Daffin menoleh dan tersenyum kearah Sinta.     

"Tidak ada! tapi aku tahu apa yang mereka incar saat ini," jawab Daffin, dia mengusap lembut pipi Sinta dan membawanya untuk menyandarkan kepala Sinta di bahu milik Daffin.     

"Kamu punya musuh sayang? siapa?" tanya Sinta dengan polos. Dia tahu suaminya sangat luar biasa dengan status yang dia miliki tapi dia juga tahu, Daffin baru kembali ke negara ini belum lama ini jadi dia tidak mungkin memiliki musuh di negara ini.     

"Ada, dari semenjak dia tahu, aku selalu menantangnya. Disinilah dia mulai memusuhi aku. Mereka pikir, aku selemah yang mereka pikirkan, hahahaha ... belum tahu mereka, siapa seorang Daffin Narendra," ucap Daffin, dia sangat narsis dan begitu membanggakan dirinya begitu tinggi.     

Sinta tertawa melihat tingkah suaminya yang sangat lucu. Ucapannya seperti orang sombong tapi di mata Sinta, Daffin sangat lah lucu.     

"Ya! mereka belum tahu sifat asli suamiku. sifat yang hanya aku saja yang tahu," jawab Sinta sambil tertawa cekikikan.     

Daffin yang sedang menyetir pun langsung menoleh.     

"Coba kamu sebutkan sayang, apa sifat asliku yang kamu ketahui?" Tanya Daffin.     

Sinta mendekati wajah Daffin dan berbisik ditelinganya.     

"Otak mesum suamiku, hehehehe ...," ucap Sinta, dia terkekeh dan kembali menaruh kepalanya di bahu Daffin.     

"puft, hahahahha ... jadi itu yang paling melekat di pikiran kamu ya sayang?!" ucap Daffin, dia tertawa terbahak-bahak.     

Sinta pun ikut tertawa.     

"hehehehe ... lalu apa lagi? yang aku temukan saat bersama kamu, selalu seperti itu. Itu yang aku hafal hingga hari ini," ucap Sinta, dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan berusaha untuk tidak tertawa dengan suara yang sangat keras.     

"hahahaha ..., aku ..., aku, hahahahhaha ...," Daffin tertawa keras, dia tidak menyangka jika Sinta memiliki pikiran semacam itu.     

Daffin menghentikan tawanya dan mencoba mengatur nafasnya kembali.     

"Sayang, kamu mau lihat tidak?" tanya Daffin, matanya memandang kearah depan, dia harus fokus menyetir.     

"lihat apa sayang? jangan katakan kalau aku kamu menyuruh aku untuk melihat...," Sinta menghentikan ucapannya dan wajahnya memerah karena malu.     

Daffin menaikkan alisnya, dia merasa aneh dengan Sinta yang tiba-tiba tersipu malu.     

"Sayang, kenapa berhenti? ayo lanjutkan ucapan kamu?!" ucap Daffin, dia menunggu Sinta untuk melanjutkan ucapannya.     

"errr ... tidak jadi sayang, aku mendadak lupa, hehehehe," jawab Sinta sambil menutup wajahnya.     

"sial! ada apa dengan aku, kenapa aku memikirkan juniornya Daffin! Ya Tuhan kenapa aku juga sama seperti Daffin, ahhh ... tidak! aku tidak boleh memikirkan hal semacam ini, tidak boleh!" gumam Sinta didalam hatinya. Dia tidak berani mengatakan secara langsung kepada Daffin.     

Karena Sinta tahu, jika dia mengatakan itu pada Daffin secara terus terang, dia bisa diterkam kembali olehnya.     

Sinta merasakan seluruh tubuhnya menggigil ketakutan, karena yang semalam saja dia belum hilang rasa sakitnya, apalagi harus ditambah satu putaran lagi. Dia pasti tidak bisa bangun hingga besok pagi.     

Daffin melirik dan melihat wajah Sinta semakin memerah.     

"sayang, kamu baik-baik saja kan?" tanya Daffin, dia mengusap pelan rambut Sinta.     

Sinta terkejut dan langsung menegakkan kepalanya.     

"oh, hhaah ... aku baik-baik saja sayang, iya aku baik-baik saja!" jawab Sinta. dia terlihat panik sekali.     

