sahabat Daffin
sahabat Daffin
"Sayang, kita pulang sekarang!" Ucap Daffin, dia mengecup puncak kepala Sinta dan kembali fokus untuk menyetir.
Sinta menyandarkan kepalanya di bahu Daffin dan memeluk lengan Daffin dengan erat.
Sejak melihat Laura yang tepat didepan matanya begitu berani ingin mengganggu Daffin membuat Sinta merasa sangat ketakutan. Dia takut Daffin diambil olehnya.
Jadi Sinta memiliki sebuah tekad untuk melakukan apapun agar Daffin tidak diambil oleh siapa pun.
Drrrtt … ddrrtt …
Ponsel Daffin pun berbunyi dan itu nomor yang tidak di kenal.
Daffin mengambil ponselnya yang berada di saku celananya.
Menekan tombol 'ok' Daffin pun langsung menjawab, "halo!"
"Halo daff! Sialan kamu kemana saja?! Sudah kembali tapi kamu tidak memberi kabar padaku sama sekali!" Teriak seorang pria yang ternyata adalah teman kuliah Daffin sebelum dia pergi ke Rusia.
"Tunggu! Ini siapa? Aku tidak mengenal kamu!" Ucap Daffin dengan nada tidak terima.
Daffin masih menyetir dan tidak lama kemudian mereka pun sampai di rumahnya.
Daffin mematikan mesin mobilnya dan menatap kearah Sinta yang sudah bangun dan melepaskan diri dari memeluk Daffin.
"Sayang, aku masuk duluan ya! Aku mau menyiapkan makan malam buat kita," ucap Sinta, dia mencium pipi Daffin dan langsung keluar dari mobil.
Daffin pun menyusul Sinta namun dia masih memegang ponselnya yang masih menempel di telinganya.
"Halo, kamu siapa? Berhenti bermain-main, waktu aku sangat terbatas!" Ucap Daffin yang sudah tidak sabar lagi.
"Woahhhh … Daff, sejak kapan kamu sesibuk ini! Bahkan suara teman kamu sendiri saja tidak kamu kenal," ucap Nick. Dia tertawa terbahak-bahak.
Daffin mengenal suara tawanya. Dia baru sadar jika itu adalah teman satu perjuangannya walaupun Nick tidak ikut dengan ke Rusia.
"Sialan! Ternyata ini kamu Nick! Aku kira kamu siapa, apa kabarnya?" Tanya Daffin, dia akhirnya tertawa keras karena Nick adalah sahabat terdekatnya.
"Brengsek kamu daff! Bahkan suara seksi aku saja kamu tidak mengenalnya. Apakah karena umur kamu yang sudah tua itu, membuat kamu melupakan sahabat kamu yang paling tampan ini," ucap Nick. Dia tertawa keras bahkan tempat duduk yang sedang dia duduki seluruhnya bergetar membuat wanita disebelahnya menatap tajam karena tawa Nick sangat memalukan.
"Oh sayang, jangan marah ya! Aku sedang bicara dengan Daff. Kamu masih ingat kan sahabat aku yang bernama daff?!" Ucap Nick. Dia merayu kekasihnya yang merasa teracuhkan karena Nick sibuk dengan ponselnya.
"Iya, aku mengingatnya. Oh ya sayang, apakah daff masih setampan dulu atau bertambah ketampanannya?" Tanya wanita itu yang tidak lain bernama Wilma, kekasih Nick dan juga teman Nick dan juga Daffin.
Nick langsung cemberut karena kekasihnya memuji pria lain tepat didepannya saat ini.
"Sayang, kenapa kamu jahat sekali. Apakah aku masih kurang tampan?" Ucap Nick dengan suara manja dan dia berusaha memeluk Wilma dan ingin mencium pipinya.
Wilma mendorong tubuh Nick dan berteriak.
"Hei sayang, apa yang mau kamu lakukan. Aku kan masih marah sama kamu, kenapa kamu masih tidak merasa malu hah! Jangan sentuh aku!" Teriak Wilma dan dia pun bangun dari tempat duduknya.
Nick menatap Wilma yang pergi meninggalkannya masuk ke dalam rumah.
Posisi mereka saat ini dipinggir kolam renang dan sebenarnya Nick sedang menikmati sore bersama Wilma sambil duduk disana. Karena Wilma bicara tiada henti dan Nick merasa pusing dengan semua ucapan Wilma. Akhirnya Nick mencoba menelpon Daffin dan ternyata nomor itu masih tersambung dan Nick melanjutkan pembicaraannya bersama Daffin.
Daffin menahan tawanya saat mendengar pertengkaran Wilma dan Nick. Karena Daffin tahu kekasih Nick hanyalah satu yaitu Wilma dan Wilma adalah sahabat Daffin juga.
Mereka meresmikan hubungan cintanya saat Daffin berada di Rusia yang baru saja menginjak umur enam bulan dia tinggal disana.
Daffin tidak bisa menahan tawanya.
"Hahahhaha … kalian bertengkar lagi? Rasakan kamu Nick!" Ucap Daffin, dia tertawa keras saat mendengar rengekan Nick yang sedang memohon.
