Sebuah Ikatan
Sebuah Ikatan
"Abdul memang suami adikmu, ayah tidak mau kedekatan mereka membuat menjadi penghambat hafalannya, dan lagi mereka sering bertemu di malam hari tanpa sepengetahuan orang lain, mungkin kau sering mendampingi adikmu, tapi tak sesering itu bukan?" Jawab Danil.
"Tapi, apa seperti itu jalan keluarnya, ayah? Aku yakin Yola tak mengetahui tentang hal ini, kau membuat masalah ayah." Ujar Jhonatan lalu kembali menunduk.
"Maafkan aku Jhonatan, tapi aku dan YOla, kami__ "
"Jangan bilang kalian saling cinta, karena aku tahu betul bagaimana Yola."
"Tapi dia menerima lamaranku, dia menerima semua rasa yang ada di hatiku, dan aku yang meminta untuk tidak lebih dulu memberitahu Yola tentang hal ini, karena aku tak ingin dia terbebani."
"Abdul, kau tahu… hal ini akan lebih menyakitinya, Yola paling tidak suka di bohongi."
"Aku tahu, Jhon. Tapi aku mohon biar aku sendiri yang memberitahukan padanya." Pinta Abdul pada Jhonatan penuh permohonan.
"Baiklah, aku tahu kau laki-laki yang baik, bahkan kau dan Yola selalu kompak dalam hal belajar, dan kalian saling dukung selama ini, semoga kalian bahagia, aku tak ingin kamu meninggalkannya. Dia sudah pernah ditinggalkan, bahkan rasa cintanya tak pernah Ia sampaikan selama ini, lalu kau datang mengisi hatinya, hari-harinya, dia mulai melupakan seseorang yang dulu hadir. Bersabarlah aku yakin Yola bisa membalas cintamu." Papar Jhonatan yang membuat Danil mengerutkan dahi.
"Maksud kamu apa, Jhon?" Tanya Danil penasaran dengan apa yang di sampaikan pada mereka saat ini.
"Yola dan kak Ramond sebenarnya mereka saling mencintai satu sama lain, tapi mereka tak saling mengungkapkan, Ayah tahu sendiri kak Ramond telah dijodohkan dengan Silvia. Maka dari itu mereka tak ingin saling menyakiti dan memberi harap satu sama lain, dan memilih untuk mengubur rasa itu masing-masing." Jhonatan mengatakan semua yang Ia ketahui walau tanpa Yola dan Ramond berucap, namun Jhonatan Tahu ada rasa yang sangat dalam diantara keduanya.
"Astaghfirullah, Ramond, Yola."
"Ini takdir, dan mungkin memang Yola bukan jodoh kak Ramond. Begitu juga sebaliknya, bahkan kini mereka sudah sama-sama memiliki pendamping, Kak Ramond sudah menikah dengan Silvia, begitu juga dengan Yola sudah di nikahi Abdul. Anggap saja ayah tak pernah mengetahui tentang hal ini, begitu juga kamu Abdul."
"Aku sudah tahu tentang hal itu, Yola telah menceritakannya padaku." Jawab Abdul. Jhonatan terkejut ternyata adik ini benar-benar telah merasakan kenyamanan bersama Abdul hingga mampu menceritakan apa yang tak mampu Ia ceritakan pada orang lain.
"Kamu berhasil membuatnya nyaman di dekatmu. Aku yakin kau juga bisa menenagkannya saat ayah memberitahu hasil diagnose dokter ini."
"Apa Yola harus tahu, Jhon?"
"Harus ayah. Yola bukan anak biasa yang dengan mudah ayah bohongi dalam hal seperti ini."
"Jhonatan benar, beritahu Yola, Danil." Kata Sofyan mendukung ucapan Jhonatan.
"Aku yakin Yola bisa menerima ini, Abdul sangat tahu Yola seperti apa, banyak perubahan yang terjadi di dirinya dan juga mentalnya, aku yakin dia akan baik-baik saja. Aku akan selalu bersamanya." Ucap Abdul sambil menatap lekat wajah Danil.
"Baiklah, aku akan mengatakan padanya, dan kamu Jhon, kamu harus segera menemui dokter agar segera bisa mengecek kondisi kesehatanmu." Ucap Danil pada Jhonatan.
"Baik, ayah."
"Dengar Jhon, kalian berdua adalah alasan kenapa ayah masih tetap berahan hidup, dan kini tolong jadikan ayah sebagai alasan untuk kamu dan Yola hidup."
