THE BELOVED ONE

AKU SELALU BERSAMAMU



AKU SELALU BERSAMAMU

1Danish menghela nafas panjang, menunggu jawaban dari Ayahnya. Setelah menjelaskan semuanya pada Ayahnya, Danish berharap Ayahnya akan mengerti dan mendukung keinginannya.     

"Danish, kamu tahu... kamu anak tertua Ayah, Ayah tidak ingin kehilangan kamu. Tapi semua kita kembalikan pada Tuhan, semua yang terlahir pasti akan mati. Ayah berharap setelah operasi kamu bisa bertahan, agar kamu bisa bertahan hidup lebih lama lagi." ucap Khabir dengan penuh pengharapan. Mengingat Ponco teman Danish yang sudah meninggal membuat hati Khabir menjadi pesimis dan putus asa.     

"Benar Ayah, kematian seseorang itu sudah tertulis. Yang terpenting aku sudah berusaha untuk bertahan hidup demi istri dan anak-anakku." ucap Danish merasa lebih tenang kalau Ayahnya sudah punya kesiapan seandainya dia meninggal.     

"Ayah mendukungmu sepenuhnya Danish, semoga kamu panjang umur dan sehat." ucap Khabir menahan rasa kesedihannya.     

"Terima kasih Ayah, semoga Ayah juga sehat dan panjang umur." ucap Danish dengan perasaan lega karena Ayahnya sudah memberikan persetujuan.     

Setelah berbincang-bincang dengan Ayahnya, Danish memutuskan panggilannya dan melihat Ayraa yang masih menangis di balik bantalnya.     

"Ayraa, jangan menangis lagi. Kasihan bayi kita kalau kamu menangis dan bersedih seperti ini?" ucap Danish seraya menarik pelan bahu Ayraa agar menghadap ke arahnya.     

Ayraa membalikkan badannya kemudian memeluk erat tubuh Danish.     

"Aku takut Mas, aku takut kehilangan kamu." ucap Ayraa menangis sedih.     

"Ayraa, bukankah kita berdua sudah tahu kalau aku tidak bisa sembuh dan tubuhku semakin lama semakin lemah. Aku pasti akan meninggalkanmu entah dalam waktu yang cepat atau waktu yang lama. Aku ingin bertahan hidup agar bisa di sampingmu dalam waktu yang cukup lama. Apa kamu tidak menginginkan hal itu Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan lembut.     

"Tentu saja aku menginginkannya Mas, tapi bagaimana kalau operasi itu gagal dan membuat Mas Danish semakin lemah?" tanya Ayraa dengan airmata yang mengalir deras.     

"Kalau terjadi seperti itu, mungkin sudah takdirnya. Lahir dan matinya seseorang itu sudah tertulis dalam takdirnya. Dengan cara apa dan bagaimana tidak ada yang tahu." ucap Danish menjelaskan sesuatu yang Ayraa pasti sudah tahu.     

Mendengar ucapan Danish, Ayraa semakin menangis pilu. Tidak sanggup jika Danish meninggalkannya.     

"Ayraa sayang, jangan menangis lagi. Kamu harus kuat dengan semua ini. Ini ujian buat kita Ayraa." ucap Danish seraya mengusap lembut punggung Ayraa.     

"Bagaimana aku memberikan izin Mas Danish untuk berobat ke Singapura dalam waktu yang cukup lama. Kalau terjadi sesuatu pada Mas Danish aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri." ucap Ayraa menatap penuh wajah Danish.     

Danish terdiam sejenak, membalas penuh tatapan mata Ayraa.     

"Kita bisa tinggal bersama di sana, aku tidak akan kesepian tanpa kamu. Dan kamu juga tidak akan berpisah dariku." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Apa Mas? kita akan tinggal di sana? tapi kita tidak punya rumah di sana?" tanya Ayraa dengan tatapan tak mengerti.     

"Kita bisa kontrak rumah di sana, kita akan tinggal bersama dengan Chello dan Cahaya." ucap Danish dengan tatapan penuh.     

"Tidak Mas, bagaimana bisa kita tinggal serumah dengan Chello? saat Mas Danish di rumah sakit, itu berarti aku dan Chello hanya akan tinggal berdua. Aku tidak mau." ucap Ayraa dengan sambil menggelengkan kepalanya.     

