aku, kamu, and sex

Kepompong



Kepompong

0Jhonatan mengayuh sepedanya bersama sang adik dan dua saudaranya menuju ke rumah Lala. Sampai di depan pagar rumah Lala, ternyata Lala sudah menunggu mereka di atas sepeda miliknya.     

"Lala berangkat ya buk!" teriak Lala dari luar pagar, dan Bu Ranti hanya melambaikan tangannya di ambang pintu.     

"Ayo berangkat." Ujar Fatih lalu Ia memimpin di bagian paling depan, lalu di ikuti Fahri dan Yola, dan barisan paling belakang ada Jhonatan dan Lala.     

"Enak juga ya naik sepeda." Ujar Yola.     

"Yoi."     

"Eh, itu si Leo jalan kaki." Ujar Fatih lalu berteriak memanggil Leo.     

"Leo!!"     

Orang yang di panggil lalu menoleh, Leo berdiri dipinggir jalan menunggu teman-temannya.     

"Naik." Perintah Fatih.     

Leo mengangguk karena dia tahu betul Fatih akan marah jika apa yang diperintahkan tak kunjung di turuti. Leo berdiri di belakang Fatih dengan tangan berpegangan di bahu sahabatnya itu.     

"Kamu kenapa jalan kaki?" Tanya Fatih pada Leo.     

"Motorku rusak, lagi dibengkel." Jawab Leo.     

"Ow, ya udah nanti kita pulang bareng-bareng aja."     

"Boleh?"     

"Ya bolehlah, kita kan teman."     

"Selama hampir tiga tahun aku kenal kalian, kirain kalian ga mau berteman dengan orang di luar kalian, ternyata aku salah." Ujar Leo.     

"Kita berteman dengan siapa aja, yang penting dia baik dan tak membawa kita ke dalam keburukan." Kata Fatih.     

"Iya, makasih kalian udah mau jadi teman aku."     

"Leo, kamu lanjutin sekolah di mana nanti?" Tanya Fahri.     

"Aku mau lanjut di sekolah Mahardika."     

"Wah itu kan sekolah kusus jurusan tehnik, kamu suka sama tehnik?"     

"Iya, karena ayahku punya bengkel jadi aku ingin melanjutkan cita-cita ayah suatu hari nanti bisa menjadi bengkel yang besar sekaligus toko suku cadang." Jawab Leo.     

"Wah, kamu hebat Leo." Kata Yola.     

"Kalau kalian mau lanjutin dimana?"     

"Aku Inshaallah mau pesantren." Kata Yola.     

"SErius Yola?"     

"Iya Leo, aku mau masuk pesantren."     

"Terus kalian berdua?"     

"Ada deh." Jawab Fahri dan Fatih kompakan.     

SEmentara di depan sedang bercakap tentang masa depan mereka. Di belakang Jhonatan mencuri pandang pada Lala yang juga diam tak bersuara. Hanya degup jantung keduanya yang bertalu begitu cepat.     

"Lala, kamu mau lanjut sekolah dimana?" Tanya Jhonatan pada Lala yang sedari tadi hanya diam sambil mengayuh sepedanya.     

"Aku di SMU kejuruan kayaknya deh."     

"Kenapa?"     

"Biar cepet dapat kerja kalau udah lulus nanti."     

"Kamu ga ingin melanjutkan kuliah?"     

"Kuliah sih, tapi kalau bisa sambil kerja, jadi ga merepotkan ibu dan Bapak."     

Jhonatan terdiam, hanya melirik Lala dengan ekor matanya.     

Tak terasa perjalanan lima belas menit menuju kesekolah mereka telah mereka lalui dengan keriangan hati dan kebahagiaan. Hingga kini mereka sampai di parkiran sekolah dan memarkirkan sepedanya di tempat yang telah disediakan.     

"hari ini ada ulangan Matenatika kan?" Kata Fahri pada para saudara dan sahabatnya.     

"Iya, tapi aku belum belajar." Kata Yola.     

"Nilai kamu pasti bagus Yol, kamu kan memang pintar matematika." Ujar Lala.     

"Ya, semoga aja sih, soalnya aku benar-benar ga buka buku sama sekali semalam."     

"Di larang nyontek." Kata Jhonatan.     

"Siapa juga yang mau nyontek?" Ketus Yola pada kakaknya.     

Jhonatan tersenyum lalu melangkah mendahului teman-teman dan adiknya, Yola dan teman-temannya hanya menatap Jhonatan yang seenaknya mendahului mereka karena melihat Silvia di depan kelas.     

