aku, kamu, and sex

Kepulangan.



Kepulangan.

0Keesokan paginya mereka sudah berkumpul di bandara untuk mengantarkan Ramond dan Silvia. Jhonatan berpamitan untuk pergi ke minimarket untuk membeli minuman dingin, kesempatan itu di gunakan Silvia untuk mengikuti Jhonatan, gadis itu ingin menanyakan mengapa Ia diam saja ketika tahu yang dijodohkan padanya adalah kakaknya sendiri.     

"Jhonatan!" Panggil Silvia saat Jhonatan sedang mengantri di kasir mini market.     

"Hai Sil." Jawab Jhonatan dengan sikap biasa.     

"Aku mau Tanya sesuatu sama kamu."     

"Tanya aja silvia, aku akan jawab sebisaku." Kata Jhonatan lalu mengeluarkan dompetnya dan membayar tagihan sesuai yang di beritahukan kasir minimarket.     

"Kenapa kamu diam saja saat aku memberitahu siapa laki-laki yang dijodohkan sama aku, padahal kamu tahu kalau dia adalah kakakmu."     

Jhonatan membuka label minuman dingin yang ia pegang, lalu meneguknya, kemudian dengan santai dia menjawab pertanyaan Silvia. "Aku ingin kamu tahu dengan sendirinya, Sil. Lagipula Kak Rmond itu baik kok, aku sangat mengidolakannya, dan yang terpenting dia bisa menjadi imam buat kamu kelak."     

"Kenapa bukan kamu Jhon yang di jodohkan sama aku?"     

"Itu sudah perjanjian antara uncle Matt dan ayahmu, tak ada hubungnya denganku atau ayahku."     

"Kamu kan juga bisa memegang perusahaan ayahku, Jhon."     

"Aku masih harus banyak belajar, Sil. Lagipula umur kita sepantaran, mungkin itu yang menjadi dasar untuk mencari siapa laki-laki yang pas buat jadi calon suami kamu, Kak Ronald cakap dalam mengurus perusahaan, dan sudah cukup umur untuk membuat keputusan. Tidak sepertiku yang masih tergolong remaja dan belum cukup untuk mengambil keputusan. Itu yang terbaik buat kamu dan kak Ramond, Sil."     

"Tau apa kamu yang terbaik buat aku Jhon?"     

"Aku sudah bilang, kadang Allah memutuskan sesuatu yang menurut kita itu tidak baik, padahal itu yang terbaik menurut Allah, maka kita seharusnya berbaik sangka dengan ketidak tahuan kita, Sil."     

"Kak Ramond memang baik, tapi aku tak mencintainya Jhon."     

"Suatu saat kamu akan mencintainya, waktu akan mengajarkanmu bagaimana cara mencintai kak Ramond, begitu juga dengan kak Ramond, yang penting kalian bisa saling menerima satu dengan yang lain."     

"Apa aku bisa Jhon?"     

"Aku yakina kamu bisa."     

Jhonatan tersenyum "Ayo, sebentar lagi pesawat kamu berangkat. Sepertinya semua sudah siap." Ujar Jhonatan lalu mengajak Silvia kembali berkumpul dengan Ramond dan keluarga besar mereka di ruanga tunggu eksekutif.     

Ramond dan Silvia berangkat ke negara C menggunakan pesawat pribadi milik ayahnya Ramond, karena Matt tak mau membuat anaknya lelah di jalan, apa lagi Matt tahu, jika Ramond tak sendirian, melainkan bersama calon menantunya.     

Pesawat Jet yang akan di tumpangi oleh Ramond dan Selena telah selesai mempersiapkan segala sesuatunya, lalu Ramond dan Silvia pamit untuk berangkat kenegara C.     

"Ayah aku berangkat ya." Ujar Ramond pada Danil setelah memeluk Danil erat.     

"Ya, hati-hati dan jaga calon menantu ayah, salam untuk papa dan mama kamu."     

"Inshaalllah nanti Ramond sampaikan."     

Lalu Ramond menuju ke Jelita yang sudah Nampak sedih melepas Ramond.     

"Kamu hati-hati, jangan lupa sholat doakan mama dan juga ayah ya." Kata Jelita lalu air matanya mulai berlinang menetes di pipinya.     

"Bunda jangan nangis, Ramond juga ga akan lama, lalu akan kembali kesini lagi, dan nemenin ayah juga bunda, and Daddy." Ujar Ramond sambil melirik Ronald yang berdiri di samping Jelita.     

