DILEMA JESSI
DILEMA JESSI
Chello terdiam sesaat mendengar ucapan Jessi.
"Chell, kenapa kamu diam? apa ada masalah kalau aku kesana?" tanya Jessi dengan heran.
"Tidak sama sekali Jess, kenapa kamu berpikir seperti itu. Datanglah kalau kamu ingin bertemu Cahaya." ucap Chello setelah berpikir sejenak.
"Syukurlah, aku pikir kamu sudah tidak mengingatku lagi." ucap Jessi dengan tertawa lirih.
"Tidak akan melupakan ibu dari Cahaya, kamu tenang saja." ucap Chello dengan tenang.
"Oke Chell, kirimkan alamatmu aku akan segera kesana. Entah hari ini atau besok." ucap Jessi dengan semangat.
"Akan aku kirim sekarang, tunggu sebentar." ucap Chello seraya mengirim alamatnya pada Jessi.
"Terima kasih Chell." ucap Jessi setelah mendapat pesan dari Chello.
"Sama-sama." sahut Chello kemudian menutup panggilan Jessi dan meletakkan kembali ponselnya begitu saja.
Chello kembali memejamkan matanya agar bisa istirahat sejenak.
***
Di kamar rumah sakit...
Armand menatap penuh wajah Jessi yang terlihat bahagia.
"Kamu terlihat bahagia Jess, apa semua itu karena kamu mau bertemu dengan Chello?" tanya Armand penasaran.
"Chello sudah di Singapura. Aku ingin bertemu Cahaya, aku sangat merindukannya." ucap Jessi dengan tersenyum seraya mengambil jeruk dan di kupasnya untuk Armand.
"Syukurlah, akhirnya kerinduan kamu akan terpenuhi." ucap Armand ikut senang melihat Jessi senang.
"Hem...aku akan menciuminya saat bertemu Cahaya nanti." ucap Jessi sambil memberikan jeruk yang sudah di kupasnya pada Armand.
"Kapan rencana kamu ke sana Jess?" tanya Armand sambil makan buah jeruk yang di bawanya.
"Rencanaku hari ini ke sana, tapi bisa jadi besok. Menurutmu bagaimana Mand?" tanya Jessi menopang dagunya menatap Armand.
"Besok saja kamu ke sana, biar Chello istirahat dulu. Mereka baru datang kan? siapa tahu masih capek." ucap Armand memberi saran.
Jessi terdiam, membenarkan ucapan Armand.
"Kamu benar Mand, baiklah besok pagi saja aku kesana." ucap Jessi setelah memikirkannya dengan matang.
Armand tersenyum, banyak sekali perubahan pada diri Jessi yang membuat hatinya begitu bahagia.
"Ada apa Mand? kenapa kamu tersenyum seperti itu?" tanya Jessi dengan heran.
"Aku tersenyum karena hatiku sangat bahagia, kamu begitu banyak berubah." ucap Armand masih dengan tersenyum.
"Berubah bagaimana?" tanya Jessi dengan kening berkerut.
"Ya... kamu banyak berubah Jess, cara bicara kamu, sikap kamu...semua begitu sangat manis." ucap Armand sangat kagum dengan Jessi.
"Kamu memujiku atau hanya berniat menggodaku saja?" tanya Jessi dengan wajah memerah.
"Kenapa aku harus menggodamu Jess? aku mengatakan yang sebenarnya." ucap Armand dengan wajah serius.
Jessi semakin salah tingkah, wajahnya semakin memerah.
"Kamu telah membuatku merasa malu Mand, aku tidak seperti itu. Aku harus belajar banyak untuk menjadi wanita yang lebih baik lagi." ucap Jessi dengan malu-malu.
"Jangan malu padaku, bukannya aku calon suamimu?" ucap Armand semakin membuat Jessi salah tingkah.
"Armand, sudah...aku benar-benar malu saat ini." ucap Jessi menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jessi, sudah aku katakan.. kenapa kamu harus malu padaku?" ucap Armand menarik pelan kedua tangan Jessi dari wajahnya.
Jessi terdiam dan membiarkan saja Armand menggenggam tangannya.
"Kemarilah Jess, mendekatlah lebih dekat padaku." ucap Armand menatap penuh wajah Jessi.
Hati Jessi berdebar-debar saat Armand meraih tengkuk lehernya dan menatap kedua matanya dengan tatapan dalam.