"Hai Sil." Sapa Jhonatan.     

"Hai Jhon." Jawab Silvia.     

"Udah belajar? Ulangan matematika Lho nanti."     

"Udah dong, semalam aku udah belajar kok."     

"Bagus deh, semoga nilai kamu bagus ya."     

"Kamu juga Jhon."     

"Udah sarapan?" Tanay Jhonatan sambil melirik Silvia yang tersenyum malu.     

"Belum sempat sarapan tadi di rumah."     

"Ya udah ayo ke kantin, kita sarapan."     

"Memangnya kamu belum sarapan, Jhon?"     

"Udah, aku mau nemenin kamu aja, ayok." Ajak Jhonatan dengan menarik tangan Silvia.     

Di tempat duduknya Lala melihat bagaimana senyum Jhonatan yang selalu mengembang saat bersama dengan Silvia, bahkan mereka sudah dekat sejak mereka baru masuk sekolah itu. Sedangkan dirinya baru dekat dengan Jhonatan ketika ada kasus kemarin.     

"La, kamu ga apa-apa?" Tanya Yola.     

Lala mengeleng pelan, lalu tersenyum kecil dan duduk di bangkunya.     

"Kamu suka ya sama bang Jhon?" Tanay Yola to the point.     

Lala menatap Yola karena kaget dengan pertanyaan yang di ajukan oleh Yola, Lalu Lala memilih membuka buku pelajarannya karena bingung harus menjawab apa pertanyaan Yola.     

"Kamu suka sama bang Jhon?" Lagi, Yola menanyakan hal yang sama pada Lala.     

"Yola, kita itu masih SMP, masih terlalu dini untuk tahu tentang perasaan kita, lagian Jhonatan ga akan mau pacaran kan? Dia hanya akan pacaran sama istrinya kelak."     

"Emang iya, karena itu yang diinginkan orang tua kami, tapi kamu juga di beri kebebasan untuk merasakan hal itu, walau kami tak haruspacaran. Cukup saling tahu saja."     

Lala terdiam dan sibuk membaca buku paketnya.     

"Gimana kalau bang Jhon yang suka sama kamu?" Tanya Yola lagi.     

"Kamu bercanda."     

"Ya mungkin bercandaan yang tak bohong."     

"Ga tahu lah, aku hanya ingin belajar dengan benar, agar tidak mengecewakan orang tua ku."     

"Kalau begitu sama, ayo kita belajar."     

Yola dan Lala sibuk dengan buku paket mereka, berbeda dengan Fahri, faith dan Leo yang sibuk dengan mengotak atik robot kecil yang Fahri rancang.     

"Ini harus pakai baterai agar bisa jalan di luar ruangan." Kata Leo.     

"Iya, tapi daya yang di butuhkan terlalu besar, kayaknya aku harusmerombak lagi deh." Kata Fahri lalu bersedekap di dada.     

"Hanya merubah sedikit, aku rasa itu tak akan membutuhkan waktu yang lama." Kata Fatih sambil memperhatikan tampilan robot kecil itu.     

"Bagaimana kalau nanti sepulang sekolah kita memperbaiki robot ini?" Ujar Fahri pada faith dan Leo.     

"Setuju, kita kerumah kamu." Kata Fatih.     

"Ajak Jhonatan dan Yola," Kata Leo.     

"Mereka ga diajak juga udah datang sendiri."     

"Kalian saudaraan tapi deket banget ya." Kata Leo sambil bertopang dagu.     

"Iya lah, itu yang dicontohkan keluarga kami, oma apa."     

"Seneng banget pasti."     

"Ya senenglah, punya keluarga besar, memang kamu enggak Leo?"     

"Aku ga Cuma saudara, Ibu dan ayahku sudah lama berpisah, dan aku ikut ayah, karena ibuku sudah menikah lagi, sedangkan ayah sudah tak ingin menikah lagi, dan hanya merawatku."     

"Ayahmu orang hebat."     

"Ya, makanya aku tak mau mengecewakannya."     

"Kamu harusbelajar yang rajin, supaya bisa meraih cita-cita kamu dan ayah kamu." Kata Fahri.     

"Iya, makasih kalian sudah mau menjadi sahabat aku walau aku pernah jahat pada kalian."     

"Lupakan aja, yang penting sekarang kita temenan, dan kami juga udah tahu kamu lakuin itu karena terpakasa."     

"Makasih kawan-kawan." Kata Leo dengan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.