Memberi Hukuman untuk Gadis Nakal
Memberi Hukuman untuk Gadis Nakal
"Apakah ini kolam yang dikatakan menyehatkan tulang dan otot?" Kening Serafima berkerut sambil melirik curiga ke Jovano.
"Tentu betul, Tuan Putri." Dan usai mengatakan itu, Jovano segera menggerakkan tangannya. Tak sampai menit berganti, kini sudah terdengar lagi suara benda tercebur ke dalam air. Isi kolam itu menyembur ke segala arah dan bahkan mengenai Jovano.
BYUURR!
"Arrhhh!" Diiringi teriakan Serafima yang lagi-lagi tercebur ke dalam kolam.
Rupanya Jovano menggunakan kekuatan telekinesis dia untuk menceburkan Serafima meski gadis itu sudah melayang di udara.
Ketika Serafima hendak naik dari air karena basah kuyup dan tak nyaman, Jovano malah mempertahankan sang 'tuan putri' untuk tetap berada di kolam.
"Tuan Putri, jangan keluar dulu! Tetaplah di sana agar tubuhmu bersih dan sehat! Pelayanmu ini sungguh mencemaskan kesehatanmu, Tuan Putri!" Sambil mengibaskan lengan bajunya yang terkena cipratan air kolam barusan, Jovano terus mengarahkan telapak tangan bertenaga telekinesisnya ke arah Serafima, tetap membuat Serafima berendam dengan terpaksa di kolam.
Serafima tidak menyangka bahwa dirinya yang dikatakan kuat ini bisa ditahan oleh Jovano, dan bahkan lelaki itu masih bisa mengurusi bajunya yang terciprat sambil acuh tak acuh menyarangkan tenaga telekinesisnya ke gadis Nephilim ini.
Kalau begitu, seberapa kuat bocah sulung Andrea itu?
Memikirkan itu, Serafima merasakan kepalanya berdenyut sambil dia harus pasrah di dalam kolam. Rupanya dalam hal kekuatan, dia tidak bisa dibandingkan dengan anak dari sepupunya itu.
Kalau hal ini sampai menyebar di Antediluvian, bukankah sama saja dia minta ditertawakan?
Dia yang biasanya menindas siapapun bahkan para lelaki Nephilim sekalipun, kini menjadi bulan-bulanan bocah kemarin sore!
Bukan Serafima namanya kalau tidak banyak akal dan tunduk begitu tanpa perlawanan. Maka ....
Syuutt!
Jovano terkejut karena tiba-tiba saja ada cambuk melilit di kakinya. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, ....
Byuurr!
Kali ini tubuh Jovano yang terjun masuk ke kolam. Air kolam pun bergolak karena ada yang memasuki air dengan cara seperti itu.
"Ha ha ha!" Serafima tertawa senang. Serangan cambuknya ternyata berhasil. Tak sia-sia dia dulu belajar mengendalikan senjata jarak jauh itu. Ternyata ada untungnya juga, yaitu membalas rasa malu dari keturunan iblis!
Jovano segera muncul ke permukaan air. Kolam itu tergolong dangkal. Seseorang cukup duduk tenang dan air merayap hingga sebatas dada saja. Namun, bagian tengah kolam memang sedikit lebih dalam hingga seseorang harus berdiri agar tidak tenggelam.
"Phuaahh!" Jovano menyeka cepat air di wajahnya ketika dia mendengar tawa gembira dari Serafima. Barulah dia sadar siapa yang telah membuat dia tercebur beberapa detik lalu.
Dengan ini, mereka impas. Meski begitu, Serafima masih belum puas karena belum mencapai kemenangan mutlak. Jiwa kompetitifnya memang gila.
Baru saja Jovano berhasil menyeka air dari wajahnya, mendadak saja dia sudah diterjang tubuh Serafima yang ingin menenggelamkan dia sekali lagi. Jovano hendak terbang meloloskan diri dari gadis itu tapi ternyata kakinya seperti terbelit sesuatu.
Astaga, barulah dia sadar ternyata cambuk Serafima masih bertahan di kaki kirinya. Pantas saja dia tak bisa keluar dari kolam.
Maka, mau tak mau, Jovano harus bergulat dengan Serafima di kolam untuk menentukan siapa yang akan ditenggelamkan setelah ini.
"Ha ha ha! Siapa suruh kau menjahili aku!" Serafima tertawa gila sambil dia terus berusaha menenggelamkan kepala Jovano ke dalam air. Jika Jovano bergerak memberontak hendak muncul dari air, ia akan menggerakkan cambuknya seakan senjata remeh itu menjadi sebuah pemberat di kaki Jovano, membelenggu pemuda itu.
