aku, kamu, and sex

Lala love story



Lala love story

0Lala menatap wajah Jhonatan kesal pasalnya sedari tadi bukannya Ia membantu Lala yang sedang membereskan baju yang akan dibawa oleh Jhonatan ke pesantren, tapi Jhonatan justru sibuk memainkan kamera ponselnya dan membidik Lala yang sedang membereskan baju miliknya.     

Jhonatan tersenyum melihat hasil jepretannya, melihat wajah Lala yang kesal membuat dia semakin gemas dan bahagia.     

"Jhon, udah dong main ponselnya." Protes Lala dengan wajah cemberut kesal.     

"Kamu lucu kalau lagi cemberut gitu, kapan lagi coba aku bisa melihat wajah cemberut gini, esok wajah ini yang akan aku rindukan." Ujar Jhonatan dengan menatap wajah Lala di ponselnya.     

"Aku pulang nih." Kata Lala dengan nada mengancam.     

"Iya iya, maaf deh." Jhonatan menatap Lala dengan tersenyum manis menggoda Lala.     

"Sukanya ngerayu."     

"Kalian kenapa sih, dari tadi riweh banget." Ujar Yola yang sejak tadi hanya menjadi pendengar sekaligus penonton yang baik acara Lala yang sedang merajuk pada Jhonatan.     

"Itu kakak kamu Yol, bukannnya bantuin aku ngemas ini, malah mainin ponsel."     

"Ya gitulah abang."     

"Yol, punya kamu udah di Bereskan?"     

"Udah dong, bang."     

"Ya elah… emang adik abang ini luar biasa rajinnya."     

"Pati ada maunya deh abang."     

"Memang iya… boleh minta tolong kah abang?"     

"Apa ?"     

"Fotokan kami berdua boleh?" Ucap Jhonatan sambil tersenyum manis memohon pada sang adik agar mau membantunya.     

Yola memutar bola matanya malas, lalu mengambil ponsel milik sang kakak untuk memfoto Lala dan abangnya.     

Sedangkan Lala masih merasa jengkel atas kelakuan Jhonatan karena tak mau membantunya membereskan baju yang akan jhonatan bawa.     

Akhirnya setelah sekian banyak bujukan Jhonatan berhasil mengabadikan wajah mereka berdua di dalam kamera ponsel miliknya.     

Lala keluar dari kamar Jhonatan bersama dengan Yola menemui Jelita yang sedang mengobrol di teras belakang bersama Danil.     

"Lala, sini sayang duduk." Kata Jelita menyuruh Lala untuk duduk di kursi, dan Lala menurut apa yang Jelita ucapkan.     

"Kamu mau lanjutin sekolah dimana, La?" Tanya Danil pada Lala yang duduk di samping Jelita.     

"Lala mau melanjutkan di SMU seni Om." Jawab Lala     

"Seni?" Tanya Danil dan Jelita yang terkejut karena memang mereka tidak pernah mengetahui jika Lala pandai menari dan main musik.     

"Kamu suka seni? Aku kira kamu mau jadi dokter atau apa gitu, La. Karena dalam akademik kamu sangat pandai, dan juga kamu berhasil mempertahankan beasiswa kamu di sekolah SMU hingga sekarang hampir lulus." Ujar Danil sambil tersenyum.     

"Lala suka menari, main musik dan juga menggambar."     

"Kamu ga pernah cerita tentang hal itu sama aku, La." Kata Jhonatan yang tiba-tiba saja datang.     

"Kamu ga pernah Tanya hobi aku? Memang kapan kita pernah dekat terus ngobrol bareng?" Tanya Lala telak.     

Jelita dan Danil hanya tersenyum melihat tingkah Jhonatan yang hanya nyengir karena apa yang dikatakan Lala itu adalah sebuah kebenaran, mereka tidak pernah dekat apa lagi akrab satu sama lain.     

"Jadi, kamu mau ambil jurusan apa nanti kalau diterima di sekolah seni, La?"     

"Kalau disekolah seni itu hampir semua akan di ajarkan, Om, tapi akan mulai ke penjurusan setelah kelas 11. Lala mau ambil seni lukis."     

"Seni Lukis?" Tanya Jhonatan lagi yang tak percaya jika ternyata Lala punya keahlian tentang seni lukis."     

