PEMERIKSAAN AWAL
PEMERIKSAAN AWAL
"Bantu apa Mas?" tanya Ayraa meraih tangan Danish dan menggenggamnya.
"Potong kukuku sudah sedikit panjang bukan?" tanya Danish sambil menunjukkan jari-jarinya pada Ayraa.
"Hem... tunggu sebentar." ucap Ayraa bangun dari duduknya setelah melihat kuku jari Danish sedikit panjang.
Sambil membawa pemotong kuku, Ayraa kembali ke tempatnya dan meraih jari tangan Danish.
Dengan penuh perhatian Ayraa memotong kuku Danish sekaligus membersihkannya.
"Sekarang sudah bersih." ucap Ayraa kembali menyimpan alat potong kukunya ke dalam laci.
"Mas Danish." panggil Ayraa sambil membawa segelas air putih untuk Danish.
"Ya Ayraa...ada apa?" sahut Danish sambil mengambil air putih dari tangan Ayraa.
"Apa Mas Danish jadi hari ini ke rumah sakit untuk diperiksa lagi?" tanya Ayraa menatap lembut wajah Danish yang sedang minum air putihnya.
Danish menganggukkan kepalanya sambil meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja yang ada di sampingnya.
"Apa aku boleh ikut Mas untuk menemanimu di rumah sakit?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh harap. Ayraa tahu sejak Chello menjadi Dokter pribadi Danish, Chello lebih banyak waktu bersama Danish.
"Hari ini hanya pemeriksaan saja Ayraa. Lebih baik kamu ada dirumah beristirahat. Sebentar lagi kamu akan melahirkan, kamu harus menjaga kesehatan kamu. Ada Chello yang menemani aku, kamu jangan kuatir." ucap Danish sambil mengusap perut Ayraa yang sudah membesar.
Ayraa menghela nafasnya kemudian menggenggam kedua tangan Danish dan menatap lembut kedua mata Danish.
"Semoga dengan adanya Chello kesehatan Mas Danish akan semakin membaik." ucap Ayraa dengan tatapan penuh pengharapan.
"Aamiin, apa yang kamu katakan benar. Chello telah membuka mataku untuk berusaha bertahan untuk kamu dan anak kita. Aku ingin hidup lebih lagi bersama kalian. Aku berusaha agar kesehatanku membaik, tapi... tetap saja manusia hanya bisa berusaha dan berdoa dan Tuhan yang menentukan semuanya." ucap Danish membalas genggaman tangan Ayraa dan mengecup penuh perasaan punggung tangan Ayraa.
"Iya Mas...semoga Tuhan memberikan Mas Danish kesehatan dan umur yang panjang." ucap Ayraa dengan perasaan bersyukur karena ada Chello yang bisa menjadi teman dekat Danish.
"Kita harus berterima kasih pada Chello yang selalu ada buat kita. Chello sudah banyak menghabiskan waktu dan mengorbankan masa depannya untuk kita." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa agar tidak marah pada Chello lagi.
Ayraa menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang di ucapkan Danish.
"Sekarang sudah jam berapa Ayraa? aku harus berangkat ke rumah sakit untuk pemeriksaan awal. Semoga saja, semua organ vitalku tidak terlalu memburuk. Aku tidak bisa membayangkan kalau semua organ vitalku akan diganti dengan organ vital yang baru dari organ orang lain." ucap Danish dengan perasaan campur aduk antara tidak rela dan pasrah.
"Jam setengah tujuh pagi Mas, jam berapa Mas Danish berangkat?" tanya Ayraa seraya bangun dari tempatnya untuk mengambil pakaian bersih untuk Danish.
"Jam tujuh Chello akan datang menjemput. Di rumah sakit Dokter Evan yang akan memeriksaku. Sambil menunggu hasil pemeriksaan, Chello mengajakku ke perusahaan untuk belajar lebih awal." ucap Danish dengan tersenyum.
"Chello bersemangat sekali ya Mas?" ucap Ayraa sambil melepas pakaian Danish dan memakaikan pakaian yang bersih.
"Bukan lagi bersemangat Ayraa, tapi Chello sudah mengerahkan tenaganya untuk membantu kita sepenuh hatinya. Kamu bisa membayangkan sendiri pengorbanan Chello. Chello tidak memikirkan masa depannya selain perduli dengan kesehatanku. Bahkan Chello membawa Cahaya ke sini, agar bisa menjagaku." ucap Danish berusaha membuka hati Ayraa.
