Legenda Futian

Penyerangan



Penyerangan

1Para kultivator Buddha kali ini kembali dipimpin oleh Buddha Tertinggi Shenyan dan Buddha Tertinggi Tongchan. Dua Buddha Tertinggi ini tidak pernah cocok dengan Ye Futian.     

Sekarang, kedua Buddha Tertinggi itu telah melihat sekilas pintu menuju tingkat dewa. Di dalam reruntuhan Kinnara, kultivasi mereka telah mengalami transformasi dan hampir mencapai tingkat dewa.     

"Sebelumnya, aku telah mendengar bahwa kau berlatih Teknik Iblis. Melihat situasi saat ini, tampaknya rumor itu memang benar adanya. Sang Buddha telah berbelas kasih dan bersedia memberimu kesempatan untuk membuka lembaran baru. Namun, karena kau tetap bersikap keras kepala, maka aku tidak punya pilihan selain menyingkirkanmu dengan ajaran Buddha," ujar Buddha Tertinggi Tongchan saat Cahaya Buddha yang tak tertandingi terpancar dari sosoknya.     

"Kalau begitu, apa lagi yang kau tunggu? Silahkan masuk," ujar Ye Futian sambil mengundang berbagai macam kultivator itu untuk masuk ke dalam reruntuhan Mahoraga.     

Sekarang, berbagai macam kultivator telah berkumpul di luar reruntuhan tersebut. Namun, mereka semua tampak ragu-ragu dan tidak berani melangkah lebih jauh. Para kultivator dari dunia yang berbeda-beda sekarang telah berkumpul di sini. Jadi, sebenarnya mereka mau masuk atau tidak?     

"Semuanya, bagaimana kalau kita membunuh iblis ini bersama-sama?" Buddha Tertinggi Tongchan bertanya sambil memandang kerumunan kultivator di sekitarnya. Saat dia berbicara, Cahaya Buddha mengelilingi sosoknya. Penampilannya saat ini tampak seperti seorang Buddha kuno dengan kemampuan yang tak terbatas.     

"Baiklah," jawab banyak orang sambil mengangguk setuju. Mereka menganggap Ye Futian sebagai satu sosok iblis yang jahat.     

"Kalau begitu, ayo kita masuk," ujar Buddha Tertinggi Tongchan. Sekelompok kultivator langsung memasuki pegunungan di hadapan mereka. Kelompok Buddha Tertinggi Tongchan dan Buddha Tertinggi Shenyan yang memimpin jalan. Selain mereka, ada juga pemimpin dari beberapa Klan Dewa Kuno di sana. Mereka juga mendapatkan keuntungan besar dari reruntuhan masing-masing. Mereka juga membawa aura Kaisar Agung dari Klan Dewa Kuno masing-masing kemari. Mereka tidak takut pada Ye Futian.     

Ye Futian kini memang mampu mengendalikan aura Mahoraga. Namun, mereka juga memiliki aura Kaisar Agung di dalam klan mereka. Para Kaisar Agung itu juga masih hidup dan memiliki kesadaran.     

Dalam pertempuran ini, mereka harus mengalahkan Ye Futian dan menyingkirkan ancaman yang selama ini mengganggu mereka. Setelah mereka membunuh Ye Futian, Pecahan Ziwei juga bisa dimusnahkan dalam waktu singkat. Pada kenyataannya, sekarang setelah reruntuhan para dewa muncul kembali, ambisi mereka terhadap Pecahan Ziwei sudah jauh berkurang.     

Namun meski demikian, Ye Futian harus mati.     

Para kultivator yang memasuki reruntuhan itu terlebih dahulu memiliki aura yang menakutkan. Aura Jalur Agung terpancar keluar saat tubuh mereka melayang di udara dan bergerak ke depan. Mereka berdiri di lokasi yang berbeda-beda. Mereka semua memancarkan aura yang mengerikan.     