"Iya, aku kan suka melukis, semua lukisan yang dipajang di rumah itu kan hasil lukisan Lala." Jawab Lala, Jhonatan mengingat tentang banyaknya lukisan yang dipanjang di rumah yang di tempati Lala, dan semua terlihat bagus dan bernilai seni tinggi, begitu juga Danil dan Jelita yang ikut mengingat betapa indah lukisan yang ada di rumah Lala, bahkan Danil sangat menyukai salah satu lukisan di rumah itu.     

"Apa lukisan yang bergambar Kuda dengan seorang perempuan berjilbab itu kamu yang melukis?" Tanya Danil penasaran.     

"Iya Om, itu baru selesai beberapa bulan yang lalu, kira-kira dua minggu sebelum pindah ke rumah milik om Danil."     

"Kamu bikin satu lagi buat Om bisa? Om sangat menyukai lukisan itu aku yakin lukisan itu jika dijual bisa bernilai puluhan juta." Ujar Danil sambil menatap Lala.     

"Ada satu yang telah terjual, Om. Di galeri milik kakak saya, niatnya hanya di pajang tapi ternyata ada yang mau membelinya, lalu dijual oleh kakak saya."     

"Lho, kata ibu kamu kakak kamu bukannya istri seorang perwira?" Tanya Jelita pada Lala yang duduk di sampingnya.     

"Iya, kakak ipar ku seorang perwira, tapi kakak ku seorang guru tari dan juga seorang guru musik."     

"Ow…" Jawab Jhonatan, Danil dan Jelita secara bersamaan.     

"Calon suami macam apa, sampai hobi calon istri aja ga tahu. Kasian banget kamu La, punya calon suami model begitu." Ucap Yola sambil mencibir dan bertopang dagu.     

"Dasar kamu, adik macam apa kamu menghina kakak sendiri di depan calon kakak ipar kamu?" Tandas Jhonatan, sedangkan Lala hanya tersenyum dengan pipi yang memerah.     

"Kalian itu sampai kapan akan bertengkar seperti ini?"     

"Sampai kami tua." Kata Yola dan Jhonatan kompak.     

Lala menatap Jelita dan Danil bergantian begitu juga dengan kedua orang tua itu hanya saling tatap satu sama lain.     

"Sudah kalian mandi, lalu siap-siap makan, dan keluarkan semua yang akan kalian bawa ke pesantren sebelum om, Rey kesini jemput kalian."     

"Iya, "     

"Kalian beneran nih, ayah sama bunda ga boleh ikut nganter kalian?"     

"GA!!" Jawab Jhonatan dan Yola kompak.     

Keduanya langsung masuk kedalam kamar mereka masing-masing untuk bersiap-siap.     

"Lala, kamu bisa main piano?" Tanya Jelita sambil berjalan menuju ke sebuah piano diruangan tersebut.     

"Bisa Tante."     

"Yuk sini main piano sama Bunda."     

Lala langsung berjalan mendekati Jelita yang sudah duduk di depan piano besar, lalu jemarinya memainkan piano dengan lagu kesukaan dia dan Danil.     

"Kamu yang main, La." Kata jelita. Lala mulai meletakkan jari lentiknya di atas tuts piano lalu perlahan menekan tut situ sehingga menimbulkan bunyi merdu mengalun kan sebuah lagu, lalu Jelita menyayikan lagu yang dimainkan oleh Lala.     

Danil ikut melangkah mendekati Jelita dan Lala yang sedang bermain musik dan bernyanyi, lalu Danil memeluk Jelita yang berdiri di samping Lala yang duduk sambil memainkan piano.     

Sesekali Danil mencium pipi Jelita dari belakang membuat Lala yang disampingnya menjadi ikut senyam-senyum, mungkin dia sedang membayangkan jika Jhonatan juga akan bersikap demikian suatu saat nanti, karena jika di lihat Jhonatan memang selalu bersikap manis padanya walau kadang membuat dia jadi baper yang berlebihan.     

"Aku ga nyangka calon menantu ayah pandai dalam segala hal, pandai memasak, melukis bermain musik, ayah bangga sama kamu, La."     

"Makasih Om,"     

"Panggil ayah, jangan Om."     

Lala tercengang mendengar apa yang di katakana Danil, Jelita mengangguk saat tatapan mata Lala mengarah padanya.     

tunggu kelanjutan kisah Jhonatan dan Yola di novel lain ya..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.