aku, kamu, and sex

Silvia 2



Silvia 2

3"SILVIA!!!" Yola, fahri dan Fatih terkejut luar biasa karena tak pernah mengira jika gadis yang akan diperkenalkan sebagai calon istri kakak mereka adalah Silvia gadis blonde yang mengikrarkan bahwa dirinya mencintai saudara kembar Yola yaitu Jhonatan. Sontak ketiganya langsung menatap Jhonatan yang hanya berdiri diam dan kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana.     

Lalu mereka bertiga kembali menatap Silvia yang juga menatap mereka dengan tatapan bingung dan tak percaya, dan tatapannya juga jatuh pada Jhonatan yang terdiam membisu menatapnya.     

"Jadi kalian kenal?" Tanya Ramond dengan menaikkan satu alisnya.     

Mereka mengangguk, "Iya, Silvia adalah sahabat kami." Kata Fahri.     

"Oh begitu, baguslah kalian sudah saling kenal, jadi tidak sulit untuk saling memperkenalkan diri." Ujar Ronald.     

"Oya Silvia, kenalkan ini Bunda Jelita dan ayah Danil orang tua dari Jhonatan dan Yolanda, lalu Beliau ini Daddy Ronald dan Mommy Rena orang tua Fahri. Dan mereka berempat adalah orang tua angkatku, sebenarnya masih ada Ayah Rey dan Ibu Humaira tapi mereka sedang ada urusan di luar kota, jadi tidak bisa ikut makam malam bareng kita."     

Silvia mengangguk kaku, dia tak menyangka jika Jhonatan adalah adik dari calon suaminya, laki-laki yang dijodohkan dengan dirinya.     

'Berarti kemarin Jhonatan telah mengetahui jika laki-laki yang dijodohkan denganku adalah kakaknya, tapi kenapa dia tidak bilang padaku?' Batin Silvia sambil menatap Jhonatan yang membuang muka saat silvia menatapnya dengan tatapan tajam.     

"Ayo kita mulai makan malamnya, nanti keburu dingin lho masakan kami berdua." Ujar Rena lalu mengandenga Silvia menuju meja makan yang berukuran besar.     

Silvia hanya diam dan kadang mencuri pandang pada Jhonatan yang juga hanya diam tak banyak bicara, hanya ketiga saudaranya yang sellau berceloteh mengisi suara di sela-sela makan mereka.     

"Silvia, sudah berapa kali kamu bertemu dengan Ramond?" Tanya Rena pada Silvia yang sedari tadi hanay diam.     

"Baru kali init ante." Jawab Silvia dengan sopan, diserati dengan senyuman kecil yang menghiasi wajah cantiknya.     

"Oh, baru kali ini? Kamu juga Ramond?" Tanya Rena pada Ramond.     

"Iya Ma, baru kali ini aku bertemu dengan Silvia, karena aku tak pernah tahu jika dia berada di negara ini, baru tadi pagi ayahnya memberitahuku lalu memberikan alamatnya padaku, agar aku menjemputnya, dan bersama pulang ke negara C."     

"Jadi kakak akan pulang besok?" Tanya Yola pada Ramond dengan tatapan sedih, walau dia telah menyiapkan hati dan mentalnya untuk menerima perjodohan kakaknya ini, tapi hati Yola tetap saja merasakan kesedihan yang mendalam, merasa kecewa, patah hati dan entah rasa apa lagi yang Ia rasakan, namun satu kelebihan Yola adalah pandai menutupi suasana hatinya sama halnya dengan Jelita dulu.     

"Iya, apa kamu mau ikut?" Tanya Ramond dengan tatapan sendu dan hati sama terlukanya dengan apa yang dirasakan Yolanda.     

"Tidak kak, aku juga harus segera berangkat ke pesantren." Kata Yola sambil mengeleng pelan.     

"Oh, kamu harus belajar yang rajin. Agar lekas menyelesaikan pendidikanmu dengan hasil yang baik."     

"Iya kak. Pasti aku akan belajar dengan baik agar mendapatkan nilai yang baik juga."     

"Jadi kamu bener mau melanjutkan di pesantren?"     

"Iya," kata Yola dengan lesu.     

"Selamat ya Sil, ternyata kamu yang berhasil mendapatkan kakak kami, padahal dulu kami kira kakak itu ga bakal menikah lho, soalnya dia ga pernah dekat dengan perempuan kecuali Yola." Kata Fahri     

"Maaf ya Yol, berarti aku telah merebut Kak Ramond dari kamu." Kata Silvia.     

