THE BELOVED ONE

SEMAKIN MENCINTAIMU



SEMAKIN MENCINTAIMU

3Selamat pagi juga Ayraa, apa kamu mau melihat Danish? Danish masih tidur, kamu bisa bangunkan dia. Semoga kali ini Danish sudah tidak mengalami kesulitan bernapas seperti kemarin." ucap Raka dengan perasaan tenang.     

"Aku selalu berdoa untuk itu Ayah, aku ingin Mas Danish baik-baik saja." ucap Ayraa dengan tatapan penuh harap.     

"Ya sudah sayang, kamu bisa menjaga Danish lagi. Ayah akan pulang mau istirahat sebentar." ucap Raka seraya mengusap puncak rambut Ayraa.     

"Ayah biar di antar Chello saja, tadi aku juga beli makanan untuk sarapan Ayah." ucap Ayraa sebelum Raka keluar kamar.     

"Terima kasih sayang, Ayah akan menemui Chello dulu." ucap Raka dengan tersenyum kemudian keluar dari ruangan ICU.     

Ayraa menghela nafas panjang, kemudian menghampiri perawat untuk meminjam pakaian khusus rumah sakit untuk melihat Danish.     

Setelah memakai pakaian khusus rumah sakit segera Ayraa masuk ke ruang khusus di mana Danish terbaring.     

Kembali hati Ayraa menjerit melihat keadaan Danish yang kembali lemah terbaring. Airmata Ayraa mengalir tanpa henti melihat lebih banyak alat kabel yang menancap di dada Danish.     

"Ya Tuhan, peralatan apa saja ini? kenapa semakin banyak yang menancap di dada Mas Danish? apa Mas Danish merasakan sakit?" tanya Ayraa dengan perasaan sedih.     

Dengan tubuh yang gemetar, Ayraa duduk di kursi di samping Danish.     

Ayraa menggenggam tangan Danish dengan erat dan menangis terisak-isak.     

"Ayraa." panggil Danish dengan suara sangat pelan.     

Ayraa mengangkat wajahnya melihat Danish yang sedang menatapnya dengan penuh cinta.     

"Mas... Mas Danish." panggil Ayraa menangkup wajah Danish dengan kedua tangannya.     

Danish tersenyum lemah melihat Ayraa yang mengusap wajahnya dengan berulang-ulang.     

"Kenapa denganmu Ayraa?" tanya Danish menatap Ayraa dengan tatapan lembut.     

"Mas Danish, sebaiknya Mas Danish jangan bicara dulu. Aku tidak mau hal kemarin terulang lagi." ucap Ayraa dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Perlahan Danish mengusap wajah Ayraa dengan tatapan teduh.     

"Aku sudah tidak apa-apa Ayraa, dadaku sudah tidak sesak seperti kemarin." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Tidak Mas, sebaiknya Mas Danish jangan terlalu banyak bicara dulu. Aku masih takut, Mas Danish tidak tahu bagaimana rasanya hatiku saat melihat Mas Danish kesulitan bernapas. Dadaku terasa ikut sesak, aku tak sanggup untuk berdiri. Aku takut kehilangan kamu Mas." ucap Ayraa menangis di telapak tangan Danish.     

"Ayraa, kamu tenanglah...aku sudah melewati masa kritis itu. Untuk saat ini, aku hanya tidak boleh capek bergerak saja." ucap Danish menjelaskan pada Ayraa agar tidak cemas akan keadaannya.     

"Benarkah Mas? apa Ayah yang bilang seperti itu?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh.     

Danish menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Ya... Ayah yang memberitahuku. Jadi, kamu jangan cemas lagi." ucap Danish mengusap airmata Ayraa yang mengalir di pipinya.     

"Syukurlah Mas, kalau Mas Danish sudah baik-baik saja." ucap Ayraa menggenggam tangan Danish seraya mengecup punggung tangan Danish berulang-ulang.     

Danish tersenyum melihat Ayraa yang begitu lucu dengan sikapnya.     

"Mas Danish, kenapa Mas Danish tersenyum?" tanya Ayraa menatap Danish dengan heran.     

"Kamu masih sangat menggemaskan Ayraa, walau kamu sudah punya anak dua." ucap Danish sedikit kesulitan bicara karena alat pernapasannya tetap terpasang untuk membantunya bernapas.     

"Bukan aku yang menggemaskan Mas, tapi Mas Danish yang menggemaskan. Walau dalam keadaan sakit masih saja suka merayu." ucap Ayraa seraya menyentuh ujung hidung Danish.     