"Kalau begitu, kita akan mengajak Bibi Ratih ikut bersama kita." ucap Danish kembali dengan idenya yang ingin menyatukan Chello dengan Ayraa.     

"Kita tidak akan selamanya tinggal di sana kan Mas?" tanya Ayraa dengan berat hati.     

"Hanya sementara saja Ayraa, selama aku berobat di sana. Setelah keadaanku stabil kita kembali lagi ke sini?" ucap Danish memberi penjelasan pada Ayraa.     

"Baiklah Mas, aku menurut saja. Yang terpenting aku tidak jauh dari Mas Danish. Aku akan selalu bersama Mas Danish selamanya." ucap Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Tentu...kita akan selalu bersama." ucap Danish tersenyum bahagia.     

"Mas, saat kita ke Singapura. Apa istri Chello akan ikut? kenapa aku tidak pernah lihat Jessi lagi ya?" tanya Ayraa sangat penasaran.     

"Ohh.. kamu membicarakan Jessi? Jessi melanjutkan kuliah lagi. Dan itu membutuhkan waktu selama satu tahun lagi. Dan kenapa kamu menanyakan hal itu! apa hal itu mengganggu pikiran kamu?" tanya Danish menggoda Ayraa.     

Wajah Ayraa memerah, mendapat pertanyaan Danish yang membuatnya malu.     

"Tidak mengganggu pikiranku sama sekali Mas, aku hanya penasaran saja. Apa mereka bisa hidup berjauhan? aku saja satu hari tidak bertemu Mas Danish sudah sangat rindu." ucap Ayraa memberikan alasannya.     

"Kita kan tidak tahu kehidupan pribadi orang Ayraa. Siapa tahu di balik semua itu mereka berdua punya cara sendiri yang kita tidak tahu." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Hem... kita bahas hal lain saja Mas." ucap Ayraa merasa tidak nyaman karena Danish selalu saja membela Chello.     

"Sekarang kita membahas anak kita saja. Berapa bulan lagi aku harus menunggu? aku sudah tidak sabar untuk melihatnya." ucap Danish sambil mengusap lembut perut Ayraa.     

"Masih kurang satu bulan lebih Mas. Aku harap di saat anak kita lahir Mas Danish sudah dalam keadaan yang lebih baik." ucap Ayraa dengan tatapan penuh harap.     

"Tentu, aku berjanji padamu akan menemani kamu di saat melahirkan nanti." ucap Danish memeluk Ayraa dengan penuh rasa sayang.     

"Tok...Tok...Tok"     

Pintu kamar terketuk dan terbuka, Bibi Ratih masuk sambil menuntun Danish yang sudah bisa berjalan.     

"Tuan Danish ada Tuan Dewa dan Nyonya Cayla di bawah." ucap Bibi Ratih berdiri di hadapan Danish dan Ayraa.     

"Ya Bi Ratih, aku akan menemui mereka." ucap Danish kemudian beranjak dari tempatnya dan keluar kamar.     

"Bibi Ratih, biar Danish bersamaku. Bibi Ratih bersihkan kamar saja dulu." ucap Ayraa seraya menggandeng tangan Danish dan mengajaknya keluar kamar.     

"Dewa... Cayla, kejutan sekali kalian datang tanpa memberitahu lebih dulu." ucap Danish tersenyum kemudian mengambil alih Dimas dari pangkuan Cayla.     

"Ya Mas, kita datang khusus memberi kejutan buat Mas Danish dan Ayraa." ucap Dewa yang sedang memangku Dian.     

"Mas, aku dengar Mas Danish mau melakukan pengobatan lagi dan berobatnya ke Singapura. Apa itu benar Mas?" tanya Dewa dengan serius.     

"Apa yang kamu dengar itu benar. Aku memang belum menceritakan semuanya pada kalian berdua. Aku berencana akan mengatakan padamu saat ada Chello. Karena semua ini terjadi berkat Chello." ucap Danish masih belum memberi kabar pada Chello.     

"Kenapa Kak Danish tidak menyuruh Chello ke sini saja? sekarang kita ada di sini, kalau Chello ke sini akan lebih baik." ucap Cayla merasa rindu dengan Chello.     

"Baiklah, aku akan meminta Chello untuk datang ke sini. Aku juga ada perlu dengan Chello." ucap Danish seraya mengambil ponselnya untuk menghubungi Chello agar bisa datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.