Lautan Kultivator
Lautan Kultivator
Jika mereka melancarkan serangan, hal itu juga membuat Ye Futian tidak punya waktu untuk menangani kultivator lainnya di bagian bawah.
Pada saat ini, sebuah kekuatan pelahap menyelimuti semua penyusup yang ada di dalam badai tersebut. Mereka menunjukkan tatapan waspada karena mereka semua bisa merasakan bahaya yang semakin mendekat. Selain kekuatan pelahap itu, banyak kultivator juga muncul di sekitar mereka. Mereka adalah para kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei dan Istana Kekaisaran Barat.
Di saat yang bersamaan, Putra Ilahi Vajra muncul di lokasi yang berbeda. Aura yang dia pancarkan sangatlah menakutkan. Tubuhnya tampak seperti ditempa dari emas dan terlihat sangat mengintimidasi. Namun, dia tiba-tiba merasakan sebuah aura yang sangat berbahaya. Dia pun langsung mengalihkan pandangannya dan memandang ke satu arah. Sebuah aura dari Jalur Agung yang mengerikan terpancar dari tubuhnya. Satu sosok dewa Vajra berwarna emas muncul di belakangnya. Pada saat yang bersamaan, dia mengepalkan kedua telapak tangannya dan membentuk sebuah Segel Ilahi Vajra.
Seberkas cahaya suci berwarna emas yang menyilaukan tampak melesat melintasi langit. Cahaya itu akhirnya mendarat dan langsung menembus segel ilahi tersebut. Sebuah suara dentangan yang keras terdengar di sana saat segel ilahi itu dihancurkan dalam sekejap. Namun, cahaya suci yang tak tertandingi itu terus bergerak. Dalam sekejap, cahaya itu menembus tubuh ilahi emas miliknya.
*Brak* Suara dentangan logam bisa terdengar di sana. Putra Ilahi Vajra menundukkan kepalanya untuk memandang tubuhnya. Dia mendapati bahwa tubuhnya telah terkoyak. Retakan yang tak terhitung jumlahnya muncul di tubuh emasnya. Senjata yang mengenainya adalah sebuah tombak emas, yang merupakan Senjata Kekaisaran. Cahaya suci yang dipancarkan oleh tombak itu sangatlah menyilaukan.
Kultivator yang baru saja menyerangnya adalah Fang Cun. Dengan membawa Senjata Kekaisaran di tangannya, dia menerjang ke arah Putra Ilahi Vajra. Sudah jelas, selama satu tahun terakhir, Fang Cun telah berhasil beresonansi dengan tombak emas itu dan mewarisi aura di dalamnya.
"Tidak..." teriak Putra Ilahi Vajra sebelum tubuhnya meledak hingga hancur berkeping-keping dan berubah menjadi cahaya suci berwarna emas yang tak ada habisnya. Baik tubuh maupun jiwanya kini telah musnah seketika.
Wilayah Vajra adalah salah satu dari Klan Dewa Kuno. Kultivasi Putra Ilahi Vajra saat ini berada di tingkat Tribulation Plane. Dia adalah sosok yang sangat kuat. Dia juga mendapatkan beberapa peluang Jalur Agung di salah satu reruntuhan. Namun saat ini, dia langsung dihancurkan menjadi debu hanya dengan satu serangan.
Seorang putra kebanggaan dari Klan Dewa Kuno telah meninggal dunia secara tragis di depan mata semua orang.
Para kultivator lain dari Wilayah Vajra menyerang Fang Cun secara bersamaan. Fang Cun mengarahkan tombak emasnya ke depan, dan dalam sekejap, bayangan tombak-tombak ilahi melesat menembus ruang hampa dan menusuk mereka semua. Para kultivator itu pun menghadapi nasib yang sama seperti Putra Ilahi Vajra, dimana tubuh mereka hancur berkeping-keping.
Fang Cun telah mengalami Ujian Para Dewa tahap pertama dan mewarisi aura dari seorang Kaisar Agung. Selain itu, dia sekarang telah mendapatkan tombak emas tersebut, yang merupakan Senjata Kekaisaran. Para kultivator dari Klan Dewa Kuno jelas bukan tandingannya sekarang.
Tepat pada saat ini, sebuah tekanan yang tak tertandingi membayangi Fang Cun. Dia mendongak dan melihat Segel Ilahi Vajra melayang di atasnya, menutupi bagian langit ini. Fang Cun mengangkat tombak emasnya dan menerjang ke atas langit. Namun, disertai dengan suara keras, Segel Ilahi Vajra itu dikerahkan ke bawah dan langsung menghantam Fang Cun. Cahaya suci spasial bersinar terang, dan dia menghilang dari tempatnya dalam sekejap, yang kemudian muncul kembali di lokasi lain.
Fang Cun mendongak dan melihat kultivator yang baru saja menyerangnya. Sosok itu adalah seorang Tetua dari Wilayah Vajra. Auranya sangat kuat dan menakutkan. Dia adalah sosok yang kultivasinya mendekati dewa. Dia bukanlah Pemimpin Wilayah Vajra saat ini, melainkan Pemimpin Wilayah Vajra sebelumnya. Dia tidak pernah keluar dari pengasingannya selama bertahun-tahun. Selama ini dia berkultivasi dengan tenang di Wilayah Vajra dan sama sekali tidak memedulikan urusan duniawi.
