aku, kamu, and sex

Calon Istri Masa depan.



Calon Istri Masa depan.

1Hari-hari berlalu Lala lalui dengan bersekolah dan melukis, kadang untuk menghilangkan kepenatan, Lala pergi bersama Jelita dan Ibunya ke mall, hanya sekedar menemani dua orang ibu berbelanja kebutuhan bulanan mereka sudah cukup membuat Lala bahagia.     

Tanpa sepengetahuan Lala, Jelita sering mengirimkan foto Lala yang sedang melukis di rumahnya atau sedang memilih belanjaan di supermarket bersamanya, kadang Danil yang secara diam-diam mengambil foto Lala lalu dan Jelita lalu mengirimkannya pada Jhonatan. Dan ini adalah mood booster bagi Jhonatan untuk selalu bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya di pondok pesantren.     

"Bun, kenapa beli makanan banyak sekali?" Tanya lala penasaran karena tak biasanya jelita membeli cemilan sebanyak itu.     

"Ini untuk kamu, sayang." Kata Jelita lalu menarik hidung mungil Lala.     

"Buat Lala? Kebanyakan bun." Lala mengembalikan lagi cemilan yang sudah diambil lalu ditata lagi di dalam rak.     

"Apa-apaan sih kamu, La?" Jelita memasukkan kembali cemilan yang di keluarkan dari keranjang oleh Lala.     

"Itu kebanyakan, Bun, kalau buat Lala, nanati Lala gendut." Jawab Lala.     

"Ga usah khawatir, Jhonatan tetap cinta sama kamu walau kamu gemuk." Ujar Jelita lalu mencubit hidung lala gemas.     

"Bukan hanya itu, Bun. Nanti Lala malah ngantuk ga bisa melukis kalau kebanyakan ngemil."     

"Jeng Lita, terlalu memanjakan anak saya." Ujar Bu Ranti.     

"Ya tidaklah, Cuma membelikan cemilan saja kok dibilang memanjakan." Kilah Jelita.     

"Saya saja jarang membelikan jajanan buat Lala, dia selalu beli sendiri. Habisnya saya selalu dimarahin sama dia kalau beli cemilan. Katanya takut gemuk, dan Jhonatan ga sayang lagi sama dia."     

"Ih… Enggak gitu bunda. Ibu mah suka gitu," Lala membela diri sedangkan kedua Ibu yang sedang bersamanya malah tertawa karena berhasil menggoda Lala.     

"Kamu lucu sekali, La. Sudah ayo kita ke kasir. Lalu kita ke foodcourt cari makan."     

"Tuh, kan makan lagi." Keluh Lala, yang membuat kedua ibu itu semakin tertawa lebar.     

Dilain sisi, Jhonatan sedang sibuk membuat makalah yang akan di kirimkan sebagai peserta kontes penulisan karya Ilmiah. Dia bekerja sama dengan kedua saudaranya ini untuk membuat karya ilmiah sebagai wakil dari pondok pesantren dalam lomba tersebut.     

"Jhon, tidak biasanya kamu antusias dalam lomba karya ilmiah." Kata fahri sambil membaca buku acuan karya ilmiah.     

"Ya, sekali-kali boleh dong aku bergabung dengan kalian, itung-itung gantikan posisi Yola." Jawab Jhonatan sambil mengetik di atas papan keyboard laptop.     

"Bilang saja, kamu tak mau kalah sama Lala, yang juga sedang sibuk ikut pameran lukisan kan?" Ujar Fatih, yang membuat Fahri langsung menutup bukunya, karena penasaran dengan kabar yang disampaikan oleh Fatih mengenai Lala.     

"Serius kamu Fatih?" Tanya fahri antusias. Jhonatan langsung menoleh pada Fahri penasaran dengan keterkejutan Fahri tentang Lala.     

"Iya, serius. Kata papa semalam telpon."     

"Wah, benar-benar keren calon istri kamu." Kata Fahri pada Jhonatan.     

"Kamu ga menyembunyikan sesuatu?" Tanya Jhonatan pada Fahri.     

"Enggak lah, kenapa?" Tanya Fahri balik pada Jhonatan.     

"Kenapa kamu jadi antusias banget saat tahu Lala ikut pameran lukisan, perasaan dari kemaren ada kabar apa aja kamu terlihat biasa aja tuh." Ujar Jhonatan sambil mengerutkan dahi menatap Fahri.     

"Oke deh, oke. Sebenarnya aku sudah tahu kalau Lala itu memang suka melukis dari mulai dia kelas 7." Jujur Fahri.     