Di belakang mereka, sebuah pasukan besar ikut menerobos masuk. Anggota mereka adalah para kultivator dari pasukan-pasukan terkemuka di berbagai macam dunia. Karena kultivator-kultivator Buddha itu memimpin di bagian depan, mereka tentu saja tidak keberatan menyemangati dari belakang. Sekarang, dengan adanya jajaran anggota yang begitu kuat, seharusnya ini sudah cukup untuk mengalahkan Ye Futian, bukan?     

Di atas langit, badai-badai mengerikan telah berkumpul di sana. Kumpulan awan iblis bergejolak dan bergemuruh, yang kemudian bergabung menjadi satu wajah raksasa. Itu adalah wajah Mahoraga. Namun, tidak seperti sebelumnya, badai ini tidak melahap para kultivator di bawahnya. Badai itu tidak menimbulkan dampak apa pun, sehingga memungkinkan para kultivator itu untuk terus bergerak ke dalam pegunungan tersebut.     

Pergerakan para kultivator dalam jumlah besar itu tidak begitu cepat. Meskipun mereka memiliki keyakinan bahwa mereka akan meraih kemenangan kali ini, namun mereka tetap akan berusaha semaksimal mungkin. Mereka tidak berani bertindak sembarangan dan tetap berhati-hati setiap saat.     

Pada saat ini, aura-aura yang kuat muncul di pegunungan itu. Mereka sepertinya akan menyatu dengan badai yang ada di atas langit. Pada saat yang bersamaan, banyak ular piton iblis bermunculan di sana. Mereka mengerumuni para kultivator yang memasuki reruntuhan itu dari arah yang berbeda-beda. Ular-ular iblis ini tidak memiliki perasaan dan sepertinya hanya menanggapi panggilan dari aura yang ada di atas langit. Semakin banyak ular yang bermunculan di sana. Seolah-olah semua ular piton iblis di pegunungan ini telah muncul di wilayah ini.     

Dalam sekejap, Qi Iblis yang mengerikan menyapu area yang luas ini.     

Pada saat yang bersamaan, sebuah aura yang mengerikan mengalir dari atas langit. Aura Mahoraga terpancar keluar. Dalam sekejap, area ini diselimuti oleh aura tersebut. Seluruh penjuru reruntuhan ini sekarang sudah menjadi area Jalur Agung. Tampaknya aura itu ingin menyegel area ini.     

"Hmph!" Buddha Tertinggi Shenyan mendengus dengan dingin. Mata ilahinya terlihat sangat menakutkan. Sepasang mata itu menembus ruang hampa dan langsung menatap sosok yang berada di balik badai tersebut. Dia melihat dimana Mahoraga berada. Sebilah pedang Buddha yang sangat tajam melesat keluar dari matanya dan menembus langit dengan berkilauan oleh Cahaya Buddha.     

Sebelumnya, Ye Futian menggunakan Kekuatan Buddha untuk menahan serangan dari aura Mahoraga. Sekarang, seorang Buddha Tertinggi berhadapan melawan Ye Futian dengan menggunakan kekuatan yang sama.     

*Hisss* Tiba-tiba terdengar suara mendesis yang keras. Di atas langit, muncul satu sosok dewa piton raksasa di sana. Ular itu membuka mulutnya yang tampak mengerikan dan langsung melahap cahaya pedang ilahi tersebut. Ular itu melayang di atas kerumunan kultivator. Pada saat itu juga, semua orang merasa seolah-olah mereka bisa menyentuh sosok mengerikan itu hanya dengan mengulurkan tangan mereka.     

Dalam sekejap, badai penghancur itu menyelimuti seluruh tempat. Kultivator yang tak terhitung jumlahnya itu bisa merasakan hati mereka berdebar kencang. Banyak dari mereka baru saja tiba di sini dan belum pernah menerima serangan dari Mahoraga sebelumnya. Mereka hanya mendengar desas-desus bahwa tempat ini menyimpan aura Mahoraga yang telah terbangun dan tidak berani masuk ke dalamnya. Mereka juga baru datang ke reruntuhan ini ketika mereka tahu bahwa Ye Futian menguasai wilayah tersebut. Namun, hati mereka tidak bisa berhenti berdetak kencang saat merasakan kekuatan yang mengerikan ini.     

