Nick yang malang
Nick yang malang
"Brengsek! Kenapa kamu tidak memberi kabar dulu?!" Umpat Daffin, dia bangun dari tempat duduknya. Dia berjalan menghampiri orang itu.
Orang itu ternyata adalah Nick. Sahabatnya Daffin.
"Hahahha … kamu terlalu serius Daff, saat aku melihat wajah terkejut kamu tadi, ya Tuhan! Harusnya aku mengambil gambar dan aku berikan pada Wilma. Pasti dia sangat suka melihat wajah jelek kamu itu Daff!" Ucap Nick, dia tertawa keras sambil menepuk bahu Daffin yang kini ada didepannya saat ini.
"Haisttt ... Kamu tidak pernah berubah Nick. Sudah tujuh tahun, tapi kamu masih saja sama seperti ini," ucap Daffin. Dia merangkul bahu Nick dan menepuk secara perlahan.
Nick tertawa keras, mendengar ucapan Daffin.
"Hahahaha … tentu saja, aku tidak akan berubah. Jika aku berubah, Wilma bisa meninggalkan aku. Oh tidak! Aku tidak bisa hidup tanpa dia Daff!" Ucap Nick.
Mereka berdua berjalan bersama dan duduk bersama di sofa panjang yang berada dalam ruangan Daffin.
Daffin melepaskan rangkulannya dan melihat kearah sahabatnya itu.
"Lalu, kenapa kamu datang kemari? Ini jam kantor. Memangnya kamu tidak bekerja? Atau mungkin sekarang kamu sudah berubah jadi pengangguran dan lihat. Perut kamu ini, ya Tuhan! Sudah seperti pria tua yang sudah berumur diatas tiga puluh lima saja," ucap Daffin, dia menepuk perut Nick yang sebenarnya sispack sambil tertawa.
"Sialan! Aku masih berumur tiga puluh tahun. Masih sangat muda untuk menjadi pria tua. Hahahahha … kamu juga sudah tua Daff. Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan kamu ini. Segeralah mencari wanita yang bisa mengurus kamu, memangnya kamu tidak lelah menjadi pria lajang?" Ucap Nick. Dia mengejek Daffin. Dia lupa jika Daffin pernah mengatakan jika dia sudah memiliki istri dan Nick mengira jika Daffin hanya bercanda saja.
Daffin mengerenyitkan dahinya.
Dia sudah menikah dan Nick sudah dia beritahukan.
"Lajang? Aku sudah menikah Nick! Bukankah aku sudah mengatakan di telepon kemarin jika aku sudah menikah? Atau aku yang sudah pikun karena belum memberitahu kamu," ucap Daffin. Dia menggaruk kepalanya dan mengingat-ingat kembali jika dia memang sudah memberitahukannya saat itu.
Nick langsung melompat dari tempat duduknya.
Dia memegang kedua bahu Daffin, karena dia masih tidak percaya jika Daffin sudah menikah.
"Hei Daff! Kamu tidak sedang membohongi aku kan? Ayolah Daff! Katakan yang sebenarnya. Kamu berbohong kan? Ayo jawab Daff?!" Ucap Nick. Dia menggoyangkan kedua bahu Daffin dan memaksa Daffin untuk mengakuinya.
Daffin menghempaskan kedua tangan Nick dari bahunya.
"Haisttt … aku tidak berbohong. Aku masih normal dan aku sudah menemukan wanita yang cocok untuk jadi istriku. Tunggu sebentar, aku akan memberitahu kamu. Siapa istriku!" Ucap Daffin, dia mengambil ponselnya dan mencari foto Sinta bersamanya.
Setelah menemukannya, Daffin pun memberikan ponselnya dan menunjukkannya kepada Nick.
"Ini istriku!"
Nick mengambil ponsel Daffin dan melihat foto Sinta.
Dia merasa terkejut karena dia seperti mengenalnya.
"Daff, wanita cantik ini istri kamu?" Tanya Nick dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya.
Daffin langsung merebut ponselnya dan menjawab, "iya! Dia istriku. Jangan terlalu menatap wajahnya. Aku tidak menyukainya!" Ucap Daffin, dia mendadak ketua dan langsung menyembunyikan ponselnya.
Melihat tingkah Daffin yang terlihat seperti pria muda yang sedang dimabuk cinta, begitu pencemburu dan takut pacarnya diambil orang lain.
"Hahahaha … Daff! Kamu masih Daffin sahabat aku kan?" Tanya Nick. Dia memegang dahi Daffin dan memastikan jika Daffin tidak sedang demam kali ini.
"Oke! Kamu masih normal Daff. Hahahhahaha … jadi pria dingin dan, uhuukk ... Tidak suka wanita manapun akhirnya memiliki istri juga," ucap Nick, dai menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Dia menahan tawanya agar tidak tertawa keras.
"Sialan! Aku masih sangat normal. Kamu jangan menatap istriku seperti itu. Kalau tidak, aku congkel biji mata kamu itu. Aku tidak suka cara kamu menatap istriku seperti itu!" Ucap Daffin, dia benar-benar merasa sangat kesal. Dia tidak ingin ada pria lain menatap Sinta. Karena hanya dialah yang boleh menatapnya. Mungkin itu terdengar egois tapi itu keinginan hatinya. Daffin tidak bisa memungkirinya.