"Armand, apa yang kamu lakukan?" tanya Jessi membalas tatapan mata Armand.
"Apa kamu tahu Jess? aku semakin mencintaimu?" ucap Armand berbisik lirih.
Jessi menelan salivanya, merasa gugup dengan ucapan Armand.
"Aku...aku juga semakin mencintaimu Mand." ucap Jessi dengan suara lirih.
Armand menatap lembut wajah Jessi, kemudian menyentuh bibir Jessi dengan jari tangannya.
"Aku Ingin segera menikahimu Jess, aku Ingin kita segera menikah." ucap Armand seraya menyapu lembut bibir Jessi dengan penuh perasaan.
Jessi memejamkan matanya, merasakan kelembutan bibir Armand yang melumat bibirnya.
Walau ciuman Armand hanya sesaat, namun sangat membekas di hati Jessi.
"Kamu tidak marah kan setiap kali aku mencium bibirmu? saat aku merindukanmu?" tanya Armand dengan tatapan penuh.
Jessi menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
"Tidak apa-apa Mand, apa yang kamu lakukan masih dalam batas kewajaran kok." ucap Jessi dengan malu-malu.
"Apa itu berarti kamu juga menyukainya? apa kamu juga menginginkannya?" tanya Armand seraya mengusap wajah Jessi.
"Ya...aku menyukainya, aku juga menginginkannya." ucap Jessi dengan wajah memerah.
"Syukurlah, aku harap kakiku palsuku bisa segera di pasang agar aku bisa menikahimu." ucap Armand dengan sungguh-sungguh.
"Aku akan selalu mendoakanmu Mand." ucap Jessi menggenggam tangan Armand.
"Tok... Tok...Tok"
Pintu kamar Armand terbuka, seorang Dokter dan perawat masuk ke dalam kamar dan menghampiri Jessi dan Armand.
"Selamat pagi, bagaimana keadaan anda saudara Armand?" tanya Dokter yang menangani Armand.
"Sangat baik Dokter." jawab Armand dengan tersenyum.
"Begini, aku mendengar kabar kalau kalian berdua akan menikah setelah kaki saudara Armand di pasang dengan kaki palsu. Apa kabar itu benar?" tanya Dokter dengan wajah serius.
"Ya benar Dokter, kita memang akan menikah. Ada apa Dokter? sepertinya ada hal yang penting yang akan Dokter katakan." ucap Armand dengan tatapan serius.
"Benar, sebagai Dokter saya harus memberitahukan hal ini. Semoga kalian berdua bisa menerimanya dan tetap berpegang pada cinta kalian." ucap Dokter dengan tatapan serius.
"Ada apa sebenarnya Dokter?" tanya Jessi dengan tatapan cemas.
"Bagaimana saya menjelaskannya, intinya dari hasil pemeriksaan terakhir jika kalian menikah akan sulit untuk mendapatkan anak." ucap Dokter menatap wajah Jessi dan Armand secara bergantian.
"Maksudnya apa Dokter? apa saya tidak bisa mempunyai anak?" tanya Jessi sangat terkejut.
"Bukan anda, tapi saudara Armand. Kondisi Armand yang tidak memungkinkan bisa punya anak karena saudara Armand tidak bisa lagi menghasilkan sperma yang kuat dan sehat." jelas Dokter tersebut seraya menghela nafas panjang.
"Tidak Dokter, itu tidak mungkin. Mungkin saja hasil pemeriksaan itu salah." ucap Jessi dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.
Armand duduk diam tak bergerak, apa yang di ucapkan Dokter benar-benar membuatnya shock. Armand tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa menikah tapi tidak bisa mempunyai keturunan.
"Kalian berdua jangan cemas, semua keajaiban bisa saja terjadi di dunia ini. Kalian bisa mengikuti terapi atau cara apapun agar bisa mempunyai anak." ucap Dokter tersebut kemudian meninggalkan Armand dan Jessi setelah memberikan hasil pemeriksaan terakhir tentang kesehatan Armand.
Jessi terduduk lemas, dia di lahirkan sebagai anak tunggal, dan orang tuanya juga sudah meninggal. Dokter Kim Pamannya juga sudah meninggal. Dan sekarang di saat dia ingin menikah dengan Armand dia tidak akan bisa hamil karena kondisi Armand yang tidak memungkinkan untuk membuatnya bisa hamil.