KARENA CINTA
KARENA CINTA
"Kamu tenang dulu ya Jess? jangan panik, tunggu aku sebentar. Aku sudah mau pulang." ucap Chello yang sudah membuat janji dengan Dokter Evan teman Ayahnya untuk segera memeriksa Danish.
"Mas Danish, hari Senin Mas Danish mulai cek up secara keseluruhan. Sekarang kita bisa pulang. Apa Mas Danish capek?" tanya Chello berjalan keluar dari rumah sakit bersama Danish.
"Tidak terlalu." sahut Danish seraya menyeka keringatnya masuk ke dalam mobil.
"Sebaiknya Mas Danish istirahat, biar aku yang menyetir." ucap Chello merasa tidak tega melihat keadaan Danish.
"Bangunkan aku kalau sudah sampai rumah." ucap Danish sambil memejamkan matanya.
Chello menganggukkan kepalanya kemudian menjalankan mobilnya menuju ke arah rumah Danish.
Sampai di rumah Danish, Chello menepuk pelan bahu Danish.
"Mas Danish, sudah sampai di rumah." panggil Chello dengan suara pelan.
Perlahan, Danish membuka matanya kemudian melihat Chello yang masih duduk di sampingnya.
"Sudah sampai ya?" tanya Danish seraya mengusap kedua matanya.
"Sudah Mas, apa aku antar ke dalam?" ucap Chello menawarkan bantuan.
"Tidak usah Chell, aku bisa masuk ke dalam rumah." ucap Danish dengan tersenyum.
"Jangan lupa hari Senin ya Mas." ucap Chello sebelum Danish masuk ke dalam rumah.
Danish menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke dalam rumahnya.
Segera Chello menjalankan mobilnya ke arah rumahnya yang tidak jauh dari rumah Danish.
Tiba di rumah, Chello melihat Jessi yang sudah menunggunya di teras depan.
"Chello." panggil Jessi seraya berlari mendekati Chello yang baru keluar dari mobil.
"Kamu tenang dulu Jess." ucap Chello saat Jessi menangis dengan memeluknya.
"Aku harus pulang Chell, Armand membutuhkan aku. Armand sakit tapi tidak memberitahuku." ucap Jessi sambil mengusap airmatanya.
"Apa kamu sudah menyiapkan pakaian kamu?" tanya Chello tidak bisa menahan Jessi karena Armand lebih membutuhkan Jessi.
"Aku sudah menyiapkannya Chell." ucap Jessi sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Armand.
"Ya sudah, ayo aku antar ke Bandara. Kamu sudah pesan tiket kan?" tanya Chello dengan serius.
Jessi menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, ayo berangkat." ucap Chello masuk kembali ke dalam mobil mengantar Jessi ke Bandara.
Tanpa membalas ucapan Chello, Jessi masuk ke dalam mobil.
Chello menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengantar Jessi ke Bandara agar bisa pulang ke Bandung secepatnya.
Sampai di Bandara, Jessi keluar dari mobil setelah mengucapkan terima kasih.
"Hati-hati Jess, salam buat Armand. Semoga cepat sembuh." ucap Chello dengan tersenyum.
Jessi menganggukkan kepalanya, kemudian berlari masuk ke Bandara.
Hampir tiga jam perjalanan, akhirnya Jessi tiba di rumah sakit di mana Armand di rawat.
Sengaja Jessi tidak memberitahu kedatangannya karena ingin memberi kejutan pada Armand, agar Armand bahagia.
Setelah menemukan kamar Armand, Jessi mengetuk pintu kamar dengan pelan.
Jessi mengambil nafas panjang, sambil menunggu pintu kamar terbuka.
Tidak lama kemudian terlihat Ibunya Armand sudah berdiri di hadapannya.
"Jessi?? kamu di sini sayang?" tanya Ibunya Armand dengan tatapan tak percaya.
"Ya Bu, aku ingin melihat keadaan Armand. Aku ingin menjaganya." ucap Jessi dengan serius.
"Tapi... kenapa kamu tidak memberitahu kalau kesini Jess, Armand pasti senang melihat kamu ada di sini." ucap Ibunya Armand dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Ya Bu, aku sengaja tidak memberitahu karena ingin memberi kejutan pada Armand." ucap Jessi dengan tersenyum.