Jovano terus berjuang agar jangan terlalu lama di dalam air atau dia akan dinyatakan kalah. Yah, dirinya juga tidak mau begitu saja dikalahkan oleh seorang perempuan, kan? Meski dia bukan penganut patriarki, tapi harga diri lelakinya harus tetap ditegakkan dalam aspek macam ini, kan?
Jika dia dikalahkan perempuan hanya ketika berlomba di dalam kolam, tentunya dia takkan tenang. Lain perkara apabila dikalahkan di medan pertempuran, atau dikalahkan dalam akademis, dia masih akan menerima dengan dada tetap membusung. Tapi ini berlomba menenggelamkan di kolam!
Ini permainan anak-anak, kan? Mana mungkin Jovano bersedia mengalah.
Karena memperjuangkan harga diri dalam permainan anak-anak semacam ini, Jovano pun memikirkan taktik untuk menjatuhkan Serafima.
Ketika gadis itu menerjang lagi ke tubuhnya, menjulurkan dua tangan ke dadanya agar dia tenggelam, Jovano menangkap dua tangan Serafima dan dengan memacu tenaganya hingga ke taraf eksponensial, dia berbalik menindih Serafima.
Gerakan tidak terduga dari Jovano mengagetkan Serafima. Ia tidak bisa membebaskan dirinya dan harus menerima ketika tubuhnya limbung dan ditekan masuk ke dalam air di tengah kolam.
Yang lebih mengejutkan, ternyata Jovano juga ikut masuk ke dalam kolam dan pemuda itu tidak berhenti sampai punggung Serafima menyentuh dasar kolam paling dalam.
Gadis itu hendak memberontak, tapi ternyata kekuatannya masih bisa dikalahkan oleh Jovano. Bahkan dia gagal meraih pangkal cambuknya sehingga tak mungkin baginya untuk mengendalikan Jovano melalui kakinya.
Dukk!
Di saat punggung Serafima mencapai dasar kolam paling dalam, Jovano tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia harus memberi pelajaran pada gadis tomboi ini untuk lebih mengakui kekuatannya.
Saat Serafima berjuang bernapas dalam air dan membuka mata untuk melihat objek di depannya, gadis itu dikejutkan dengan Jovano yang secara tiba-tiba menekan bibirnya dengan bibir lelaki itu sendiri. "Urrmppllhhh!" Kaget, Serafima sampai harus menelan beberapa teguk air sebelum dia sadar dan lekas menutup kembali mulutnya.
Namun, ternyata Jovano belum ingin berhenti. Pemuda itu menahan dua tangan Serafima di dasar kolam, dan terus menekan bibir Serafima dan mulai memagutnya dengan irama yang tepat.
Mata Serafima menutup karena saking kesal dan emosinya. Kakinya hendak menendang Jovano, tapi kaki Jovano sudah lebih dahulu menahannya sehingga dia benar-benar tidak berdaya dalam situasi ini.
'Apa-apaan pria ini!' Serafima menjerit di hatinya. 'Seenaknya saja bajingan cilik ini pada dirinya! Apa dia tidak tahu kehebatanku di Antediluvian? Semua pria muda akan menundukkan kepala padaku daripada menjadi sasaran kejahilanku!'
Jovano tidak perduli akan seberapa marah Serafima saat ini, pun tidak perduli seberapa hebat gadis itu di alam Nephilim. Dia hanya ingin memberi pelajaran pada gadis nakal ini.
Hal yang lebih membuat Serafima mendelik murka hingga ingin menjambaki dirinya adalah ... cambuknya digunakan Jovano untuk mengikat dua tangannya. Dia berjuang lepas dari ikatan cambuknya sendiri, tapi tenaga telekinesis pemuda itu memang luar biasa.
Bahkan Serafima kesusahan untuk naik ke permukaan, karena Jovano terus menekankan tenaga telekinesis dia ke tubuh Serafima. Saat ini, dia bagaikan sebongkah batu yang hanya bisa terus diam di dasar kolam.
"Katakan kau menyerah, maka aku akan membebaskanmu." Serafima mendengar itu di pikirannya. Apakah itu suara pemuda di atasnya ini yang tengah menyeringai menyebalkan seperti itu?
Bocah busuk itu mengirimkan telepati padaku? Serafima ingin membenturkan kepalanya ke batuan kolam. Kini, setelah dia dipaksa dalam keadaan menyedihkan seperti ini dan menjadi tontonan Jovano, apa yang harus dilakukan? Menyerah?