aku, kamu, and sex

Keindahan hidup



Keindahan hidup

3Silvia mempercepat gerakannya di area peka Ramond. Hingga beberapa saat kemudian Ramond bergantian mendesah panjang, karena kenikmatan yang Ia dapatkan. Silvia mencuci tangannya di wastafel kamar mandi, sekaligusmembersihkan area sensitive miliknya.     

Begitu juga dengan Ramond, lalu keduanya kembali merebahkan tubuh mereka di atas ranjang.     

"Kak, kakak ga jijik tadi melakukan begituan di sini." Tanya silvia pada Ramond yang hanya tersenyum lebar.     

"Enggak, malah sebaliknya itu nikmat dan ingin lagi."     

"Beneran?"     

"Iya, kalau begitu aku juga boleh melakukan hal yang sama dengan milik kakak dong."     

"Kamu mau apa?" Tanya Ramond jahil.     

"Ya begitu." Jawab Silvia sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Dengan senang hati."     

"Sekarang ya."     

Tanpa menunggu jawaban Ramond, silvia langsung merosot kebawah dan mulai mengulum benda panjang tersebut. Semakin lama benda panjang itu semakin bertambah ukurannya dan mulai padat dan mengeras, membuat Silvia lebih bersemangat dan lebih menikmati apa yang tersaji di hadapannya.     

"SLurrpp." Silvia seperti sedang menikmati es krim favoritnya. Ramond yang menatap apa yang dilakukan istrinya itu semakin bertambah menggelora.     

"Silvia…" Desah Ramond dengan suara yang parau.     

Silvia menghentikan aktifitasnya lalu melumat bibir Ramond dengan lembut.     

"Nakal." Ucap Ramond disela-sela ciuman mereka.     

"Mari kita saling memiliki kak." Ucap silvia. Mengerti dengan apa yang dimaksud Silvia Ramond menatap Silvia lekat.     

"Tapi?"     

Silvia mengeleng lalu mulai kembali menarik kepala Ramond lalu menciumnya perlahan, Ramond yang sedari tadi menahan hasratnya yang ingin lebih dari yang mereka lakukan saat ini, semakin terbakar dengan rayuan tangan Silvia yang menjalar disekitar tubuhnya.     

"Kamu yakin?" Tanya Ramond.     

"Hm."     

Akhirnya Ramond menyerah Ia mengabulkan apa yang diminta oleh Silvia.     

Ramond mencium Silvia dengan ganas, dan Silvia semakin liar menikmati setiap detik kenikmatan mulut Ramond. Silvia mengerang saat Ramond mengigit kecil lehernya, kemudian mencumbunya dengan penuh cinta dan gairah.     

Ramond beralih ke dada Silvia lalu membenamkan kepalanya di dada sang istri, menciuminya, menjilatinya dan melumatinya. Bibir Ramond mendarat di puncak dada Silvia yang telah mengeras, kemudian menyesapnya keras-keras. Membuat Silvia mendesah. "Ahhhh… Kak Ramond!"     

Ramond beralih menciumi perut Silvia hingga kepusar lalu terus turun hingga lubang surga Silvia kembali terlihat di matanya.     

Ramond menjilat area sensitive itu dengan penuh gairah. Yang kembali membuat Silvia mendesah dan terus mendesah. Dan desahan itu selalu meningkatkan gairah dari Ramond.     

Ramond menjilati kaki Silvia, lalu kembali ke selangkangannya, hingga berhenti ke lubang surge yang sudah basah itu. Ramond menjulurkan lidahnya hingga mencapai mutiara peka Silvia. Membuat Silvia mengelinjang dan mendesah penuh kenikmatan.     

Ramond kembali menyusuri tubuh silvia hingga kembali memainkan kedua gundukan kenyal Silvia, sementara jari tangannya bergerak untuk memasuki lubang surgawi istrinya. Ramond memaju-mundurkan jarinya, membuat Silvia kembali mendesah penuh gairah.     

"Kak.. terus kak..! Ahhh yeahh! Ahhh!"     

Ramond semakin mempercepat gerakan jemarinya, membuat lembah yang telah basah itu bertambah basah. Kemudian Ramond mencabut jemarinya yang basah oleh cairan. Ramond tersenyum.     

Ramond mengocok benda panjang miliknya kemudian menyentuhkan ke belahan surga yang memerah, membuat Silvia kesal karena Ramond tak segera melakukannya. Ramond sengaja menggodanya. "lakukan kak."     

Sedikit demi sedikit, Ramond memasukkan kepala benda pusakanya ke lubang surgawi Silvia, membuat Silvia mengerang kesakitan.     