"Tentu ayah, ayah dan bunda segalanya untuk kami berdua. Jhonatan janji akan selalu ingat pesan ayah dan bunda, untuk kami selalu menjaga dan menyayangi satu sama lain."
"Terimakasi,."
"Sama-sama, ayah."
"Ayo kita ke kamar Yola, jangan sampai Yola dan Jelita berpikir lebih macam-macam."
"Lebih macam-macam?" Tanya Sofyan.
"Dengan memanggil dua anak ini kita sudah menimbulkan asumsi di pikiran mereka, Sofyan. Dua wanitaku itu perempuan yang sangat cerdas dan pasti mereka sudah menduga yang tidak-tidak, walau dugaan mereka itu benar."
"Baiklah."
Mereka bersama-sama menyusuri lorong rumah sakit, untuk menuju ke ruangan Yola.
"Abdul, bagaimana jika aku membawa Yola ke negara A agar dia bisa berobat disana, seperti ayah dulu." Kata Danil disela-sela langkah mereka ke ruangan Yola.
Abdul yang berjalan di belakang Abah dan Danil tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat yang lain juga ikut berhenti lalu menoleh pada Abdul yang Nampak diam, berpikir sekejap lalu mengangguk, "Apapun yang terbaik untuk Yola, aku akan mendukungnya." Pada akhirnya Abdul mendukung ide dari Danil yang membuat Danil dan Sofyan saling menatap lalu tersenyum.
Langkah yang terhenti akhirnya mereka kembali lanjutkan, dan tak berapa lama mereka akhirnya sampai di depan ruangan kamar inap Yola.
Sebelum membuka pintu Abdul menatap pada ketiga pria yang berdiri bersamanya, setelah mereka menetralkan raut wajah mereka akhirnya Abdul membuka pintu, lalu mereka masuk ke dalam ruangan Yola.
"Dari mana saja, kenapa lama sekali, ayah? Yola kangen." Rengek Yola pada ayahnya. Danil langsung mendekat pada Yola, lalu memeluk anak gadisnya dengan erat, bahkan air matanya hampir menetes namun buru-buru Danil seka menggunakan tangannya.
Jelita yang melihat aura kesedihan pada Danil sudah menduga pasti sesuatu yang buruk telah terjadi.
"Bunda, Jhonatan kangen." Ucap Jhonatan mengalihkan perhatian Jelita dari ayah dan adiknya. Lalu Jelita beranjak dari duduknya dan mendekati Jhonatan yang berhenti di dekat pintu.
"Keluar sebentar bun." Bisik Jhonatan didalam dekapan sang Bunda, Jelita semakin resah hatinya mengatakan benar-benar telah terjadi sesuatu.
"Sayang, bunda duduk di depan sama abang kamu ya, abang kangen katanya." Pamit Jelita pada Yola.
"Ya bunda." Jawab Yola.
"Kamu ga pulang Abdul? Kamu udah dari kemarin temani aku terus lho, bahkan semalaman kamu begadang buat bantu aku ngetik, dan aku tidur." Kata Yola pada Abdul yang duduk di sisi ranjangnya.
"Abdul tak akan pulang, jika kamu juga ga pulang. Itu hukuman dari Abah." Kata Sofyan sambil berdiri di dekat Danil yang duduk di kursi samping ranjang Yola.
"Kenapa bisa begitu? Ini tak sepenuhnya salah Abdul, bah. Berarti aku pun harus dihukum."
"Baik, hukumanmu jadilah pendamping yang baik untuk Abdul, dengan kamu cepat sembuh, dan selalu bersemangat."
"Mana ada hukuman seperti itu?"
"Terserah Abah dong." Ucap Sofyan sambil terkekeh. Abdul hanya tersenyum sambil menatap Yola lekat.
"Maafkan Abdul. Karena aku kamu jadi di hukum. Ga boleh pulang." Ujar Yola sambil menunduk.
Abdul tersenyum, lalu meraih jemari Yola. Walau berusaha menolek untuk dipegang tangannya oleh Abdul tapi gengaman Abdul lebih kuat sehingga Yola menjadi diam dan menatap Abdul.
"Aku sudah bilang padamu dulu, kalau aku akan menjalani hukuman apapun itu jika itu menyangkut tentang mu, tentang kita."
Yola menjadi tak enak hati, malu dan bingung Abdul mengatakan kaliamat seperti itu di depan orang tua mereka.
"Ayah_ Yola_" Yola mencoba menjelaskan pada sang ayah, namun sang ayah hanya diam dan justru tersenyum lembut padanya.
"Ayah mengijinkan kalian pacaran. Itu hukuman ayah untuk kamu." Ucap Danil yang membuat Yola terbengong.