MENJAGA CINTAKU
MENJAGA CINTAKU
"Aku mohon padamu Chell, selamatkan suamiku. Hanya denganmu, Mas Danish mau mendengarkan dan melakukan semuanya." Ucap Ayraa dengan perasaan putus asa.
"Ya... Ayraa, aku dan Ayah juga Dokter Evan akan melakukan apa yang terbaik buat Mas Danish. Kamu harus tenang Ayraa... tidak akan baik buat perkembangan bayi kamu jika kamu bersedih dan sering menangis." ucap Chello seraya memberikan sapu tangannya pada Ayraa.
"Ya...kamu benar Chell, harusnya aku tidak menangis dan lebih kuat menghadapi semua ini. Tapi tetap saja, aku tidak bisa menahan kesedihan ini." ucap Ayraa seraya mengusap airmatanya dengan sapu tangan Chello.
Chello terdiam tidak bisa berbuat apa-apa untuk menenangkan hati Ayraa lagi. Ada jarak yang tidak bisa Chello langgar batasannya. Ayraa sudah menikah, dan Chello harus menjaga hal itu.
"Ayraa, Ayah baru saja kirim pesan padaku kalau Mas Danish sudah di pindahkan ke ruang ICU. Kita harus kesana sekarang." ucap Chello dengan suara pelan.
Ayraa mengangkat wajahnya, kemudian bangun dari duduknya.
"Aku ingin melihat Mas Danish sekarang." ucap Ayraa dengan hati sedikit lega setelah mengeluarkan semua kesedihannya.
Chello menganggukkan kepalanya, kemudian ke bangun dari duduknya dan berjalan ke kasir untuk membayar semua yang di pesannya.
Setelah membayar di kasir, segera Chello menghampiri Ayraa yang sudah menunggunya di pintu.
"Ayo... Ayraa." ucap Chello mengajak Ayraa segera pergi ke ruang ICU di mana Danish berada.
Tiba di ruang ICU Ayraa minta izin ke Raka untuk melihat keadaan Danish.
"Chello, apa kamu tidak ikut ke dalam?" tanya Ayraa sebelum masuk ke ruang ICU.
"Hanya satu orang yang di perbolehkan masuk. Dan itu kamu, aku nanti saja. Aku harus bicara dulu dengan Ayah dan Dokter Evan tentang keadaan Mas Danish." ucap Chello dengan tersenyum.
"Baiklah, aku masuk ke dalam sekarang." ucap Ayraa dengan perasaan campur aduk masuk ke dalam ruang ICU.
"Nyonya, anda harus memakai pakaian khusus ini sebelum menemui pasien." ucap perawat yang sedang menjaga Danish .
"Ya Suster, terima kasih." ucap Ayraa segera memakai pakaian khusus dari rumah sakit sebelum menemui Danish.
Sambil menahan nafas, Ayraa masuk ke ruangan dimana Danish tengah terbaring tak berdaya.
Ayraa berdiri tegak di samping Danish, mengamati wajah suaminya yang putih pucat dengan di penuhi banyak alat bantu yang menancap di dada Danish yang telanjang.
Setitik Airmata jatuh menetes di pipi Ayraa, dengan cepat Ayraa mengusapnya.
"Aku harus kuat, aku tidak boleh menangis. Aku harus tersenyum saat berada di samping Mas Danish. Mas Danish tidak boleh melihat kesedihanku." ucap Ayraa dalam hati sambil menatap sendu wajah Danish.
Wajah Danish yang pucat dengan kedua matanya yang masih terpejam membuat dada Ayraa semakin sesak bernapas. Beberapa kali Ayraa menghela nafas panjang.
"Mas Danish, bangun sayang. Aku sudah ada di sini menemani kamu. Aku sudah memenuhi permintaanmu Mas. Sekarang Mas Danish harus bangun." ucap Ayraa dengan suara lirih seraya mengusap pelan kening Danish.
Melihat Danish yang masih diam dan belum sadar juga membuat hati Ayraa merasa sedih dan hampir putus asa.
"Mas Danish, aku harus melakukan apa agar kamu bangun Mas? katakan padaku." tanya Ayraa dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. Pandangan Ayraa tak lepas dari wajah Danish.
Dengan penuh kerinduan, Ayraa meraih tangan Danish yang terasa hangat. Dengan hati-hati Ayraa mengusap pelan punggung tangan Danish kemudian mengecupnya dengan segenap perasaan.