Tampaknya aura ini jauh lebih kuat dari apa yang mereka bayangkan.     

Buddha Tertinggi Tongchan menyatukan telapak tangannya, dan dalam sekejap, Cahaya Buddha yang mengerikan bersinar terang di tubuhnya. Dia mengangkat tangannya dan menyerang sosok dewa piton tersebut. Telapak tangannya itu berisi api ilahi Buddha yang dapat memurnikan semua kekuatan iblis.     

Dewa piton itu terus menerjang ke bawah. Namun, serangan telapak tangan itu semakin membesar saat berputar-putar di atas langit. Dalam waktu singkat, serangan tersebut menutupi bagian langit ini seperti sebuah Simbol Wan yang berukuran sangat besar, dan kemudian bertabrakan dengan sosok dewa piton tersebut. Dalam sekejap, cincin cahaya yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di telapak tangan ini. Mereka langsung menyelimuti sosok sang dewa piton. Semua cincin cahaya itu sebenarnya berasal dari Cincin Pembunuh Iblis Vajra.     

"Senjata Kekaisaran!" ujar seseorang saat jantung mereka berdegup kencang ketika mereka merasakan kekuatan yang dihasilkan.     

Buddha Tertinggi Tongchan tampaknya telah berubah menjadi satu sosok Buddha emas kuno. Cahaya Buddha berwarna emas mengelilingi tubuhnya, dan dia berubah menjadi Sosok Petarung Vajra. Pada awalnya, ini adalah kemampuan yang paling dikuasai oleh Buddha Tertinggi Vajra. Hal ini bisa terjadi karena ajaran Buddha saling berhubungan satu sama lain. Pemahaman Buddha Tertinggi Tongchan tentang ajaran Buddha juga sangat mendalam. Peralatan ritual yang ada di tangannya adalah sebuah Senjata Kekaisaran—Cincin Pembunuh Iblis Vajra. Dia mendapatkannya di benua kuno ini.     

Cincin Pembunuh Iblis Vajra kini berubah bentuk menjadi cincin cahaya yang tak terhitung jumlahnya dan menyelimuti dewa piton raksasa itu. Cincin-cincin cahaya tersebut menutupi sekujur tubuhnya, berusaha membelenggu tubuhnya di tempat.     

"Serang!" ujar kultivator tingkat tinggi lainnya saat mereka melancarkan serangan. Dengan mengeluarkan kekuatan yang tak tertandingi, mereka menerjang menuju sosok Mahoraga yang ada di langit. Untuk beberapa saat, kekuatan penghancur itu mengguncang langit dan menghancurkan segalanya. Serangan itu sangatlah menakutkan.     

*Boom, Boom, Boom* Serangan mengerikan itu akhirnya mendarat, berusaha membunuh sang Mahoraga. Namun, ketika serangan mereka mendarat, mereka mendapati bahwa sosok Mahoraga itu menjadi buram. Seolah-olah dia bukanlah sosok yang nyata. Pada awalnya dia memang terbentuk dari aura, jadi dia jelas tidak memiliki tubuh asli.     

Para kultivator mengerutkan kening saat menyaksikan pemandangan ini. Kemudian, sebuah badai pelahap menyapu para kultivator yang berada di bagian bawah. Beberapa orang berteriak. Mereka yang memiliki kultivasi relatif lemah tidak akan bisa menahan badai ini. Area itu pun menjadi sangat kacau.     

Pada saat yang bersamaan, muncul banyak sosok di dalam badai yang kacau ini. Para kultivator yang baru saja muncul ini memiliki aura yang mencengangkan. Beberapa dari mereka bahkan memegang senjata ilahi di tangan masing-masing!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.