"Ibu senang dan bahagia dengan perhatian kamu pada Armand sayang. Baiklah, kamu bisa menjaga Armand sekarang. Armand masih tidur di dalam. Karena kamu sudah ada disini Ibu akan pulang sebentar untuk mengambil pakaian Armand." ucap Ibu Armand sambil mengusap wajah Jessi.
Jessi menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Ibu istitahat saja di rumah, biar nanti aku pulang untuk mengambil pakaian Armand." ucap Jessi tidak ingin Ibunya Armand kecapekan.
Ibunya Armand menganggukkan kepalanya, kemudian pergi meninggalkan Jessi.
Jessi menghela nafas panjang, berjalan pelan mendekati Armand yang masih tidur lelap.
Dengan perasaan rindu, Jessi duduk di samping Armand yang belum tahu kedatangannya.
Melihat wajah Armand yang pucat pasi, membuat hati Jessi sangat sedih.
"Armand, maafkan aku. Kamu tahu, aku masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi padamu." ucap Jessi seraya mengusap lembut wajah Armand.
Dengan penuh perasaan, Jessi mengecup punggung tangan Armand.
Merasa ada yang mengecup punggung tangannya dan sayup-sayup mendengar suara Jessi. Perlahan Armand membuka matanya.
Wajah Armand terlihat sangat terkejut saat melihat Jessi ada di hadapannya.
"Jessi? kamu disini? apakah aku bermimpi?" tanya Armand seraya menangkup wajah Jessi.
"Ya Mand, aku disini untukmu. Kamu tidak bermimpi." ucap Jessi menatap penuh wajah Armand yang di rindukannya.
"Kenapa kamu tidak bilang apa-apa kalau kamu kesini?" tanya Armand menggenggam tangan Jessi dengan penuh kerinduan.
"Aku ingin memberi kejutan padamu, apa kamu senang?" tanya Jessi dengan tersenyum.
"Aku bahagia Jess, sangat bahagia." ucap Armand menggenggam kedua tangan Jessi dengan erat.
"Kamu membuatku sangat kuatir Mand, bagaimana bisa kamu menahan rasa sakit di lututmu sampai infeksi." ucap Jessi dengan tatapan cemas.
"Aku tidak terlalu merasakan sakitku ini Jess, aku tidak menyangka kalau sampai infeksi." ucap Armand sambil mengusap lututnya.
"Sekarang bagaimana? apa kata Dokter?" tanya Jessi dengan serius.
"Harus di bersihkan lagi, sampai menunggu kering. Baru bisa pasang kaki palsu." ucap Armand dengan menahan rasa sakit yang hilang timbul.
"Aku harap, semoga semuanya lancar dan berhasil operasinya." ucap Jessi seraya mengusap lembut wajah Armand.
"Kamu akan menemani aku kan Jess?" tanya Armand dengan tatapan penuh harap.
"Tentu Mand, aku disini karena ingin menemani dan menjaga kamu." ucap Jessi dengan penuh rasa sayang.
"Bukannya kamu harus kembali ke Bali?" tanya Armand dengan tatapan penuh.
"Tidak Mand, aku tidak kembali ke sana. Chello sudah mengizinkan aku untuk menjagamu di sini." ucap Jessi dengan tersenyum.
"Aku harus mengucapkan terima kasih pada Chello." ucap Armand seraya memejamkan matanya.
"Ada apa? apa kamu merasakan sakit lagi?" tanya Jessi seraya membelai rambut Armand.
"Sedikit di kakiku." ucap Armand
"Bagaimana caranya agar sakitmu hilang?" tanya Jessi menatap dalam wajah Armand.
"Mungkin dengan pelukan dan ciuman sayang kamu, sedikit mengurangi rasa sakitku." ucap Armand dengan perasaan rindu.
"Oh... benarkah? apa dengan itu rasa sakitnya pasti hilang?" tanya Jessi sedikit menggoda.
"Mungkin, aku belum membuktikannya." sahut Armand dengan suara pelan.
"Pejamkan matamu, semoga hal itu benar." ucap Jessi seraya memeluk Armand dan mendekatkan bibirnya pada bibir Armand.
Dengan penuh perasaan Jessi menyapu lembut bibir bawah Armand agar bisa mengurangi rasa sakit Armand.