Kepala Ayraa seketika terangkat saat merasakan gerakan jari tangan Danish membalas genggamannya.
"Mas Danish? Mas Danish sudah sadar?" tanya Ayraa kembali mendekati wajah Danish masih dengan menggenggam tangan Danish.
"Mas Danish... sayang." panggil Ayraa masih menunggu dengan sabar Danish membuka kedua matanya.
Perlahan Danish membuka matanya, saat merasakan sentuhan lembut tangan Ayraa di wajahnya.
"Ayraa." panggil Danish dengan suara hampir tak terdengar. Kedua mata Danish masih setengah terpejam, namun masih bisa melihat jelas wajah Ayraa yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Ya Mas..." sahut Ayraa dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Ayraa masih merasakan bagaimana tersiksanya Danish selama menjalani hari-harinya sebagai orang yang sakit HIV.
"Apa aku baik-baik saja?" tanya Danish dengan suara lirih, kedua matanya terlihat sembab.
"Ya Mas, operasi Mas Danish berjalan lancar dan keadaan Mas Danish baik-baik saja." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Syukurlah, aku takut tidak bisa melihatmu lagi." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa yang terlihat lelah.
"Kita masih di beri kesempatan untuk bersama Mas." ucap Ayraa seraya mengusap wajah dan membelai rambut Danish dengan penuh kebahagiaan.
Hatinya merasa lega melihat keadaan Danish baik-baik saja.
Danish kembali memejamkan matanya, merasakan kelembutan jari-jari Ayraa yang membelai rambutnya.
"Mas Danish." panggil Ayraa dengan perasaan rindu.
Danish membuka matanya dan melihat wajah Ayraa dengan tatapan teduh.
"Mas Danish tahu, saat Mas Danish berada di ruang operasi. Aku tidak berhenti memikirkan kamu Mas. Hidupku terasa hampa saat itu. Aku tidak bisa membayangkan hal lain selain melihatmu kembali." ucap Ayraa dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Jangan menangis Ayraa, bukannya aku sudah ada di sini?" ucap Danish membelai wajah Ayraa dengan pelan.
"Ayraa apa kamu sudah makan?" tanya Danish tiba-tiba ingat kalau Ayraa puasa untuknya.
"Sudah Mas, Ayah sudah menyampaikan pesan Mas Danish padaku." ucap Ayraa merasa terharu Danish masih memperhatikan keadaannya di saat dirinya sendiri dalam keadaan sakit.
"Syukurlah, kamu harus menjaga kesehatan Ayraa. Ada bayi kita dalam kandungan kamu." ucap Danish mulai merasakan sesak saat bernapas.
Melihat Danish terlihat pucat dan kesulitan dalam bernapas. Ayraa menangkup wajah Danish.
"Ada apa Mas Danish, apa Mas Danish sulit untuk bernapas?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish dengan perasaan cemas.
"Aku tidak bisa bernapas Ayraa." ucap Danish dengan suara berat dan mulut yang terbuka agar bisa bernapas. Dada Danish naik turun dengan cepat.
Ayraa menjadi panik, menangkup wajah Danish dengan erat sambil mengusap dada Danish berulang-ulang.
"Mas Danish!..Mas Danish!! kamu kenapa Mas? apa yang terjadi padamu?" tanya Ayraa dengan berteriak histeris.
"Suster!! Suster!!! tolong!! tolong suamiku Suster!!" teriak Ayraa panik saat melihat Danish semakin kesulitan bernapas.
Mendengar teriakan Ayraa yang keras, Chello dan perawat masuk ke dalam ruang ICU.
"Suster cepat panggil, Dokter Raka dan Dokter Evan!" ucap Chello sambil membantu Danish dengan memeriksa denyut nadi dan alat pernapasan Danish.
Tidak berapa lama kemudian, Raka dan Dokter Evan datang dan segera memberikan pertolongan pada Danish.
"Ayraa...kita harus keluar, Ayah dan Dokter Evan sudah datang. Biar mereka bekerja." ucap Chello seraya memeluk bahu Ayraa.
"Tidak Chello, aku akan tetap di sini! aku tidak mau meninggalkan Mas Danish sendirian!" ucap Ayraa di sela-sela isak tangisnya.