"oh, syukurlah jika seperti itu, hehehehe," ucap Daffin, dia terkekeh dan menarik kembali kepala Sinta untuk menyandar di bahunya kembali.     

"Sayang, tadi kamu mengatakan ingin memperlihatkan sesuatu padaku, apa itu sayang?" tanya Sinta kembali.     

Daffin tersenyum dan menjawab, "kamu yakin ingin melihatnya?"     

Sinta mengangguk Setuju.     

"sangat yakin, ayolah beritahu aku sayang!" ucap Sinta dengan nada merengek. dia merasa sangat penasaran dengan apa yang Daffin ingin tunjukkan.     

"baiklah, akan aku tunjukkan padamu sayang," ucap Daffin, dia mengusap lembut rambut Sinta.     

mobil Daffin pun melaju kencang menuju suatu tempat, tempat dimana dia ingin menunjukkan sesuatu pada Sinta.     

Sinta mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan melihat ada banyak pesan dari Aisyah.     

Sinta membukanya dan langsung membacanya. Dia merasa terkejut saat membaca semua pesan dari Aisyah.     

Sinta menoleh kearah Daffin dan berkata, "Sayang! Aisyah mengatakan jika dia menemukan seorang pria yang baru saja keluar dari kantor dan wajahnya mirip sekali dengan Jeffery," ucap Sinta dengan nada sedikit terkejut.     

Daffin terlihat tenang dan menatap kearah Sinta.     

"aku sudah mengetahuinya, dia anak haramnya Mark dari wanita selingkuhannya. Mark menyembunyikannya selama ini dan belum ada yang tahu tentang ini semua," ucap Daffin. dia menjelaskan semuanya.     

Sinta sekarang mengerti, kenapa ada pria yang wajahnya bisa mirip Jeffery.     

"jadi seperti sayang, kasihan sekali dia, Jeffery hidup tenang dan bahagia dalam kemewahan sedangkan saudaranya harus hidup dalam pengasingan seperti itu. Kasihan sekali dia sayang!" ucap Sinta, dia merasa sangat simpati kepada Arya.     

Walaupun dia belum melihatnya tapi mendengar cerita dari Daffin, dia ikut merasakan rasa sakit itu karena dirinya juga mengalami hal yang sama, dicampakkan oleh Jeffery karena dia hanyalah wanita miskin dan tidak pantas berada disampingnya pada saat itu.     

Daffin tersenyum dan mengecup puncak kepala Sinta, dia tahu jika Sinta adalah tipe wanita yang gampang tersentuh dan selalu memikirkan perasaan orang lain.     

"sudahlah, jangan memikirkan dia lagi. Lebih baik kamu fokus saja untuk mencintai aku, tidak perlu memikirkan yang lainnya," ucap Daffin sambil terkekeh sendiri.     

mendengar itu, Sinta tertawa bersama Daffin didalam mobil itu bergema suara tawa mereka berdua.     

Tiba-tiba Sinta merasa ingin buang air kecil.     

"sayang, aku ingin ke toilet, bisakah kita berhenti sebentar?!" ucap Sinta sambil menunjuk kearah pom bensin yang tidak jauh dari mobil mereka saat ini.     

"oke sayang!" Daffin mengangguk dan mengarahkan mobilnya ke pom bensin itu.     

setelah sampai, Sinta pun langsung membuka pintu dan berlari kearah toilet.     

Daffin hanya bisa tersenyum melihat Sinta yang berlari kecil dan itu terlihat sangatlah lucu.     

Sambil menunggu Sinta, Daffin pun mengambil ponselnya dan ingin melihat informasi terbaru yang Marco berikan.     

Daffin merasa terkejut karena Marco sudah menemukan rumah Arya.     

Daffin menunda kepergiannya bersama Sinta untuk memperlihatkan sesuatu pada Sinta. karena Arya jauh lebih penting saat ini.     

Saat Daffin yang sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobilnya.     

Daffin menoleh dan terkejut.     

Daffin merasa sangat sial karena harus bertemu orang ini sekali lagi.     

"shittt ... kenapa harus ada dia disini?" umpat Daffin karena dia sangat jijik dengan orang ini.     

Daffin tidak mau membuka kaca jendela tapi orang itu sepertinya tidak memiliki rasa malu sedikit pun. Dia berjalan dan membuka pintu disebelah tempat duduk yang tepatnya adalah tempat duduk yang Sinta duduki tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.