Kembali Ayraa menghela nafas panjang, tidak mengerti dengan pemikiran Chello. Kenapa Chello sampai mengorbankan segalanya, hingga istri dan anaknya sampai di bawa ke Bali hanya untuk menjaga Danish.
Baik Danish dan Chello tidak sedikitpun bicara apa-apa padanya.
"Ayraa, kamu melamun?" tanya Danish menunggu Ayraa mengancingkan kemejanya.
Ayraa sedikit terkejut, kemudian melanjutkan mengancingkan kemeja Danish.
"Danish apa masih belum bangun?" tanya Danish seraya bangun dari tempatnya untuk melihat Danish yang tidur di tempat box tidurnya.
"Masih belum bangun Mas, Danish sekarang harus lebih banyak aku awasi. Danish sudah bisa berjalan lancar dan ingin terus jalan Kemana-mana." ucap Ayraa dengan tersenyum karena di usia satu tahun lebih satu bulan Danish sudah bisa berjalan lancar dan itu sangat membuat hati Ayraa.
"Kita harus mengajak Danish jalan-jalan ke taman bermain. Ada Cahaya yang bisa menjadi teman baik Danish." ucap Danish sambil menatap wajah Danish yang sedang tidur pulas.
"Hem... Danish dan Cahaya sudah bermain bersama Mas. Di saat Chello pergi dengan Mas Danish, Bibi Made selalu membawa Cahaya bermain kesini atas perintah Chello. Memang Jessi kemana ya Mas? aku tidak lagi bertemu dengan Jessi?" tanya Ayraa dengan tatapan heran.
"Di Bandung Jessi juga ada pekerjaan, Jessi sudah terikat kontrak kerja di rumah sakit di mana Jessi bekerja." ucap Danish sedikit berbohong tentang keberadaan Jessi yang sudah pulang ke Bandung karena akan segera menikah dengan Armand.
Ayraa hanya terdiam setelah mendengar penjelasan Danish tentang Jessi.
"Ayraa, nanti siang tolong siapkan makan siang ya. Aku ingin Chello makan siang di rumah." ucap Danish sambil memakai sepatunya.
"Ya Mas, kebetulan nanti Bara ke sini untuk mengantar surat pemberitahuan tentang wisuda." ucap Ayraa yang selalu di bantu Bara untuk semua masalah di kampusnya.
"Hem... terserah kamu saja. Aku harus berangkat, Chello sudah menunggu di mobilnya." ucap Danish setelah membaca pesan dari Chello.
"Hati-hati ya Mas, semoga lancar." ucap Ayraa seraya mengecup bibir Danish dengan penuh rasa sayang.
Danish menganggukkan kepalanya, kemudian keluar kamar untuk menemui Chello yang sudah menunggunya di mobil.
"Chello, maaf menunggu lama." ucap Danish setelah masuk ke dalam mobil Chello.
"Tidak Mas, aku juga baru sampai." ucap Chello seraya tersenyum kemudian menjalankan mobilnya ke arah rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Chello dan Danish langsung menemui Dokter Evan yang akan memeriksa secara keseluruhan organ vital Danish.
"Danish, kamu sudah tidak makan dari semalam kan?" tanya Dokter Evan dengan serius.
Danish menganggukkan kepalanya, sudah menjalankan saran Dokter Evan dari jam tujuh malam sudah tidak makan apa-apa selain air putih.
"Baiklah, kalau begitu ikuti aku. Aku akan memeriksamu." ucap Dokter Evan membawa Danish ke ruang pemerikasaan khusus.
Chello menunggu di luar ruangan sambil menghubungi Ayahnya kalau Danish sudah di periksa oleh Dokter Evan.
"Jadi kapan Ayah akan ke sini?" tanya Chello dengan serius.
"Kalau hasil pemeriksaan sudah keluar dan Evan mengirim hasilnya, Ayah akan melihat dulu hasil secara keseluruhan. Kita akan lakukan secara bertahap tidak bisa secara langsung." sahut Raka menjelaskan semua langkah awal untuk menyembuhkan organ vital Danish.