My Husband from My First Love

bertemu dengan lagi (part 2)



bertemu dengan lagi (part 2)

2Wanita itu tersenyum dan hendak masuk ke dalam mobil Daffin namun Daffin mendorongnya dengan kasar.     

"Awww … Daff, apa yang kamu lakukan?" Teriak wanita itu dan tidak lain dia adalah Laura.     

Daffin menatap dingin kearah Laura. Dia benar-benar sangat membencinya. Gara-gara dia, Sinta sempat marah padanya dan hubungan mereka hampir saja hancur.     

"Pergi dari sini! Untuk apa kamu tiba-tiba masuk ke dalam mobilku!" Teriak Daffin dengan nada kasar.     

Urat malu Laura sepertinya sudah putus dan dia masih bertekad bangun dan hendak mendekati Daffin lagi.     

Namun, dari belakang ada yang menarik rambutnya dengan keras.     

"Awww … brengsek! Siapa yang berani menarik rambut aku! Arrghhh … lepaskan! Cepat lepaskan!" Teriak Laura, dia meringis kesakitan.     

Sinta tersenyum mengejek dan dia mendorong tubuh Laura dengan keras hingga dia membentur pintu mobil bagian belakang.     

"Ahhhh ... Sialan! Berani sekali kamu melakukan ini padaku!" Teriak Laura, dia benar-benar sangat marah.     

Saat dia membalikkan tubuhnya dia terkejut saat melihat Sinta yang berani melakukan hal sekejam itu.     

Wanita yang terlihat lugu, polos dan lembut ternyata bisa melakukan hal se kasar itu.     

Laura mengusap rambutnya yang sakit dan merapihkannya dengan jari-jarinya.     

Dia menatap kearah Sinta dan tangannya hendak menampar Sinta.     

"Brengsek! Berani-beraninya kamu menarik rambut aku, kamu harus tahu akibatnya karena sudah berani melawan aku!" Teriak Laura dan tangannya sudah melayang hendak menampar Sinta.     

Sinta sudah mengulurkan tangannya dan hendak menangkap tangan Laura tapi dia belum sempat menangkapnya. Karena ada tangan besar yang menghentikan tangan itu.     

Daffin baru saja keluar dari mobil dan hendak berlari untuk menghentikan aksi Laura, tapi dia terlambat karena ada seseorang yang menyelamatkan Sinta terlebih dahulu.     

Sinta membuka matanya dan dia melihat, ada pria asing yang membantunya.     

Laura terkejut dan dia langsung menunduk karena yang menghentikan aksinya adalah Aksan, suaminya.     

Daffin mengenal pria itu. Pria brengsek yang dahulu meremehkan dia dan juga pernah menghinanya saat itu.     

Daffin langsung mendekati Sinta dan dia memeluknya dengan erat.     

"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Ucap Daffin, dia memeriksa wajah dan seluruh tubuh Sinta dan dia melihat jika Sinta baik-baik saja.     

"Sayang, aku baik-baik saja!" Jawab Sinta, dia memeluk Daffin dengan erat.     

"Syukurlah jika kamu baik-baik saja. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh kamu apalagi menyakiti kamu sayang," ucap Daffin, dia mengecup lembut kening Sinta.     

"Terima kasih sayang, aku hanya ingin mengusir wanita yang tidak tahu malu itu saja. Aku tidak mau jika suamiku disentuh wanita lain selain aku," ucap Sinta dengan suara keras, dia sengaja mengatakan itu supaya Laura mendengarnya dan dia merasa malu karena sudah mengganggu suami orang.     

Aksan mendengar itu semua, dia melempar tangan Laura dan menatap kearah Sinta yang berada dalam pelukan Daffin.     

Aksan melihat wajah Sinta dan merasa jika Sinta mirip dengan seseorang. Tapi dia juga tidak tahu itu dimana.     

Daffin melihat wajah Aksan yang terus menatap Sinta dan Daffin sangat tidak menyukainya. Selain membencinya karena dahulu dia memiliki dendam pribadi, Daffin juga sangat takut. Takut Aksan merebut Sinta dari sisinya.     

Aksan menatap Daffin dan dia akhirnya mengingatnya.     

"Kamu … kamu Daffin kan?" Tanya Aksan sambil mengingat kembali ke dalam ingatan masa lalunya.     

Daffin menatapnya dengan sinis.     

"Ya! Aku Daffin, kamu masih mengingat aku?"     

Aksan tertawa. Tentu saja dia mengingatnya. Pria pecundang itu kini ada didepannya saat ini.     

Laura mendekati Aksan dan menarik lengannya.     

"Kamu jangan macam-macam padanya!" Ucap Laura, dia berusaha melindungi Daffin.     

Aksan melirik kearah Laura dan tertawa lagi.     