Nick tertawa keras, dia melihat sahabatnya yang selalu dingin pada wanita akhirnya menjadi budak cinta juga sama seperti dirinya.
"Hahhahaha … akhirnya, Daffin Narendra. Kamu sama denganku. Oh Tuhan, terima kasih karena sudah memberikanku teman seperjuangan dalam menjalani cinta ini," ucap Nick. Dia terus tertawa dan mencubit kedua pipi Daffin.
"Daff, kita harus merayakannya. Bawa istrimu Daff dan perkenalkan kepada kami. Wilma pasti merasa senang jika tahu kalau kamu akhirnya sudah menikah," ucap Nick. Dia masih saja tertawa dan Daffin langsung menghempaskan tangan Nick yang mencubit pipinya.
"Lepaskan tangan kamu, pipiku sakit!" Umpat Daffin, dia merasa kesal dengan Nick yang sejak dahulu sering mencubit pipinya.
"Oh, hahahaha …. Sorry Daff. Aku tidak sengaja. Tapi pipi kamu ini semakin halus saja. Pasti kamu sering mendapat ciuman dari istri kamu yang manis itu," ucap Nick sambil mengedipkan matanya. Dia sedang mencari tahu tentang hubungan pernikahan Daffin dan istrinya.
Daffin tertawa dan menjawab.
"Tentu saja, bukan hanya pipi tapi semuanya, uuhhh … indahnya memiliki istri bukan hanya sebagai tunangan," Sindir Daffin, dia melirik kearah Nick dan Nick langsung cemberut.
"Sialan kamu Daff! Kamu sedang menyindir aku ya?!" Umpat Nick, dia ingin menikah tapi Wilma terus menolaknya. Membuat Nick harus menahan dirinya lebih lama lagi.
Daffin tertawa dan berbisik ditelinga Nick.
"Nick, menjadi suami istri sangatlah indah. Kamu bisa menyentuhnya kapan pun yang kamu mau. Bercinta sepuasnya dan tentunya, tidur tidak sendiri lagi, hehehehe." Ucap Daffin, dia sengaja mengatakan itu supaya Nick semakin merasa menderita.
"Ahhh … shitt! Daff, aku ingin menikah sekarang juga. Aku bosan tidur sendiri," jawab Nick. Dia merengek sambil menarik-narik tangan Daffin.
"Daff, bantu aku membujuk Wilma agar dia mau menikah denganku. Aku mohon Daff," Nick semakin merengek dan Daffin hanya bisa menepuk dahinya.
Dia hanya bercanda tapi Nick menanggapinya dengan serius.
"Aku … aku tidak bisa berjanji, karena ini urusan kalian berdua. Wilma berbeda dengan istriku!" Ucap Daffin. Dia mengumpat didalam hatinya, "sial! Aku mana bisa bicara dengannya. Mulutnya seperti petasan. Aku pasti kalah jika bicara dengannya." Ucap Daffin didalam hatinya, dia melirik kearah Nick dan hanya bisa mengangguk. Dia tidak bisa menjanjikan apapun. Mungkin dia bisa meminta saran kepada Sinta dan mungkim Sinta bisa membantunya nanti.
Saat Nick yang masih merengek kepada Daffin.
Marco pun masuk dan langsung menutup matanya.
"Oh Tuhan! Saya minta maaf bos. Saya tidak tahu jika ada tamu disini, kalau begitu saya permisi dulu!" Ucap Marco, dia memalingkan wajahnya dan bersiap untuk pergi.
Daffin langsung melepaskan tangan Nick dan memanggil Marco kembali.
"Tunggu! Ada apa?" Panggil Daffin.
Marco kembali melihat kearah Daffin.
"Bos, saya ingin mengatakan jika mobil anda sudah siap. Bukankah Anda ingin bertemu dengan Arya?" Ucap Marco.
Daffin baru mengingat hal itu. Gara-gara Nick, dia melupakan tujuan utamanya hari ini.
"Baiklah, saya pergi sekarang," ucap Daffin. Dia mengambil ponsel dan jas hitam miliknya.
Nick melihat Daffin yang akan pergi lalu bertanya, "Arya siapa daff? Aku tidak pernah mendengar nama itu?" Tanya Nick dengan bingung.
"Kamu mau ikut? Ayo ikut denganku. Nanti aku ceritakan semuanya di mobil!" Ucap Daffin, dia berjalan pergi menuju pintu dan Nick mengikutinya dari belakang bersamaan dengan Marco di sampingnya.
Marco menatap aneh kearah Nick.
Tiba-tiba Marco mengingat kejadian yang barusan dia lihat.
Dia langsung menggigil diseluruh tubuhnya dan menyangka jika Nick adalah pria yang memiliki kelainan seksual.
Nick hanya diam dan bersiul santai disampingnya. Karena dia tidak tahu kalau Marco sudah mengambil kesimpulan jika dia pria yang tidak normal dan Marco ketakutan lalu menjaga jarak dari dirinya.