Sinta yang berada di dalam dapur dan sedang mulai memasak langsung terkejut mendengar Daffin yang bisa tertawa sekeras itu.
Sinta keluar dan melihat Daffin yang duduk sambil dikursi ruang tamu sambil tertawa dan tangannya masih memegang ponselnya di telinganya.
Sinta hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia pun kembali masuk ke dapur.
"Daff, sejak kapan kamu kembali kesini? Sialan kamu tidak memberi kabar padaku. Kalau bukan karena papa yang mengatakan jika kamu sekarang menjadi presiden direktur di golden menggantikan kakek kamu itu. Mana mungkin aku akan tahu ini semua," ucap Nick. Dia kembali duduk karena Wilma juga sudah pergi jadi dia hanya bisa melanjutkan pembicaraannya dengan Daffin.
"Belum lama ini, mungkin sudah satu bulan bahkan lebih. Entahlah, aku juga sudah lupa. Hahahahha …," jawab Daffin, dia langsung tertawa konyol. Daffin tidak bisa bicara serius jika sudah bersama Nick.
"Sial! Bahkan kamu sendiri juga sudah lupa. Memang kamu benar-benar sudah tua Daff!" Umpat Nick sambil tertawa keras, dia merasa belum puas jika belum mengolok-olok Daffin.
"Hhhmm … bukankah kamu juga sudah tua Nick?" Ucap Daffin masih saja tertawa dan melanjutkan ucapannya, "kalian sudah lama berhubungan. Kapan kalian akan menikah. Apakah mungkin kalian tidak akan menikah dan akan terus seperti itu?" Tanya Daffin.
"Shittt! Aku juga ingin segera menikah Daff, tidur setiap hari dengannya dan membuat bayi. Tapi Wilma selalu menolak karena dia masih kuliah untuk mengambil jurusan S3. Terpaksa aku harus menunggunya dengan sabar. Padahal milikku sudah tidak sabar lagi, hahahhahha...," Ucap Nick. Dia tertawa terbahak-bahak.
Daffin menggelengkan kepalanya berkali-kali. Pria memang sama sepertinya, isi otaknya tidak jauh dari hal-hal semacam itu.
"Hahahaha … sial! Kamu memang benar Nick. Sangat sulit mengendalikan milik kita saat sudah terbangun dari tidur panjangnya," jawab Daffin. Diam-diam dia menyentuh miliknya dan mengumpat.
"Sial! Kenapa kamu juga ikut bangun?" Ucap Daffin, dia langsung melepaskan tangannya.
"Hahahahaha … milikmu bangun Daff? Woahhh … sepertinya kamu sudah mulai nakal juga ya?" Ucap Nick sambil tertawa, dia mengira jika Daffin masih lajang dan tidak mau dekat dengan wanita manapun.
"Hahahaha … aku sudah nakal Nick, bahkan sangat nakal!" Jawab Daffin, dia melirik kearah dapur dan mencium bau harum masakan Sinta.
Tiba-tiba perutnya mulai bergemuruh dan meminta untuk diisi.
"Sial! Daffin jangan katakan kalau kamu menjadi pria brengsek sekarang walaupun wajah kamu memang cocok, hahahhaha …," ejek Nick, dia masih saja terus tertawa.
"Ya, aku sudah menjadi pria brengsek. Tapi hanya pada satu wanita dan dia adalah istriku. Sudah ya! Aku mau makan malam dulu. Istriku sedang memasak makan malam yang paling enak diseluruh dunia ini, hahahhaha … bye!" Ucap Daffin, dia langsung mengakhiri panggilannya.
Daffin menyimpan ponselnya diatas meja dan berjalan menuju dapur. Dia ingin melihat Sinta yang sedang serius memasak.
Untuk Daffin Sinta terlihat jauh lebih cantik saat terlihat serius.
Daffin mendekati Sinta dan memeluknya dari belakang.
Sinta terkejut dan menoleh.
"Ehhh … sayang! Kenapa kamu ada disini? Bukannya tadi masih menelpon?" Tanya Sinta.
"Sudah selesai, mana makan malamnya. Apakah sudah siap?" Tanya Daffin, dia mencium pipi Sinta dan melihat jika Sinta sudah menyelesaikan semuanya.
"Sudah. Ayo bantu aku membawanya ke dalam," ucap Sinta.
Daffin melepaskan pelukannya dan membantu Sinta untuk membawa makanan itu ke meja makan.
Setelah selesai. Mereka pun memulai makan malamnya dengan tenang dan terasa sangat indah. Untuk Daffin, ini kebahagiaan yang dia inginkan, hidup bersama istri tercintanya dan menikmati semuanya bersama wanita yang dia cintai.
Saat makan malam berlangsung.
Tok … tok … tok.
Terdengar suara pintu diketuk dari luar.
Sinta dan Daffin saling memandang satu sama lainnya.
"Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?" Umpat Daffin, dia merasa sangat kesal.
"Aku akan membukanya," ucap Sinta dan dia pun bangun dari tempat duduknya.
Daffin ingin melarangnya tapi Sinta langsung berjalan menuju pintu.
Kreek ….
Sinta pun membuka pintu dan dia pun merasa terkejut dengan kedatangan orang ini.