aku, kamu, and sex

SILVIA



SILVIA

0Ramond menatap tampilan Silvia saat hendak pergi ke rumah Ronald, disana Ia sudah di tunggu oleh seluruh keluarga besar, termasuk keluarga Danail. Sedangkan Rey dan Humaira berhalangan hadir karena ada peresmian rumah sakit baru milik keluarga di luar kota, hanya Fahri yang ikut dalam acara makan malam keluarga tersebut.     

"Sudah siap?" Tanya Ramond pada Silvia yang mala mini menggunakan dress berwarna putih selutut dengan rambut yang tergerai indah, senadan dengan Ramond yang menggunakan jas berwarna senada dengan Silvia, sejak sore hari tadi Ramond memang masih berada di rumah Silvia berbincang dengan Nyonya Amanda yang tak lain adalah nenek dari Silvia. Ramond telah menyiapkan segalanya termasuk pakaian ganti yang akan Ia gunakan dalam acara makan mala mini.     

"Sudah kak."     

Ramond mengulurkan tangannya untuk mengandeng Silvia, yang disambut Silvia dengan senyum dan gengaman yang hangat dan lembut. Baru kali ini Ramond mengandeng seorang perempuan kecuali orang tua dan adiknya angkatnya, Yola.     

Ramond membukakan pintu mobil untuk Silvia lalu melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang setelah Ia masusk ke belakang kemudi.     

"kak Ramond, katanya kakak mau kuliah s2 di sini?"     

Ramond mengangguk, "Kenapa?"     

"Apa aku boleh ikut kakak tinggal disini jika kakak pindah kesini?"     

"Kenapa? Kamu takut aku selingkuh?"     

Silvia tersenyum, "Bukan begitu, tapi aku sudah merasa nyaman tinggal dinegara ini, walau mungkin aku juga tak bisa satu sekolah dengan sahabat-sahabatku, karena mereka bilang akan melanjutkan sekolahnya di luar kota."     

"Aku akan membicarakan hal itu pada ayahmu."     

"Terimakasih Kak."     

"sama-sama,"     

Di rumah Ronald, Jhonatan melamun di pinggir kolam ikan yang terletak disamping rumah Ronald, pikirannya melayang memikirkan saat ia bertemu dengan Silvia nanti, apa yang akan dipikirkan oleh Silvia terhadapnya.     

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Ronald yang tak sengaja lewat di samping Jhonatan.     

"Eh, Om…tidak ada Om." Jawab Jhonatan dengan kikuk.     

"Jangan bohong." Kata Ronald yang memang sangat mengenal Jhonatan.     

"Aku memang tak pernah bisa berbohong sama om, dan ayah."     

"Kami itu pernah muda, Jhon. Kami pernah merasakan apa yang kau rasakan saat ini."     

Jhonatan menoleh pada Ronald, menatap pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan lebih berkharisma.     

"Silvia calon istri kak Ramond, adalah mantan pacar ku om, kami baru saja putus tadi siang."     

Ronald langsung menatap tajam pada Jhonatan seolah tak percaya dengan apa yang di katakana oleh Jhonatan.     

"Bagaimana bisa?"     

"Aku juga tak tahu Om, kemarin Silvia bercerita jika dia di jodohkan dan tidak bisa menolak karena ini permintaan ayahnya yang sudah sakit-sakitan, lalu Silvia mengutarakan perasaannya padaku om, dulu… aku mengira jika perasaan yang aku rasakan pada Silvia juga perasaan cinta ternyata bukan, aku hanya sekedar menyukainya saja, karena pada saat Silvia menyatakan jika ia di jodohkan aku sama sekali tak merasa kehilangan, namun ketika melihat Lala bersedih hatiku seakan tertusuk pisau tumpul yang di paksa untuk masuk ke dalam hati. Rasanya sakit sekali om."     

"lalu Silvia meminta ku untuk menjadi pacarnya untuk dua hari, dan tadi siang aku baru tahu jika laki-laki yang dijodohkan dengan Silvia adalah kak Ramond, ada kelegaan yang aku rasakan, karena aku yakin kak Ramond akan menjaga Silvia dengan baik, dan aku yakin suatu saat mereka bisa saling mencintai satu sama lain, namun kini maslahnya Silvia tak tahu jika aku, Yola fahri dan Fatih adalah adik angkat kak Ramond."     

