Legenda Futian

Pedang yang Patah



Pedang yang Patah

2Ketika Ye Futian melihat bahwa semua orang menanggapi situasi ini dengan serius, dia kembali memandang ke arah jurang itu dan memutuskan, "Kita akan mengambil jalan memutar!"     

Karena itulah, dia mulai berjalan ke arah lain, tidak mau mengambil risiko apa pun.     

Pada kenyataannya, dia bisa saja mencoba membukakan jalan dengan menggunakan Senjata Kekaisaran dan menyerang jurang tersebut. Namun, dia ragu-ragu untuk mengambil tindakan ini karena dia tidak yakin akan hasil akhirnya. Tangan raksasa yang muncul dari dalam jurang itu terlalu menakutkan. Jika sesuatu yang tidak terduga terjadi, mereka semua bisa saja tewas terbunuh di sini.     

Karena tingkat kultivasinya telah meningkat, maka tanggung jawab yang dipikulnya juga menjadi lebih besar. Ye Futian belajar untuk lebih menghargai nyawanya dan orang lain. Dia tidak akan mengambil risiko yang tidak perlu dengan gegabah.     

Kedua, dia dibuat takjub oleh Makam Para Dewa dan menghormati warisan yang ditinggalkan oleh para kaisar dari zaman kuno. Dia akan mewarisinya jika dia bisa, tetapi bahkan jika dia tidak bisa melakukannya, dia tidak ingin merusaknya.     

Kelompok mereka akhirnya mengambil jalan memutar alih-alih menyeberangi jurang tersebut. Mereka lebih suka mengambil rute jauh daripada mengambil risiko. Suara-suara menyeramkan dari dalam jurang itu masih berusaha menarik perhatian mereka, seolah-olah itu adalah panggilan kematian. Jika mereka takluk pada panggilan itu, mereka bisa saja diseret ke dalam jurang dan tidak akan pernah terlihat lagi di dunia luar.     

Mereka pun mengubah arah pergerakan mereka, dan setelah berjalan cukup jauh, mereka tiba di area lainnya. Jiwa spiritual Ye Futian langsung mengamati area yang luas, dan mereka berusaha mencari peninggalan para Kaisar Agung saat mereka terus bergerak ke depan.     

Makam Para Dewa mungkin merupakan sebuah medan pertempuran dimana para dewa pernah berperang di masa lalu. Jika benar demikian, maka semua peninggalan yang ada di sini tidak pernah ditemukan sebelumnya.     

"Aura pedang!" ujar Ye Futian. Dia bisa merasakan jejak aura pedang sebelum dia bergerak ke arah lain. Kultivator lainnya pun mengikuti Ye Futian dari belakang.     

Tidak lama kemudian, beberapa gunung muncul di antara wilayah tandus ini. Area ini diselimuti oleh aura pedang yang sangat kuat, seolah-olah itu adalah sebuah Dunia Pedang. Siapa pun yang mendekati area ini bisa merasakan tekanan pedang yang kuat ini. Seolah-olah mereka telah melangkahkan kaki ke dalam dunia yang berisi bilah-bilah pedang.     

Banyak dari gunung ini telah terbelah, tetapi tidak hancur berkeping-keping. Jika dilihat lebih dekat, siapa pun dapat melihat bahwa terdapat jejak-jejak pedang di antara gunung-gunung tersebut, yang membekas dengan rapi. Gunung itu memang terbelah, namun tidak dihancurkan seutuhnya, hanya aura pedang menakjubkan itu yang tersisa di sana.     

Di puncak gunung tertinggi, terdapat sebilah pedang yang patah dan ditutupi oleh lapisan debu yang tebal. Setelah bertahun-tahun lamanya, pedang itu tetap terlihat seperti sebilah pedang tua yang patah. Tapi Ye Futian merasa bahwa ini adalah titik pusat dari Dunia Pedang yang baru saja mereka masuki.     

"Aura pedang itu tampak abadi dan tidak bisa dihancurkan; aura tersebut mampu bertahan selama bertahun-tahun," bisik Ye Futian. Sudah jelas, aura pedang dari Kaisar Agung adalah sesuatu yang tidak dapat dihancurkan.     

Mereka terus mendekati area pegunungan ini, dimana Ye Futian berjalan di barisan paling depan, dan dia bisa merasakan tekanan kuat sedang menimpa tubuhnya. Para kultivator di belakangnya tidak terlihat sesantai Ye Futian. Baik Lord Chen maupun Hua Jieyu mampu menahannya dengan baik, tetapi kultivator lainnya merasa sangat kesulitan untuk melangkah ke depan.     