"Kok kamu diam saja. Ga cerita ke aku."     

"Itu karena kamu ga nanya, lagian Lalamenyembunyikan identitasnya sebagai pelukis padahal karyanya sangat bagus, dan asal kalian tahu, lukisan yang di pajang di aula sekolah kita dulu itu lukisan Lala." Jhonatan dan Fatih menyimak dengan serius apa yang sedang di ceritakan oleh Fakhri.     

"Ternyata kamu tahu banyak tentang Lala." Ujar Fatih yang membuat Jhonatan jadi merengut.     

"Iya karena Lala dulu sekelas sama aku waktu kelas 7."     

"Oh, kirain kamu naksir sama dia terus kamu jadi kepo tentang kehidupan Lala." Ujar Fatih sengaja memanas-manasi Jhonatan.     

"Ya Allah, aku tak sejauh itu." Fahri membela diri sambil mengacungkan kedua jarinya ke udara.     

Jhonatan tersenyum, "Aku percaya, lagian kalau kamu suka sama Lala juga sama aja bohong, Lala cinta mati sama aku." Ujar Jhonatan lalu tertawa lebar.     

Fahri dan Fatih hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah percaya diri Jhonatan.     

"Yola apa kabar? Katanya kemarin dia sempat sakit lagi." Tanya Fatih pada Jhonatan.     

"Iya, pusing katanya, tapi sudah tidak apa-apa kok, sudah dirawat sama ayangnya." Ujar Jhonatan.     

"Siapa?" Tanya Fahri dan Fatih bersamaan.     

"Ya Abdul lah, siapa lagi."     

"Mereka seriusan, papa kamu ga bilang kalau Abdul sudah melamar Yola?"     

Fatih mengeleng, lalu bersitatap dengan Fahri.     

"Aku kira dulu kamu bakal sama silvia, terus Yola sama Kak Ramond. Eh. Ternyata semua tebakan ku salah." Kata Fatih sambil menyandar di dinding.     

"Aku juga berpikir demikian, taunya sekarang jhonatan sama Lala, dan Yola sama Abdul." Tambah Fahri.     

"Dan aku penasaran dengan jodoh kalian kelak." Kata Jhonatan sambil menatap keduanya bergantian.     

"Aku ingin perempuan yang smart, mandiri dan punya body yang aduhai." Kata Fatih yanga membuat Jhonatan dan Fahri terkekeh.     

"Sok tahu body aduhai segala kamu. Emang kamu pernah lihat bodi aduhai?" Tanya Fahri lalu tertawa mengejek.     

"Ya pokoknya sekali lihat perempuan itu aku langsung Klik. Gitu aja udah." Jawab Fahri santai, jhonatan tertawa.     

"Ada-ada aja kamu Fatih, ga jelas tahu ga. Kalau kamu mau istri yang kayak apa Fahri?" Tanya Jhonatan.     

"Pertama, dia juga dari pesantren, kedua dia anak orang kaya, ketiga cantik, ke empat keluarganya jelas."     

"Mana ada keluarga yang ga jelas, dodol."     

"Ya misalnya aku tiba-tiba dijodohkan orang tuaku, ya harus jelas dong."     

"Itu sih udah pasti, namanya juga di jodohin." Ujar Fatih merengut.     

"Tapi mana mungkin Om Rey mau jodohin anak laki-laki satu-satunya, pasti dia ingin kamu mencari sendiri orang yang terbaik buat kamu."     

"Iya, sih… ya itu lebih baik. Pokoknya dia harus sholihah." Jawab Fahri sambil menerawang membayangkan calon istrinya yang masih entah ada di mana.     

"Aku cukup Lala seorang, yang akan mengisi hari-hariku setelah lulus dari sini." Ucap Jhonatan.     

"Bucin beneran kamu, Jhon." Ujar Fatih.     

"Biarin, suatu saat aku doakan kamu lebih bucin dari aku."     

"Ya salam, masa doa-in nya gitu sih."     

"Biar kamu merasakan jadi seorang bucin."     

Sementara di sebuah pondok pesantren lain, seorang gadis manis sedang menghafal Al-qur'an dengan khusuk. Paras blasterannya selalu menarik perhatian santri yang lain, karena sudah tentu dia cantik dan menarik di lihat, walau begitu sang gadis tak pernah memandang satu laki-laki pun, seperti pesan ayahnya yang menginginkan dia untuk belajar agama dan menghafal Al-quran dengan sungguh-sungguh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.