My Husband from My First Love

Rencana untuk Daffin (part 2)



Rencana untuk Daffin (part 2)

1Setelah keluar dari ruangan ayahnya.     

Jeffery mengambil ponselnya dan meminta bantuan seseorang yang cukup berbahaya.     

Dia ketua gengster dari Singapore dan tentunya di memiliki kekuasaan yang hebat.     

Drrttt … drrttt …     

Ponsel seorang pria yang penuh dengan tato pun berbunyi. Dia berkulit hitam dan berpostur tinggi. Dia seperti bos - bos gengster yang ada di film-film Holywood. Di pelipis mata sebelah kanan terdapat bekas luka memanjang yang menunjukan jika dia pernah terluka disana. Luka itu dia dapatkan saat dia melawan seorang jendral pasukan khusus Di Rusia. Saat itu dia belum menjadi seorang ketua gengster. Hanya sebagai tangan kanan bosnya.     

Luka itu tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya karena luka itu sudah membuat wajahnya yang seram bertambah mengerikan.     

Saat ini. Dia sedang sibuk dengan anak buahnya yang sedang kena marah olehnya.     

Merasakan ponselnya bergetar didalam saku celananya. Pria berkulit hitam itu pun langsung mengambil ponselnya didalam saku celananya.     

Pria berkulit hitam itu pun melihat ID pemanggil yang bertuliskan 'Jeffery'     

Pria berkulit hitam itu pun tersenyum senang karena Jeffery adalah temannya yang sudah menolongnya saat dia terluka di pinggiran pantai di Singapore. Dia terkena luka tembak dan Jeffery telah menolongnya.     

Saat itu Jeffery sedang berlibur dan berusaha menghindari Amanda yang selalu menempeli nya saat di Amerika.     

Menekan tombol 'ok'. Pria itu pun langsung menjawab.     

"Halo Jeff!" Ucap pria berkulit hitam itu, di tertawa gembira yang hanya memperlihatkan gigi-gigi putih yang berbaris di dalam mulutnya.     

Jeffery tersenyum cerah. Karena Mike telah menjawab panggilan teleponnya.     

"Halo, Mike! Apa kabarnya? Kau pasti sedang sibuk ya?" Ucap Jeffery dalam bahasa Inggris.     

"Hahahaha … aku baik-baik saja Jeff, kau bagaimana disana? Apakah kau sudah kembali ke negara asal kau itu?" Jawab Mike dengan bahasa Inggris juga.     

Jeffery ikut tertawa, dia merasa senang karena bisa bicara dengan teman lamanya.     

"Kabar aku juga baik-baik saja Mike. Bagaimana dengan keadaan disana? Kau baik-baik saja kan disana?" Ucap Jeffery, dia masih saja tertawa sambil berjalan menuju ruangannya.     

Tiba-tiba dia merasa terkejut saat melihat seorang wanita memakai seragam OG melewatinya.     

"Sinta!" Ucap Jeffery dan dia menarik bahunya namun ternyata itu bukanlah Sinta tapi orang lain.     

Jeffery merasa sangat malu dan dia pun tersenyum canggung.     

"Oh! Saya minta maaf ya!" Ucap Jeffery dan dia pun langsung meninggalkan wanita itu.     

Wanita itu hanya menghela nafas pendek dan berkata, "memangnya aku mirip dengan Sinta? Pak Jeff ini matanya sudah mulai bermasalah sepertinya," ucap wanita itu sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.     

Dia pun pergi meninggalkan tempat itu dan Jeffery masuk ke dalam ruangannya sambil berbicara dengan Mike.     

"Jeff! Ada apa kau tiba-tiba menghubungi aku? Apakah kau sedang membutuhkan bantuanku?" Tanya Mike dengan senyum lebar diwajahnya.     

Jeffery tertawa bodoh dan menjawab, "iya Mike. Aku membutuhkan bantuan kau. Hhhmm … bisakah kau. membantu aku untuk menakuti seseorang?" Ucap Jeffery sambil menahan rasa malunya.     

Mike tertawa keras dan mengangguk, "tentu saja! Aku akan membantu kau Jeff, apalagi hanya untuk menakuti seseorang. Jadi apa rencana kau Jeff?" Ucap Mike, dia masih tertawa lebar dan menganggap jika orang yang akan dia ganggu hanyalah orang biasa tapi dia tidak tahu orang macam apa yang akan dia hadapi nanti.     

Jeffery menceritakan semua rencananya dan Mike mengerti seluruhnya.     

Dia tertawa keras karena menurutnya hanya menakuti seorang pengusaha yang menurutnya tidak akan menghabiskan banyak waktu.     