"Bunda masih kangen sebenarnya sama kamu, tapi apa mau di kata kamu kan juga banyak yang harusdi urus di sana, baik-baik kamu disana."     

"Makasih Bunda." Lalu Ramond mencium pungung tangan jelita dan mencium pipi wanita itu.     

"Daddy, Ramond berangkat ya, Daddy jaga kesehatan dan jangan banyak merokok, ingat umur, sudah tua dan kasian mommy kalau ayah sakit."     

"Iya Ramond, Daddy akan menjaga kesehatan Daddy dengan baik, kamu hati-hati disana, jangan lupa sholat doakan mama dan ayah, juga jaga calon menantu ayah." Ronald menatap Silvia yang tampak tersenyum kecil.     

"Siap Daddy, salam sayang untuk mommy ya."     

"Ya." Ramond memeluk Daddynya dengan erat lalu mencium pungung tangan Ronald bergantian dengan Silvia.     

"Jhon, kakak pulang ya."     

"Hati-hati kak. Titip Silvia." Ucap jhonatan saat mereka saling berpelukan, lalu Ramond mengangguk.     

"Fahri, kakak berangkat."     

"hati-hati kak. Hati-hati ya Sil." Ujar Fahri pada Ramond dan Silvia, setelah membalas pelukan Ramond.     

"Fatih, baik-baik ya, jaga mommy, paling tidak untuk kakak." Ucap Ramond lalu memeluk tubuh adiknya itu.     

Fatih hanya mengangguk lemah, lalu membalaspelukan kakaknya, "Hati-hati kak."     

Ramond mengangguk, lalu Ramond mengarahkan pandangannya pada SYola.     

"Hati-hati kak Ramond, jangan lupa kirim kabar, dan doakan aku supaya bisa belajara dengan baik." Ucap Yola pada Ramond disertai senyuman kecil.     

"Ya, tentu saja kakak akan doakan. Kamu hati-hati ya, disana kota kecil dan kamu jauh dari orang tua, walau ada ketiga saudara kamu tapi tetap saja kamu harus selalu waspada ya."     

Yola mengangguk, "Iya kak, terimakasih."     

"Yola, aku beramgkat ya," Ucap Silvia lalu mereka berpelukan, dansaling cium pipi kanan dan kiri.     

"Titip kakak aku ya Sil."     

"Tentu," Ucap Silvia pada Yola.     

Lalu Silvia dan Ramond berjalan kearah pesawat yang berada tak jauh dari posisi mereka, Ramond mengandeng tangan Silvia dengan lembut, sebaliknya Silvia juga membalas remasan tangan Ramond tak kalah lembut. Hingga keduanya naik ke dalam pesawat, lalu duduk berdampingan. Tak menunggu waktu lama pintu pesawat ditutup lalu pesawat itu lepas landas menuju ke negara C.     

Suasana di pesawat tampak sepi karena saat ini baik Ramond atau pun Silvia sama-sama merasakan kehilangan orang yang mereka cintai. Ramond menatap awan yang bertebangan melalui jendela pesawat, ingatannya tertuju pada sosok Yola yang mengucapkan selamat tinggal seolah tanpa rasa kehilangan namun Ramond tak bisa protes akan hal itu, karena bagaimanapun dia dan Yola hanya sebatas kakak dan adik dan tak ada hak lebih untuknya mengharap Sesutu dari Yola, lagi pula ia sadar betul kini ada Silvia yang harus Ia jaga hati dan raganya.     

Sedangkan Silvia mengingat hari-harinya bersama Jhonatan selama mereka berpacaran, terlalu banyak kenangan yang tak mungkin Ia lupakan, namun begitu Ia sudah bahagia karena pernah memiliki orang yang Ia sayang, walau kini mereka harusberpisah, Silvia menarik nafas panjang saat menyadari jika yang menjadi calon suaminya adalah Ramond yang tak lain kakak Jhonatan.     

"Apa yang kamu pikirkan, Silvia?" Tanya Ramond dengan nada selembut mungkin.     

"Tidak ada kak, hanya sedang berpikir mau melanjutkan sekolah dimana nanti sesampainya di negara C."     

"Aku akan membantumu mencari sekolah yang bagus dan sesuai keinginanmu, bagaimana?"     

"benarkah?"     

"tentu saja." Silvia mengangguk kuat-kuat, lalu tersenyum senang, Ramond mengusap ram but Silvia membuat jantung silvia berdebar hebat.     

'Kok aku deg-degan ya.' Gumam Silvia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.