"Apa Ayraa? aku menggemaskan? syukurlah, aku masih terlihat awet muda." ucap Danish menggoda Ayraa agar tidak terlalu sedih akan keadaannya.     

"Tidak Mas, aku tidak mengatakan seperti itu. Mas Danish tetap saja tidak muda, tapi...Mas Danish harus tahu, aku lebih suka dengan laki-laki seusia Mas Danish. " ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Sungguh beruntung aku Ayraa, di cintai kamu dan selalu kamu manjakan." ucap Danish terdiam sejenak seraya memegang dadanya dan menghela nafas panjang.     

"Kenapa Mas? apa kamu merasa sesak lagi?" tanya Ayraa dengan tatapan cemas.     

"Sedikit, tapi kamu tenang saja. Aku tidak apa-apa." ucap Danish seraya membetulkan alat pernapasannya.     

"Biar aku yang betulkan Mas." ucap Ayraa seraya membetulkannya dengan penuh kasih sayang.     

"Terima kasih sayang, aku mau istirahat sebentar." ucap Danish memejamkan matanya sambil menahan dadanya agar tidak berdegup kencang.     

"Ya Mas, Istirahatlah." ucap Ayraa dengan penuh perhatian mengusap dada Danish dengan pelan.     

"Sentuhanmu menenangkan detak jantungku Ayraa." ucap Danish merasa lebih tenang dan bernapas dengan pelan.     

"Syukurlah Mas, kalau sudah berkurang. Tapi tetap, Mas Danish harus istirahat. Aku akan di sini menjaga Mas Danish." ucap Ayraa dengan tangan satunya membelai kening Danish agar Danish bisa terlelap tidur.     

Tidak berapa lama, Danish sudah terlelap dalam sentuhan lembut Ayraa.     

Ayraa tersenyum, kemudian mengusap wajah Danish dengan penuh kasih sayang.     

"Aku mencintaimu Mas, sangat mencintaimu." ucap Ayraa seraya mengecup kening Danish.     

Sambil menunggu Danish yang sedang tidur, Ayraa meraih ponselnya untuk memberi kabar pada Khabir Ayah Danish dan juga orang tuanya kalau operasi Danish berjalan dengan lancar.     

Setelah mengirim pesan pada mereka, Ayraa membaca pesan dari Chello kalau sekarang Chello sudah berada di rumah mau menjemput Danish kecil untuk ikut ke rumah sakit.     

Ayraa tersenyum, sangat berterima kasih pada Chello yang sangat perhatian pada kebahagiaan keluarganya terutama pada Danish suaminya.     

"Semoga kamu juga mendapatkan kebahagiaan Chell." ucap Ayraa dalam hati.     

Ayraa menghela nafas panjang, meraih tangan Danish dengan penuh cinta. Sambil menggenggam tangan Danish, Ayraa menyandarkan kepalanya di pinggir tempat tidur.     

Tidak berapa lama kemudian, Ayraa juga tidur di dekat Danish dengan menggenggam tangan Danish.     

Tidak terasa hampir dua jam Danish dan Ayraa tidur pulas.     

Danish menggerakkan tangannya, saat merasakan tangannya sedikit kaku karena genggaman Ayraa.     

Perlahan Danish membuka matanya, kemudian melepas pelan tangannya dari genggaman tangan Ayraa.     

"Ayraa, bangun sayang." ucap Danish seraya mengusap lembut wajah Ayraa yang masih tertidur pulas.     

Mendapat sentuhan lembut dari Danish, Ayraa membuka matanya.     

"Mas Danish? Mas Danish sudah bangun?" tanya Ayraa seraya menegakkan punggungnya dan mengusap kedua matanya yang masih terasa berat.     

"Apa kamu masih mengantuk sayang?" tanya Danish dengan tersenyum.     

"Sedikit, tapi sekarang tidak lagi. Melihat wajah tampan suamiku, rasa kantukku hilang." ucap Ayraa dengan sebuah senyuman.     

"Jangan menggodaku lagi Ayraa, aku malu padamu." ucap Danish dengan wajah memerah.     

"Aku tidak menggodamu Mas, aku mengatakan yang sebenarnya. Mas Danish memang sangat tampan. Aku sangat mencintaimu Mas, semakin mencintaimu." ucap Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Aku juga mencintaimu Ayraa, semakin mencintaimu juga." ucap Danish seraya meraih tangan Ayraa menggenggam tangan Ayraa dengan erat.     

Ayraa tersenyum, membalas genggaman tangan Danish.     

"Aku merindukanmu Mas, sangat merindukanmu." ucap Ayraa mengecup punggung tangan Danish dengan penuh kerinduan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.