Dia telah mengasingkan diri hingga reruntuhan para dewa muncul kembali. Bagaimanapun juga, semua orang berdatangan kemari, sehingga dia juga datang ke sini untuk mencari peluang Jalur Agung. Pada akhirnya, dia berhasil menembus hambatan yang telah mengganggunya selama 1.000 tahun, di benua ini. Kultivasinya sekarang telah mendekati dewa.
Saat merasakan aura menakutkan dari sang Tetua, aura Fang Cun tampak bergejolak. Tatapan matanya terpaku pada lawannya itu. Dia sangat menyadari betapa kuatnya Tetua ini. Bahkan dengan bantuan Senjata Kekaisaran, Fang Cun kemungkinan besar tidak akan bisa mengalahkannya.
"Kau pantas mati," ujar Tetua itu sambil menatap Fang Cun di tengah-tengah badai. Kemudian, sebuah kekuatan yang menakjubkan menyebar di udara. Tetua itu mengarahkan satu jarinya ke depan. Serangan ini berisi Kekuatan Ilahi Wilayah Vajra di dalamnya, yang tidak bisa dihancurkan dan tidak bisa dihentikan. Jika Fang Cun terkena serangan ini, maka sebuah lubang akan terbentuk di tubuhnya.
Fang Cun berniat untuk mundur, tetapi dia mendapati bahwa dia telah terperangkap di area ini oleh sebuah kekuatan yang mengancam. Saat dia melihat serangan itu ditujukan ke arahnya, satu sosok tiba-tiba muncul di depannya. Xi Chiyao langsung mengayunkan pedangnya. Pedang Ilahi Tetesan Hujan miliknya menyebabkan tetesan hujan bermunculan, yang kemudian bertabrakan dengan serangan sang Tetua. Serangan tetua itu pun hancur setelah terkena tetesan hujan tersebut.
"Istana Kekaisaran Barat, kalian juga cari mati rupanya," monster tua dari Wilayah Vajra itu memperingatkan dengan nada dingin.
Xi Chiyao memegang pedang ilahi itu di tangannya, dan tatapan matanya tampak menakutkan. Tatapan mata Xi Chiyao saat ini terlihat mirip dengan tatapan mata Kaisar Barat saat dia menatap tajam lawannya itu. Istana Kekaisaran Barat dan Istana Kekaisaran Ziwei sudah lama bersekutu. Istana Kekaisaran Barat memilih untuk berpihak pada Istana Kekaisaran Ziwei selama zaman yang kacau ini berlangsung. Xi Chiyao tidak yakin dengan apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi setidaknya, dia akan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.
"Saya tidak menyangka akan bertemu Senior dari Wilayah Vajra di sini. Izinkan saya untuk mendapatkan beberapa bimbingan dari anda," ujar Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya saat dia bergerak ke depan. Auranya menguat saat dia bergerak mendekati lawannya itu. Dalam sekejap, cahaya suci dari Jalur Agung bergerak di sekelilingnya, dan sebuah area Jalur Agung muncul di wilayah sekitarnya. Hal ini membuat monster tua dari Wilayah Vajra itu menyipitkan matanya.
"Rupanya kau telah menerobos ke tingkat berikutnya. Kalau begitu, kenapa kau mewariskan Pedang Ilahi Tetesan Hujan kepadanya?" tanya monster tua itu dengan acuh tak acuh. Dia telah berkultivasi selama bertahun-tahun sebelum dia bisa menerobos ke tingkat berikutnya. Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya adalah juniornya, namun dia telah menembus belenggu Plane-nya dan juga sudah berada di tingkatan yang mendekati dewa. Semua pemimpin dari Klan Dewa Kuno lainnya belum bisa menerobos ke tingkat berikutnya. Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya adalah satu-satunya orang yang berhasil melakukannya sejauh ini.
Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya adalah sosok legendaris yang sangat terkenal di masa mudanya. Namun, setelah dia mengambil posisi sebagai Pemimpin Istana, dia jarang muncul di depan umum. Selama ini dia telah mengabdikan diri pada kultivasinya. Faktanya, dia telah menerobos ke tingkat mendekati dewa bahkan sebelum dia datang ke reruntuhan ini, tapi dia memilih untuk merahasiakan kemampuannya dan membiarkan Xi Chiyao menjadi pemimpin kelompok mereka.
Adapun pilihan untuk mewariskan Pedang Ilahi Tetesan Hujan pada Xi Chiyao, Kaisar Agung Barat yang memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Namun meski demikian, Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya tidak perlu mundur dari posisinya. Dia melakukan hal itu untuk membimbing Xi Chiyao.