"Seorang Kaisar Agung mungkin meninggalkan pedang yang patah ini, jadi aura pedang yang ada di sini juga merupakan aura pedang yang ditinggalkan oleh sang Kaisar Agung. Kalian dapat memahaminya dan berkultivasi untuk melihat apakah ada di antara kalian yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pedang yang patah ini." Ye Futian berkata, "Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian tidak mampu menahan aura pedang ini di dalam diri kalian masing-masing, maka kalian tidak perlu melanjutkannya."     

Kali ini, banyak dari mereka ikut datang kemari, dan kemunculan Makam Para Dewa telah menarik semua anggota inti dari Pecahan Ziwei. Bukan hanya para kultivator dari Tribulation Plane, tetapi juga banyak sosok di puncak Renhuang.     

Di sini, mereka bisa menggunakan pedang itu untuk berkultivasi.     

"Ya." Semua orang mengangguk pelan, lalu beberapa orang mulai berkultivasi di tempat masing-masing. Namun, ada pula kulivator yang terus bergerak ke depan sampai mereka tiba di dekat pedang yang patah itu.     

Ye Futian juga terus bergerak mendekat. Saat dia berada di dekat pedang yang patah itu, aura pedang miliknya menjadi semakin kuat. Aura pedang ini sangat murni, bahkan mungkin ini adalah aura pedang paling murni yang pernah ditemui Ye Futian sejauh ini. Seolah-olah aura pedang itu sudah menjadi satu teknik pedang tersendiri.     

Teknik pedang yang sangat murni ini tampaknya memiliki kekuatan untuk menghancurkan segalanya dan semua jenis Jalur Agung. Meskipun pedang itu telah patah, namun auea pedangnya tetap ada di sana.     

Ye Futian berdiri di sana dengan mata terpejam, mencoba memahami pedang itu dengan hati yang tenang. Mereka datang ke Makam Para Dewa lebih awal dari yang lainnya. Hanya beberapa pasukan di tingkat Kaisar Agung yang tiba pada waktu yang hampir bersamaan. Sedangkan pasukan terkemuka lainnya dari dunia lain telah melakukan perjalanan dari jalur spasial yang berbeda, sehingga mereka tidak bertemu banyak kultivator lain dalam perjalanan mereka kemari.     

Namun, melihat apa yang sedang terjadi di benua kuno ini, bahkan sebilah pedang yang patah pun menunjukkan betapa pentingnya reruntuhan tersebut. Jika memungkinkan, dia berharap agar dia bisa memanfaatkan kesempatan kali ini untuk memungkinan semua anggota inti dari Istana Kekaisaran Ziwei dibaptis oleh aura Kaisar Agung. Di masa depan, mereka semua akan memiliki kesempatan untuk melangkah lebih jauh.     

Pada kenyataannya, banyak orang masih mengalami hambatan diakibatkan oleh bakat alami mereka. Jika mereka dibaptis oleh aura Kaisar Agung, mungkin saja akan terjadi beberapa perubahan pada mereka.     

Dengan mata terpejam, Ye Futian tampak berkultivasi dengan tenang. Tidak lama kemudian, dia bisa merasakan sebuah aura pedang mengerikan yang mampu melingkupi segalanya; bahkan tekanan yang dia terima kini menjadi semakin kuat. Seolah-olah semakin dalam pemahamannya terkait aura pedang, maka tekanan itu akan meningkat dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.     

Pada saat ini, Ye Futian tiba-tiba merasa bahwa pedang yang patah itu memiliki nyawa sendiri. Di dalam benaknya, di puncak gunung tersebut, bukan hanya pedang patah itu yang tertinggal, tetapi ada seorang pria yang duduk dengan tenang di sana, seolah-olah dia adalah sosok yang abadi.     

Di dalam aura pedang yang kuat dan murni itu, Ye Futian bisa merasakan ada sebuah kekuatan yang memanggilnya. Seolah-olah pedang itu sedang menunggu seseorang untuk membangunkannya.     

"Apakah ini...Roh Pedang?"     