"Tahan, sayang, ini akan sedikit sakit." Ucap Ramond, namun Silvia tidak mau tahu, Silvia hanya menginginkan Ramond menjadi miliknya, dan memberikan miliknya hanya untuk Ramond.     

Ramond terus memasukkan sedikit demi sedikit benda pusakanya, membuat Silvia mencengkeram erat sprei kasur miliknya erat-erat.     

"Ahhhh…hah! Ahh! Kak sakit!" Silvia merasakan perih ketika benda pusaka suaminya semakin menerobos lubang miliknya. Ramond kembali mencium bibir Silvia dengan ganas, mencoba meringankan kesakitan gadis itu.     

""Ahhh!" Ramond mendesah ketika akhirnya benda pusakanya benar-benar masuk ke dalam lubang milik Silvia. Membuat Ramond bahagia dan merasakan perasaan yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya. Lubang milik Silvia benar-benar rapat dan memberikan kehangatan pada benda pusaka miliknya.     

Ramond menggerakkan tubuhnya, membuat Silvia mengerang merasakan sakit dan kenikmatan yang bercampur menjadi satu. Tangan Silvia mencengkeram kuat rambut tebal Ramond.     

"Lebih cepat kak!" Teriak Silvia, membuat Ramond mendesah dan mempercepat gerakannya . Ramond mencium bibir Silvia dan memainkan lidahnya disana.     

Ramond mengusap lembut wajah Silvia yang penuh dengan peluh, Ramond kembali mencium bibir Silvia. Kemudian mengengam telapak tangan Silvia, "Ini akan terasa sangat sakit, kau bisa menahannya sebentar?" Silvia hanya mampu mengangguk lalu memeluk leher Ramond.     

Ramond menarik nafas panjang, lalu Ia menarik sedikit benda pusaka miliknya lalu akhirnya kembali mendorong dengan keras, hingga menembus dinding keperawanan Silvia. Membuat Silvia berteriak kesakitan, lalu air mata mengalir dipipinya.     

Akhirnya apa yang di inginkan Silvia terwujud, dia menjadi milik Ramond seutuhnya, dan Silvia tersenyum bahagia .     

Silvia merasakan sesuatu mengalir pelan di selangkangannya, kemudian merabanya.     

"Kenapa berdarah, kak?"     

Ramond tersenyum lembut. "Kau milikku, kau benar-benar milikku sekarang, sayang."     

"Silvia tersenyum, lalu keduanya berciuman dengan lembut, "Boleh ku lanjutkan?" Tanya Ramond saat ia menghentikan lumatannya di bibir Silvia. Silvia mencium sekilas bibir Ramond, lalu mengangguk.     

Ramond kembali menggerakkan tubuhnya, membuat keduanya mendesah merasakan kenikmatan. Lubang milik Silvia benar-benar menghangatkan benda pusakanya, membuat Ramond semakin mengerang merasakan kenikmatan dari lubang surge itu.     

Erangan panjang dari Silvia saat Ia mencapai puncaknya. Ramond berhenti sejenak untuk memberi waktu pada Silvia mengatur deru nafasnya, lalu kemudia Ia melanjutkan lagi gerakan tubuhnya, semakin lama semakin cepat dan keduanya kembali mengerang panjang, setelah sama-sama mencapai puncak kenikmatan.     

Beberapa detik kemudian, Ramond mencabut batang pusakanya , lalu menjatuhkan tubuhnya di sebelah Silvia yang sedang mengambil nafas berulang kali karena kelelahan.     

Ramond memeluk tubuh Silvia yang penuh peluh, "Aku rasa mala mini aku jatuh cinta padamu, kak." Ucap Silvia seraya mencium lembut bibir Ramond. "Kita akan saling mencintai dan menjaga satu sama lain." Balas Ramond lalu tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada Silvia.     

Mala mini adalah malam panjang dan malam terindah dalam hidup mereka berdua, dimana kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya baru akan mereka mulai dari malam ini. Awal kebahagian dan tantangan baru dalam sebuah kehidupan yang akan mereka jalani bersama.     

Tidak semua Sesuatu hal yang dimulai dengan sesuatu yang tidak kita inginkan akan berakhir dengan kepahitan. Dan tidak selamanya apa yang kita inginkan dan tercapai akan berakhir dengan sebuah kebahagiaann.     

Karena semua adalah rencana Allah, takdir Tuhan yang tak bisa di tolak dan tak bisa di tawar. Manusia selayaknya hanya mampu menjalani takdir itu dengan kesabaran dan kepercayaan bahwa semuanya akan berakhir dengan indah pada waktunya.     

Cinta adalah anugerah dari Tuhan yang kita tak akan pernah tahu pada siapa cinta itu akan bertaut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.