"Hahahaha … ini tugas yang mudah Jeff, aku akan mengurusnya nanti!" Ucap Mike. Dia tertawa terbahak-bahak.     

"Hahahaha …terima kasih Mike. Aku percaya jika kau bisa diandalkan. Nanti kita bertemu di kapal pesiar Peurto Mona. Nanti kapal itu akan menepi di Singapore jadi aku akan menyambut kau disana!" Ucap Jeffery, dia masih tertawa dan membayangkan wajah Daffin yang ketakutan dan tentunya meminta ampun kepada anak buah yang Mike kirimkan untuk mengganggunya.     

Saat Jeffery sibuk dengan pikiran jahatnya yang ingin menyakiti Daffin.     

***     

Di dalam rumahnya.     

Hatchimmm …     

Daffin yang sedang duduk di meja makan pun bersin tanpa ada angin atau pun hujan. Daffin langsung menggosok hidungnya hingga merah.     

"Sial! Kenapa tiba-tiba aku bersin?" Ucap Daffin. Dia kembali mengunyah makanannya sambil menatap layar tab yang isinya adalah pekerjaan dia semuanya .     

Sinta yang duduk disebelahnya langsung mengusap pipi Daffin dan melihat hidung Daffin yang merah karena dia menggosoknya.     

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Sinta dengan nada khawatir.     

Daffin tersenyum dan menatap Sinta dengan lembut.     

"Aku baik-baik saja sayang. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba bersin. Mungkin ada seseorang yang sedang mengumpat aku, hehehehe …," ucap Daffin. Dia menyentuh tangan Sinta yang mengusap pipinya dan mengusapnya dengan lembut.     

Sinta tersenyum lega karena Daffin tidak kenapa-kenapa.     

"Syukurlah sayang. Aku takut jika kamu sakit nantinya," ucap Sinta.     

"Kalau aku sakit, kan ada dokter cinta yang akan mengobati aku nantinya," ucap Daffin dengan senyum nakalnya.     

Sinta tersipu malu dan menunduk kan wajahnya.     

Kakek Wijaya menahan tawanya tapi dia ingin mengganggu kesenangan Daffin.     

"Uhuukkk … Sinta, kakek merasa sangat haus. Bisakah kamu mengambilkan kakek segelas air putih?" Perintah kakek Wijaya sambil menahan tawanya saat melihat Daffin menatap kesal kepadanya.     

Sinta mengangguk dan mengambilkan segelas air putih untuk kakek Wijaya.     

Daffin melirik sinis kearah kakeknya dan berkata, "kakek! Mau sampai kapan tinggal disini? Kakek kan memiliki rumah sendiri. Bisakah kakek untuk pulang hari ini," ucap Daffin sambil menatap serius kearah kakeknya. Daffin tertawa senang didalam hatinya karena dia bisa berduaan dengan Sinta lagi nanti malam tanpa gangguan dari kakeknya.     

"Daff, kamu tega sekali mengusir kakek tua ini. Sinta coba kamu lihat! Suami kamu sangatlah kejam, bahkan dia ingin mengusir kakeknya sendiri. Sinta tolong kakek!" Ucap kakek Wijaya, dia menitikkan air mata buaya untuk mengelabui Sinta agar membelanya.     

Sinta menatap kearah Daffin. Sinta takut Daffin seperti semalam lagi. Dia merajuk walaupun itu hanya sandiwara tapi sempat membuat hati Sinta merasa sangat gelisah dan takut jika Daffin tidak akan memaafkannya.     

Sinta menatap kearah Daffin dan berkata, "sayang! Kasihan kakek. Kakek sudah tua dan aku … aku, aku tidak mau jika kakek bersedih." Ucap Sinta, dia menunduk dan raut wajahnya terlihat sedih.     

Daffin tidak tega jika melihat Sinta bersedih. Hatinya akan ikut merasa tersayat jika dia harus melihat Sinta yang menangis karena dirinya.     

Daffin mengusap rambut Sinta dan memeluknya.     

"Iya, kakek boleh menginap disini lagi. Aku mengizinkan kakek untuk sering datang kesini!" Ucap Daffin, dia mengecup puncak kepala Sinta dengan lembut.     

Namun saat Daffin melirik kearah kakeknya, dia mengganti ekspresi lembutnya menjadi ekspresi kesal saat melihat kearah kakeknya.     

Kakek Wijaya terkekeh sendiri karena telah berhasil membuat Daffin mengalah dan dia bisa bebas menghabiskan waktunya bersama Sinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.