THE BELOVED ONE

KEINGINTAHUAN AYRAA



KEINGINTAHUAN AYRAA

1"Syukurlah kalau kamu menghubunginya, Chello bisa pulang cepat." ucap Ayraa merasa serba salah.     

"Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, kamu ke mana?" tanya Ayraa lagi sebuah pertanyaan yang sudah lama di pikirannya.     

Jessi menoleh menatap Ayraa kemudian tersenyum.     

"Aku masih meneruskan kuliahku yang belum selesai. Kamu tahu kan, Chello tidak satu kampus denganku jadi kebijaksanaannya berbeda. Aku harus menyelesaikannya dalam satu tahun ini. Jadi terpaksa kita berpisah sementara." jawab Jessi dengan sangat menyakinkan.     

"Lalu bagaimana kamu bisa berpisah dengan Cahaya begitu lama? apa kamu tidak merindukan Cahaya." tanya Ayraa lagi dengan pertanyaannya yang mematikan.     

"Tentu saja aku sangat merindukan anakku. Aku kesini untuk menjemput Cahaya, selama aku ada tugas di sini aku ingin menjaganya." ucap Jessie dengan tersenyum.     

"Kenapa kamu tidak tinggal di sini saja?" tanya Ayraa semakin heran.     

"Tidak bisa, tempat tugasku jauh satu jam perjalanan. Aku tidak bisa jauh dari tempat tugasku." ucap Jessi semakin cemas dengan pertanyaan Karin yang bisa jadi akan sulit di jawabnya.     

"Jessi!" panggil Chello tiba-tiba sudah datang dan menghampiri Jessi.     

Karin dan Jessi seketika menoleh ke arah Chello yang datang bersama Danish.     

Karin segera berdiri dari tempatnya dan menghampiri Danish yang terlihat lelah dan pucat.     

"Mas Danish pasti lelah, ayo...aku antar ke kamar." ucap Ayraa menggandeng lengan Danish.     

"Chello, Jessi.. aku istirahat dulu sebentar, kalian juga bisa istirahat." ucap Danish tersenyum kemudian meninggalkan Chello dan Jessi.     

Chello dan Jessi menganggukkan kepalanya seraya membalas senyuman Danish.     

"Jessi, kita bicara di kamar saja." ucap Chello berjalan lebih dulu masuk ke dalam kamarnya.     

Sambil menuntun Cahaya, Jessi mengikuti Chello yang sudah masuk ke dalam kamar.     

"Duduklah Jess, bagaimana? apa Ayraa membuatmu kesulitan dengan pertanyaannya?" tanya Chello dengan panik.     

"Tidak sama sekali, aku sudah menjawabnya sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Kamu bisa tenang sekarang." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Syukurlah, aku sangat kuatir dari tadi. Aku takut rahasiaku terbongkar." ucap Chello mengambil nafas lega.     

"Semoga, akan tetap aman sampai keinginan kamu tercapai." ucap Jessi seraya mendudukkan Cahaya di atas tempat tidur.     

"Chello." panggil Jessi duduk menghadap Chello yang duduk di kursi.     

"Ya... ada apa?" sahut Chello dengan perasaan tenang.     

"Chello, aku dan Armand akan segera menikah, tapi ada sesuatu yang terjadi pada Armand. Hasil akhir pemeriksaan Dokter Armand di nyatakan tidak mampu untuk menghasilkan sperma yang kuat, karena hal itu Armand tidak bisa mempunyai keturunan. Kalau memang hal itu terjadi, aku tidak apa-apa. Dan saat aku memikirkan Cahaya ingin merawat Cahaya. Tapi tetap semua keputusan ada di tangan kamu." ucap Jessi dengan wajah serius.     

Chello terdiam, memikirkan semua ucapan Jessi.     

"Begini Jess, mungkin pemeriksaan Dokter mengatakan hal seperti itu. Tapi kita bisa mencari jalan keluarnya. Sekarang banyak cara untuk mendapatkan seorang anak entah sang suami atau istri yang bermasalah. Jadi kamu jangan merasa cemas. Untuk soal Cahaya aku tidak mempermasalahkan ikut siapa yang penting kasih sayang kita pada Cahaya tidak berkurang." ucap Chello dengan bijaksana membuat Jessi semakin kagum pada Chello.     

"Jadi, hari ini... kalau aku membawa Cahaya apa kamu mengizinkannya?" tanya Jessi dengan tatapan penuh.     

"Tidak apa-apa, yang penting tidak membuat kamu repot. Kamu kan masih harus menjaga Armand." ucap Chello dengan serius.     