Yola tersenyum lembut, "Ya ga ngrebutlah, aku malah seneng kamu yang akan mendampingi kak Ramond, dengan begitu aku menjadi tenang. Karena aku yakin kamu bisa menjaga kak Ramond dengan baik."     

"Aku pastikan kak Ramond akan bahagia bersamaku." Kata Silvia.     

"Aku senang, ternyata perempuan yang dijodohkan padamu, bukan perempuan biasa, tapi perempuan luar biasa, yang sangat bijaksana dan bijak."Kata Danil disela-sela makan malamnya.     

"Terimakasih, om." Ujar Silvia, namun tetap saja ada kesedihan di mata Silvia kala menatap Jhonatan yang hanya acuh padanya padahal tadi siang dia sangat memanjakannya.     

"Apa kalian bertiga juga akan ikut sekolah di pesantren seperti Yola"     

"Ya." Jawab Mereka kompak, membuat para orang tua ikut kompak menghentikan acara makan malamnya.     

"Kalian serius?" Kata Jelita dan Rena hampir bersamaan.     

Lalu mereka kembali serempak mengangguk. "Kemanapun tak asik jika tak bersama-sama." Ujar Fatih.     

"Aku terharu akan sikap kalian." Kata Yola sambil pura-pura menangis.     

"Dasar buaya." Kata Fahri sambil mencibir.     

Yola tertawa lepas, lalu melanjutkan menyuapkan makanannnya.     

"Jadi ini permintaan kalian yang di sebut rahasia?"     

Mereka kembali mengangguk, "Alhamdulilah." Ucap Ronald.     

"Aku senang kalian sadar akan pentingnya belajar agama, karena agama adalah pondasi terpenting dalam hidup."     

"Iya ayah, dilain itu kami juga paham akan sikap kami yang selama ini kurang patuh dan kurang berlandaskan agama dalam bersikap." Kata Fatih.     

"Benar, Om kami menyadari betul akan hal itu, kami juga ga mau kalah sama Yola sih sebenarnya." Ujar Fahri menambahi.     

"Kalau kamu kenapa kamu mau pesantren?"     

"Biar tetap deket sama Yola, dia adikku satu-satunya, mana mau aku berjauhan dari dia." Kata Jhonatan dengan ekspresi biasa.     

"Serius bang?"     

"Ya serius lah."     

"Baguslah jadi ayah dan bunda bisa pacaran lagi, kalian baik-baik di pesantren ya." Ujar Danil dengan nada bercanda.     

"Apaan sih ayah begitu amat, ga sayang lagi ya sama kami berdua?"     

"Ya sayanglah, tapi namanya orang tua kan juga butuh refreshing ga harus ngurusin anak terus."     

"Oh, gitu.. ga apa-apa mau tambah adik juga ga apa-apa." Kata Yola.     

"Bener nih?" Canda Danil.     

"Bener, tuh kak Ramond mau punya adik lagi tapi seneng-seneng aja." Tandas Yola.     

"Ya udah bun, kita pulang, kita bikin adik lagi buat mereka."     

Jelita tersenyum, lalu ikut membalas ucapan Danil, "Tapi ayah yang hamil dan melahirkan."     

Sontak semua orang yang berada di ruang makan itu tertawa terbahak-bahak, mendengar apa yang disampaikan Jelita.     

"Wah, jadi penasaran bagaimana tampilan Om Danil kalau lagi pakai daster ya?" Seloroh Fahri yang membuat semua orang kembali tertawa terbahak.     

"Kamu ngebayangin Fahri?" Tanya Rena.     

"Iya lah Tante, kan pasti lucu."     

"Sembarangan kamu Fahri, masak Om kamu samakan sama bencis di perempatan."     

Fahri tertawa lebar , "Bukan begitu Om, tadi tante Jelita yang bilang kalau Om yang disuruh hamil itu artinya kan Om yang harus pakai daster."     

Semua tampak akrab, Silvia yang tadinya cangung perlahan bisa membaur dengan semua keluarga itu menjadi kelegaan tersendiri untuk Ramond walau hatinya sakit setiap kali menatap wajah Yola yang seakan biasa saja padahal siapa yang tahu kalau Yola juga merasakan perasaan kecewa dan juga patah hati karena perjodohan Ramond dan Silvia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.