Berbicara tentang pengunduran dirinya, hal itu berhubungan dengan pencapaiannya dalam menerobos ke tingkat berikutnya. Dengan bantuan pil yang dibuat oleh Ye Futian, Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya mampu memanfaatkan momen-momen kritis untuk menerobos belenggu tingkat Plane-nya. Insiden ini membuatnya memahami bahwa Istana Kekaisaran Barat bisa melangkah lebih jauh jika mereka bekerja sama dengan Ye Futian. Karena Xi Chiyao memiliki hubungan yang baik dengan Ye Futian, Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengizinkan Xi Chiyao untuk memimpin Istana Kekaisaran Barat, sedangkan dia akan mengambil peran sebagai penasihatnya sebagai gantinya.
Di samping pertarungan antara sang monster tua dan Pemimpin Istana Kekaisaran Barat sebelumnya, banyak pertempuran lain juga berlangsung di wilayah sekitarnya. Para kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei dan Istana Kekaisaran Barat melancarkan serangan mendadak kepada lawan mereka di tengah-tengah badai tersebut dan berhasil membantai cukup banyak kultivator dalam prosesnya.
Saat ini, Buddha Tertinggi Shenyan, yang selama ini melayang di atas langit, memancarkan Cahaya Buddha sejauh 1000 Zhang. Sepasang mata ilahi yang menakutkan juga muncul di atas langit. Mata ilahi itu mengeluarkan lingkaran-lingkaran cahaya suci yang mengancam ke arah reruntuhan tersebut. Dalam sekejap, segala sesuatunya dapat terlihat dengan jelas. Posisi para kultivator yang selama ini bersembunyi dalam kegelapan semuanya telah terungkap.
Di dalam badai tersebut, sosok para kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei dan Istana Kekaisaran Barat kembali terlihat.
"Semuanya, mari kita habisi mereka terlebih dahulu," ujar Buddha Tertinggi Shenyan. Dengan bantuan mata ilahi, tidak ada tempat bagi lawan mereka untuk bersembunyi, bahkan di tengah-tengah badai tersebut. Kedua belah pihak sama-sama berada di dalam badai yang mengerikan itu. Hanya saja, orang-orang dari area luar harus menahan kekuatan pelahap yang mengerikan itu, sedangkan para kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei tidak.
Saat ini, sebuah tekanan yang ekstrem menyebar di udara. Di atas langit, sosok raksasa Mahoraga kini kembali terbentuk. Saat ini, Mahoraga tampak memegang Senjata Kekaisaran, Guncangan Langit, di tangannya. Ukuran dari Guncangan Langit terus membesar hingga akhirnya menutupi langit. Lingkaran-lingkaran cahaya suci yang menakutkan tampak mengalir di dalamnya.
Mahoraga mengangkat Guncangan Langit ke udara dan mengayunkannya ke arah Buddha Tetinggi Shenyan.
Dalam sekejap, seluruh penjuru area itu bergetar hebat. Gelombang kejut yang tak terhitung jumlahnya menyebar dan menghancurkan semua yang menghalangi mereka. Hampir segala sesuatu yang berada di bagian bawah kini berubah menjadi debu.
Seberkas cahaya suci langsung menerjang ke arah Buddha Tertinggi Shenyan. Dia merasa tubuhnya kini menjadi sangat berat. Lingkaran-lingkaran cahaya suci yang tak tertandingi melesat keluar dari kedua matanya. Tidak hanya itu saja, sebilah pedang ilahi Buddha juga muncul dari dalam tubuhnya. Pedang itu bisa membunuh semua jenis iblis dan juga merupakan Senjata Kekaisaran. Sudah jelas, para kultivator dari Western Heaven juga telah mendapatkan keuntungan besar dari reruntuhan yang mereka kuasai.
Baik Buddha Tertinggi Shenyan maupun Buddha Tertinggi Tongchan membawa serta Senjata Kekaisaran kemari. Mereka juga berhasil meraih terobosan dalam kultivasi mereka.
*Boom* Sebuah badai yang mengerikan bergejolak di sana. Serangan itu pun bertabrakan satu sama lain. Pedang ilahi itu terlempar ke belakang dan sosok Buddha Tetinggi Shenyan dihempaskan ke bawah dengan kecepatan tinggi. Disertai dengan suara gemuruh yang keras, tubuhnya pun jatuh ke permukaan tanah. Sebuah lubang besar dan dalam muncul di sana. Sedangkan di atas langit, sepasang mata ilahi itu juga telah menghilang. Mereka dihancurkan oleh gelombang kejut yang dikeluarkan oleh Guncangan Langit sebelumnya.
"Semuanya, mari kita menyatukan kekuatan," ujar Buddha Tertinggi Tongchan. Dia, bersama dengan kultivator lainnya, melayang ke atas langit dan aura-aura yang menakjubkan terpancar dari tubuh mereka. Satu serangan dari Ye Futian telah membuat Buddha Tertinggi Shenyan terhempas. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dengan bantuan kekuatan Mahoraga, kemampuan Ye Futian menjadi jauh lebih kuat daripada para Buddha Tertinggi. Pada dasarnya, tidak mungkin bagi mereka untuk melawannya secara individu, apalagi membunuhnya. Mereka hanya bisa melakukan hal tersebut dengan bekerja sama!