"Kamu mau melindungi pria itu? Bagus! Sangat bagus! Sepertinya kamu menginginkan hukuman itu ya!" Ucap Aksan, dia berbisik ditelinga Laura dan melanjutkan ucapannya, "kamu sudah berani mengatur aku Laura? Kamu mau mendekati dia untuk membantu kamu bebas dari aku?" Ucap Aksan .     

Mendengar ucapan Aksan, Laura tidak bisa mengatakan apapun.     

Dia mencintai Daffin entah wajahnya ataupun kekayaannya, itu semua Laura menyukainya.     

Tapi, mendengar ancaman Aksan. Laura hanya diam dan berusaha untuk tidak diketahui terlebih dahulu oleh Aksan.     

"Aku ... Aku, aku tidak! Aku tidak seperti, sungguh!" Bantah Laura, dia masih belum siap dengan hukuman yang Aksan berikan jika dia ketahuan telah mendekati Daffin.     

Tapi Aksan melirik kearah Daffin dan masih melihat wanita cantik yang berada dalam pelukannya.     

Sinta mengangkat wajahnya, dia memandang wajah Daffin.     

"Sayang, aku ingin pergi dari sini sekarang juga!" Ucap Sinta, dia merasa sangat tidak nyaman saat dia menangkap tatapan Aksan padanya. Dia merasa takut dengan tatapan itu. Tatapan yang membuat Sinta mengingat sesuatu di masa lalunya.     

Daffin mengusap rambut Sinta dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut.     

"Ayo kita pergi, bukankah kamu mau memasak makanan yang enak untuk aku ya?" Ucap Daffin, dia menatap Sinta dan tersenyum sangat lembut.     

Senyuman Daffin yang sangat tampan membuat Laura semakin ingin mendapatkan Daffin secepatnya dan menyingkirkan Sinta secepatnya dari sisinya.     

Laura mengepalkan tangannya dan mengumpat didalam hatinya, "Daffin terlihat semakin tampan saja! Aku harus mendapatkan nya dan secepatnya aku harus menyingkirkan wanita kampungan itu dari sisi Daffin!"     

Laura menggertakan giginya dan menahan semua rasa kesal didalam hatinya saat ini.     

Sinta merasakan hawa kebencian saat dia menatap Laura dari balik pelukan Daffin.     

Sinta sedikit takut tapi saat merasakan pelukan hangat dari Daffin dia yakin jika Daffin akan selalu ada untuk melindunginya.     

Daffin muak melihat Aksan dan juga Laura saat ini.     

Dia pun membawa Sinta dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil.     

Sinta tersenyum dan mengatakan, "terima kasih sayang."     

Suara indah dan lembut terdengar melewati telinga Daffin. Diia mengangguk pelan dan segera menutup pintu mobilnya.     

Melirik kearah Aksan yang masih menatap Sinta dengan tatapan penasaran membuat Daffin membalas tatapan itu dan Aksan langsung tersenyum kecut.     

Setelah menatap sebentar, Daffin pun langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mereka berdua dalam keadaan berdiri kaku.     

Setelah mobil Daffin sudah tidak terlihat lagi.     

Aksan menatap kearah Laura dan tersenyum tipis.     

"Siapa wanita cantik itu?" Tanya Aksan tanpa basa basi lagi.     

Laura mengepalkan tangannya, dia merasa sangat cemburu karena suaminya sendiri sepertinya sangat tertarik pada wanita kampungan itu.     

"Aku tidak tahu, tapi Daffin mengatakan jika wanita itu adalah istrinya. Tadi kamu bilang dia cantik? Mata kamu buta Aksan! Aku jauh lebih cantik dari dia!" Ucap Laura, dia melepaskan lengan Aksan dan pergi meninggalkan Aksan yang masih berdiri disana.     

Aksan tertawa sendiri dan berkata, "wanita murahan, sudah sangat jelas. Istri Daffin jauh lebih cantik dari kamu. Tapi kenapa aku merasa sangat familiar dengan wajahnya, siapa dia? Jangan katakan kalau dia adalah, gadis itu?!" Ucap Aksan, dia mengusap dagunya sambil mengingat- ingat kejadian lima belas tahun yang lalu. Dia pernah bertemu gadis kecil yang memberikannya permen saat dia sedang bersedih.     

Aksan langsung menggelengkan kepalanya dan tertawa sendiri.     

"Mungkin hanya mirip," ucap Aksan dan dia pun langsung pergi menuju mobilnya.     

Mobil Aksan dan Laura berbeda. Laura menyetir sendiri dan Aksan mengikutinya dari belakang. Karena biar bagaimana pun Laura adalah istri sah nya dan membawa nama baik keluarganya. Aksan takut Laura membuat malu nama keluarganya. Sehingga dia harus terus mengawasinya sesering mungkin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.