Hati Ye Futian berdebar kencang. Pedang ini mungkin telah menciptakan Roh Pedang miliknya sendiri, yang mengambil bentuk seorang ahli pedang dan menjadi sebuah tubuh roh. Jika benar demikian, maka pedang ini dapat menciptakan kembali Roh Pedang di dalam kultivator penggunanya.     

Namun, untuk mengetahui kebenarannya pasti membutuhkan risiko yang besar.     

Kultivasi Ye Futian saat ini cukup kuat, apalagi setelah dia menyempurnakan berbagai macam kekuatan Jalur Agung. Dia memang ingin mengambil risiko itu. Bahkan jika dia telah memasukkan Roh Pedang tersebut sebagai bagian dari dirinya, itu tidak jauh berbeda dari semua Roh Kehidupan yang selama ini dia miliki.     

Namun, aura pedang ini dapat digunakan untuk berkultivasi, sehingga membuat aura pedangnya sendiri menjadi semakin murni.     

Tentu saja, banyak orang di belakangnya juga ahli dalam ilmu pedang, jadi akan lebih baik jika mereka bisa berkultivasi di sini untuk jangka waktu tertentu. Makam Para Dewa pasti memiliki banyak peluang Jalur Agung di dalamnya, dan hal yang perlu dia lakukan adalah mengambil segala sesuatu yang mampu dia dapatkan.     

Gu Dongliu, Ye Wuchen, Pendekar Lihen, dan Yaya semuanya adalah kultivator yang ahli dalam ilmu pedang. Kecuali Gu Dongliu, yang sudah mencapai Tribulation Plane, tiga sosok lainnya sudah berada di puncak Renhuang. Sekarang setelah mereka memiliki kesempatan untuk memahami dan berkultivasi di sini, itu jelas adalah sesuatu yang tidak boleh dilewatkan.     

Bahkan bagi mereka yang tidak berspesialisasi dalam ilmu pedang, pemahaman terkait aura pedang dari Kaisar Agung hanya akan membawa keuntungan bagi mereka.     

Di area yang sunyi senyap itu, kelompok ini pun berkultivasi dengan tenang. Tidak ada suara yang terdengar saat aura pedang yang kuat itu menyelimuti semua orang. Waktu terus berlalu tanpa ada yang menyadarinya. Ketika mereka sedang bekultivasi di sini, para kultivator dari seluruh penjuru dunia mulai menginjakkan kaki di benua kuno ini dalam gelombang yang tak ada habisnya.     

Kali ini, para kultivator dari dunia-dunia utama berdatangan dari jalur-jalur spasial yang telah dibuka.     

Namun, ini belum tentu waktu terbaik bagi mereka untuk datang kemari. Ketika jumlah orang di benua ini semakin banyak, monster-monster aneh itu mulai mengamuk tak terkendali. Sebelum mereka bisa melihat apa pun, banyak kultivator telah binasa di bawah amukan monster-monster ini.     

Tapi, ada juga kultivator-kultivator kuat yang mampu melawan monster-monster tersebut, bahkan membunuh mereka. Orang-orang ini adalah sosok-sosok terkemuka dari masing-masing dunia utama.     

Akhirnya, kultivator lain muncul di sini, dan mereka juga ingin memahami aura pedang tersebut. Beberapa orang bahkan mulai melangkah ke depan.     

Namun pada saat ini, Si Buta Tie, Duo Yu, Fang Cun, dan ayahnya Fang Huan, serta beberapa kultivator lainnya melesat ke posisi yang berbeda-beda dan langsung menyegel area ini. Sebagai para pelindung dari Istana Kekaisaran Ziwei, mereka harus mengambil tindakan di saat seperti ini.     

Para kultivator dari dunia lain ini belum pernah bertemu Ye Futian maupun anggota kelompoknya sebelumnya, tetapi mereka dapat mendeteksi ancaman dari aura kelompok tersebut, sehingga mereka tidak berani bertindak gegabah.     

Tetapi karena jumlah orang yang berkumpul di sana telah meningkat, seseorang pun berkata, "Di dalam reruntuhan ini, siapa pun yang datang kemari diperbolehkan untuk berkultivasi. Apa artinya tindakan ini?"     

"Tempat ini sudah berada di bawah kendali kami. Kalian bisa pergi ke tempat lain," ujar Fang Cun.     

"Huh." Seseorang mendengus dengan dingin. Dia adalah seorang kultivator dari Dunia Kegelapan. Sebuah aura kematian yang mengerikan muncul darinya, lalu menyebar ke arah Fang Cun dan yang lainnya. Kedua matanya terlihat seperti kematian, menatap lurus ke depan dan mengubah area itu menjadi area Jalur Agung miliknya.     