"Ya juga sih Chell, Armand masih belum pasang kaki palsunya. Mungkin dalam Minggu depan." ucap Jessi kemudian terdiam sejenak.     

"Terserah kamu saja, Cahaya kan juga anak kamu." ucap Chello sedikit merasa lelah dengan pekerjaannya.     

"Aku akan mengajak Cahaya beberapa hari saja. Nanti kalau Armand sudah waktunya pasang kaki palsunya, Cahaya akan aku antar." ucap Jessi setelah berpikir matang.     

"Kamu hubungi saja aku, biar aku yang menjemput Cahaya sekalian melihat keadaan Armand." ucap Chello bersandar di dinding kamar.     

"Chello, kamu terlihat lelah. Kamu istirahat saja. Aku akan mengajak Cahaya bermain di taman belakang." ucap Jessi tidak tega melihat wajah lelah Chello.     

"Hem... tidak apa-apa kan, aku istitahat sebentar?" tanya Chello yang benar-benar sangat lelah.     

"Tidak apa-apa, Istirahatlah." ucap Jessi sambil mengangkat Cahaya dan membawanya keluar kamar.     

Chello merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, kemudian memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.     

Jessi, berjalan ke taman belakang untuk mengajak Cahaya bermain.     

Di saat Jessi, bermain dengan Cahaya di taman belakang. Ayraa sedikit cemas dengan keadaan Danish yang terlihat pucat.     

"Memang apa saja yang Mas Danish lakukan hari ini? Mas Danish jadi seperti ini?" tanya Ayraa sambil melepas pakaian Danish.     

"Hari ini masih pemeriksa yang kedua, lebih melelahkan. Lihat lenganku? penuh dengan bekas tusukan jarum." ucap Danish sambil menunjukkan lengannya.     

Hati Ayraa terenyuh, sangat sedih melihat keadaan Danish yang sangat lelah hanya karena pemeriksaan saja.     

"Memang sampai kapan pemeriksaannya Mas?" tanya Ayraa merasa tidak tega melihatnya.     

"Sampai lima kali Ayraa. Itu hanya pemeriksaannya saja." ucap Danish sejenak memejamkan matanya.     

"Sangat berat juga ya Mas, sekarang Mas Danish lapar tidak?" tanya Ayraa seraya membelai rambut Danish dengan penuh perhatian.     

"Aku sudah makan sama Chello di kantin tadi. Aku merasa lelah ingin istirahat saja." ucap Danish seraya memejamkan matanya.     

"Aku pijat ya Mas?" tanya Ayraa sambil memijat kaki Danish.     

"Hem...ya, tidak apa-apa. Tapi kamu tidak merasa capek kan Ayraa? kamu harus menjaga kandungan kamu." ucap Danish sangat perhatian dengan kesehatan Ayraa.     

"Aku sama sekali tidak capek Mas, aku baik-baik saja. Kandunganku juga baik-baik saja." ucap Ayraa masih dengan memijat kaki Danish.     

"Ayraa." panggil Danish penasaran pembicaraan antara Ayraa dan Jessi.     

"Ada apa Mas?" sahut Ayraa mengangkat wajahnya menatap Chello.     

"Apa kamu sempat bicara dengan Jessi?" tanya Danish dengan serius.     

"Tentu saja, kita bicara Mas. Hari ini Jessi mau membawa Cahaya ikut ke tempatnya. Aku tidak tahu, Chello mengizinkannya atau tidak. Karena Chello lebih dekat dengan Cahaya." ucap Ayraa sangat berat kalau Cahaya ikut Jessi. Entah kenapa seiring waktu, Ayraa juga sangat sayang sama Cahaya.     

"Aku rasa Chello mengizinkannya, Chello pasti sangat tahu bagaimana perasaan seorang ibu kalau jauh dari anaknya." ucap Danish sangat mengenal pribadi Chello.     

"Chello memang selalu mudah mengalah." ucap Ayraa sangat tahu bagaimana sifat Chello.     

"Kalau aku bagaimana Ayraa? apa aku juga suka mengalah?" tanya Danish ingin di puji juga oleh Ayraa.     

"Mas Danish ya? Mas Danish itu, selain sangat tampan, pintar, sabar, juga selalu mengalah dan manja." ucap Ayraa dengan jujur.     

"Manja? aku manja?" tanya Danish dengan tersenyum.     

"Ya... Mas Danish sangat manja, dan aku lebih suka dengan Mas Danish saat manja." ucap Ayraa dengan tatapan menggoda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.