"Aku takut dia akan menjadi sungkan, dan merasa tak enak hati dengan situasi yang ada saat ini, om."     

Ronald tersenyum, lalu menarik nafas panjang sambil menatap kolam ikan di hadapan mereka saat ini.     

"Semua akan baik-baik saja, sebaiknya kamu tak perlu menceritakan hal ini pada Ramond, biarkan Silvia sendiri yang menceritakannya, om yakin Ramond bisa menerima ini dengan lapang dada, karena om tau seberapa dewasanya kakakmu itu." Ujar Ronald sambil menepuk bahu Jhonatan.     

"Ya, om. tapi aku jadi tak enak hati pada Silvia."     

"Tenang saja, aku yakin Silvia juga akan baik-baik saja."     

Tak lama deru mobil milik Ramond masuk ke pekarangan rumah Ronald yang luas dengan bangunan modern yang indah sekaligus unik. Silvia terpana melihat bagaimana rumah itu, bukan karena rumah itu mewah, tapi karena banyaknya bunga mawar yang tertanam di halaman rumah dengan corak dan warna yang beraneka ragam.     

"Kenapa?" Tanya Ramond yang menatap wajah Silvia yang terlihat takjub.     

"Aku tak menyangka jika keluargamu penyuka bunga mawar sama seperti diriku."     

"Benarkah?"     

"Iya, aku sangat menyukai bunga mawar."     

"Aku akan membuatkan mu kebun mawar saat kita telah menikah nanti."     

"benarkah?"     

"Ya, segala yang membuatmu bahagia."     

"Makasih kak, apa yang menanam itu mommymu kak?"     

"ya, mommy seorang peneliti tanaman, dan di juga sangat menyukai bunga mawar, jadi hampir di setiap sudut rumah ada bunga mawar tertanam di rumah ini."     

"Wow, aku akan minta di ajarkan untuk menanam bunga mawar, dan membuat kombinasi warna yang cantik."     

"Tentu, kamu bisa belajar pada mommy nanti, sekarang kita masuk dulu, aku yakin mereka telah menunggu kita.ehm… di dalam sana nanti aka nada ayah, bunda dan kedua anak kembarnya serta mommy dan Daddy beserta adik laki-lakiku, mommy ku juga sedang hamil."     

"Berarti kau akan mempunyai adik lagi?"     

Ramond mengangguk sambil tersenyum simpul. "Bukankah itu akan menjadi sangat menyenangkan?"     

"Aku kira kau akan menolaknya, kak."     

"tentu tidak, aku sangat menyukai anak-anak."     

"Oh,"     

"jangan tegang, aku tak akanmemaksamu untuk buru-buru memberiku anak, santai saja, lagi pula kau masih harus sekolah, Silvia. Demi Allah aku tak ingin memaksamu."     

Wajah Silvia yang putih berubah merah, lalu tersenyum dan mengangguk.     

"Ayo kita masuk, seperti nya benar mereka sudah menunggu kita, tuh lihat… itu mommy dan daddy ku."     

Tunjuk Ramond pada sosok yang berdiri di depan pintu rumah, lalu Silvia mengikuti arah pandang Ramond dan menemukan pasangan suami istri yang sangat serasi dan kelihatan jika mereka saling menyayangi satu sama lain."     

"Ayo turun." Ajak Ramond yang sudah membukakan pintu mobil untuk Silvia.     

"Terimakasih kak."     

Ramond mengandeng tangan Silvia dan membimbingnya masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan keluarga besarnya.     

"Assalamjualaikum." Sapa Ramond lalu mencium pungung tangan Ronald dan Ramond, dan tak berapa lama Danil dan Jelita datang menyusul, sontak Silvia terkejut, karena Ia tahu jika Danil adalah pemilik yayasan tempatnya bersekolah dan juga ayah dari Jhonatan.     

"Ayah bunda." Panggil Ramond pada Danil dan Jelita, yang membuat Silvia semakin bingung dan entah apa yang Ia rasakan saat ini.     

'Apakah Jhonatan adalah adik angkat Ramond?' Bisik Silvia dalam hati.     

Dan benar saja, tak lama empat bersaudara itu mendekat ikut menyambut kedatangannya, namun mereka sama terkejutnya dengan Silvia, kecuali Jhonatan yang tampak santai dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana levis yang Ia kenakan.     

"SILVIA!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.