Namun pada saat ini, seseorang sudah berdiri di hadapannya, dan sepasang mata menakutkan lainnya tertuju padanya. Itu adalah mata milik Duo Yu—Mata Samsara.     

Dalam sekejap, banyak ilusi muncul di dalam benak lawannya, dan sebuah tombak kini muncul di tangan Duo Yu. Sosoknya melesat dan menghilang dari tempatnya berada, dan tombak itu dikerahkan menuju targetnya dengan secepat kilat.     

Ketika serangan ini dikeluarkan, bayangan tombak dan ilusi yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di depan mata pria itu, yang tidak lama kemudian membuatnya terperangkap di dalamnya. Itu adalah efek yang ditimbulkan dari Mata Samsara, serta Tombak Samsara.     

*Jleb* Suara tusukan terdengar dengan jelas saat tombak itu menembus tubuhnya. Seorang kultivator kuat dari Dunia Kegelapan bahkan tidak punya waktu untuk mengeluarkan kekuatannya sendiri sebelum dia tewas terbunuh di tempat.     

"Luar biasa," Fang Cun berseru dengan antusias. Mereka jarang bertarung melawan kultivator lain. Terakhir kali, mereka memang telah membuat keributan di Istana Pemimpin Wilayah Shangqing, namun mereka tidak bertarung melawan siapa pun. Di antara empat murid Ye Futian dari Desa Empat Sudut, kultivasi yang dimiliki oleh Duo Yu adalah yang paling murni.     

Satu serangan ini saja sudah cukup untuk menunjukkan kemampuan bertarung mereka yang tak tertandingi. Lord Chen dan yang lainnya tidak bisa menahan diri untuk tidak berdecak kagum saat menyaksikan kekuatan ini.     

Langkah para kultivator lainnya juga dihentikan oleh serangan ini, dan tidak ada seorang pun yang berani melangkah ke depan.     

"Siapa pun yang berani memasuki wilayah yang dikuasai oleh Pecahan Ziwei akan dibunuh tanpa terkecuali," ujar Fang Cun dengan nada dingin, dan hati semua kultivator itu berdebar kencang. Meskipun tidak ada satu pun dari mereka yang pernah melihat para kultivator ini sebelumnya, namun bagaimana mungkin mereka tidak pernah mendengar tentang Pecahan Ziwei sebelumnya?     

Orang-orang ini berbalik dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan tidak lama kemudian, semua orang pun pergi meninggalkan area tersebut. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya anggota dari Pecahan Ziwei.     

Fang Cun dan yang lainnya menoleh dan melihat seseorang berjalan menuju pedang yang patah di puncak gunung. Dia berjalan dengan langkah yang lambat namun pasti, bergerak ke arah pedang itu selangkah demi selangkah.     

"Wuchen." Ye Futian memandang pria itu, dan melihat bahwa itu adalah Ye Wuchen. Dia berjalan selangkah demi selangkah di udara, dan dia bergerak menuju pedang yang patah di puncak gunung itu tanpa berhenti sedikit pun.     

Gu Dongliu dan Pendekar Lihen juga berjalan beberapa langkah ke depan dengan mengungkapkan ekspresi khawatir di wajah mereka.     

"Biarkan dia mencobanya," ujar Ye Futian dengan suara pelan. Dia mengamati Ye Wuchen, yang sudah tiba di depan pedang yang patah itu. Setiap langkahnya diambil dengan penuh perjuangan, dan semua orang kini memperhatikannya.     

Ye Wuchen mengulurkan tangannya dan mencengkeram pedang yang patah itu. Dalam sekejap, aura pedang yang mengerikan bergejolak di dalam tubuhnya. Dia pun berteriak, namun aura pedang di dalam dirinya kini telah beresonansi dengan pedang yang patah itu. Pada saat yang bersamaan, Roh Pedangnya muncul, seolah-olah ada bayangan dari sosoknya di sana, sepertinya itu adalah roh yang terpisah dari tubuh Ye Wuchen, dan kini bergerak menuju pedang yang patah itu.     

Saat mengamati Ye Wuchen, ekspresi Ye Futian tampak heran. Dia tidak menyangka bahwa b*jingan gila ini ternyata mampu menanggapi panggilan dari pedang yang patah itu!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.