aku, kamu, and sex

Cinta Lama Tak Mungkin Kembali



Cinta Lama Tak Mungkin Kembali

0Aura menundukkan kepala diantar lutut yang tertekuk, air matanya mengalir deras membasahi pipinya, setelah belasan jam dia ditahan, tak ada seorang kerabat atau sahabatnya yang mau menjenguknya terkecuali pengacara dan laki-laki bernama Andre sepupunya. Hanya Andre yang masih peduli dengan nasib Aura setelah masuk bui.     

Sesekali Arka menjenguknya hanya sekedar memberikan cemilan yang memang Arka tahu makanan tersebut di sukai oleh Aura. Bagaimanapun Aura adalah cinta pertama Arka yang tak mudah baginya untuk melupakan nama itu, walau juga tak mungkin mereka kembali bersama karena hati Arka telah terpaut dengan hati perempuan mualaf yang juga rekan kerjanya, Arlita.     

Seperti biasa sebelum berangkat kuliah, Andre akan mampir ke rumah tahanan dimana Aura ditahan untuk sekedar memberikan sarapan dan pakaian bersih untuk Aura.     

"Selamat pagi kak Aura." Sapa Andre dengan tersenyum lebar.     

"Pagi Andre." Jawab Aura yang baru saja duduk di kursi ruangan besuk tahanan.     

"Kakak baik-baik saja?" Tanya Andre sambil meletakkan paperbag ke atas meja.     

"Aku baik-baik saja, terimakasih kau telah mengkhawatirkan aku."     

"Ini untuk kakak sarapan." Andre menyodorkan paperbag pada Aura.     

"Terimakasih, harusnya kamu tak perlu repot-repot mengantarkan makanan setiap hari untukku."     

"Tidak apa-apa kak, ini tidak merepotkan." Jawab Andre.     

"Bagaimana kabar orang tuaku?" Tanya Aura sambil menunduk.     

"Mereka baik-baik saja kak. Kakak tidak perlu khawatir." Jawab Andre tersenyum kecut.     

"Mereka kecewa padaku, mereka membenciku, kan?"     

"Tak ada orang tua yang membenci anaknya kak. Kakak jangan berpikir macam-macam? Kapan jadwal siding kakak?"     

"Aku belum tahu, ndre."     

"Oke, tak masalah yang penting kakak harus jaga kesehatan, dan percaya jika semua akan baik-baik saja. Kakak harus mengambil sisi positif setiap kejadian yang menimpa kakak. Aku yakin kakak akan semakin dewasa dan bijaksana." Ucap Andre panjang lebar.     

"Hanya kau yang selalu ada untukku, ndre."     

"Kak, selama keluargaku kesusahan hanya kau yang mau membantu kami, memberikan uangmu untuk membangun restoran milik orang tua ku yang hampir bangkrut hingga maju seperti sekarang, kini giliran kami yang akan membantu kakak."     

"Terimakasih, Ndre."     

"Sama-sama kak, tapi maaf mama dan papa belum bisa menjenguk kakak, karena banyak wartawan yang masih hilir mudik mencari berita yang simpang siur tentang kakak."     

"Tidak apa-apa kakak mengerti kok. Dengan kamu datang kemari itu sudah cukup memberikanku dukungan dan semangat untuk ku menjalani hari-hari yang sulit disini." Ujar Aura berkaca-kaca.     

"Aku akan tetap bersamamu kak, apapun yang terjadi padamu, tidak ada manusia yang tak pernah berbuat kesalahan, termasuk aku dan juga kakak. Jangan berkecil hati kak."     

Aura menarik nafas panjang lalu berkata, " Mungkin tak ada lagi yang mau bersahabat denganku setelah ini Ndre."     

"Kakak tenang saja, paling tidak sekarang kakak tahu, mana yang benar-benar teman yang baik dan mana teman yang hanya berpura-pura baik."     

"Kau benar."     

"Ehm, kak. Itu bukannya kak Arka? Mantan pacar kakak? Dia seornag polisi?" Tanya Andre saat melihat Arka yang berjalan menuju ke sebuah ruangan.     

"Ya, dia Arka, mantan pacarku."     

"Setahuku dia orang yang baik lho kak."     

"Dia memang sangat baik, aku yang tidak baik."     

"Kenapa kalian putus?"     

"Karena kakak yang meninggalkannya."     

"Bagaimana bisa?"     

"Karena obsesi kakak menjadi selebriti terkenal hingga kakak meninggalkannya, yang kakak kira tak berguna dan tak selevel dengan selebriti."     

"Cinta lama bisa bersemi kembali kak."     

"Tidak untuk Arka, Ndre. Cinta lama tak mungkin kembali, karena dia sudah memiliki seorang anak umurnya sekitar 4-5 tahun."     

"Benarkah?"     

Aura mengangguk, "Benar, aku sudah tak mungkin memilikinya kembali."     

"Suatu saat kakak pasti akan mendapatkan yang lebih baik."     

"Amiin."     

"Ya udah kak, aku harus berangkat kuliah dulu, besok aku akan kesini lagi." Pamit Andre.     

"Ndre…" Panggil Aura.     

"Ya,"     

"Boleh minta tolong?"     

"Apa kak, katakana saja kak, apa yang bisa ku bangtu untuk membangtu kakak." Tukas Andre.     

"Tolong bawakan aku mukena, dan sajadah. Aku inginj sholat."     

Andre tercengang, namun tak urung dia kemudian mengangguk cepat. "Baiklah kak, besok aku bawakan."     

"Terimakasih Andre."     

"sama-sama kak. Aku pergi dulu."     

"Hm, hati-hati."     

Andre meninggalkan rumah tahanan setelah berpamitan dengan kakak sepupunya, lalu dengan langkah gontai Aura masuk kembali ke dalam ruangan tahanan bergabung dengan sahabat-sahabatnya yang lain.     

"Maafkan aku, Aura." Ucap Weni dengan wajah tertunduk.     

"Sudahlah Wen, bukan salah kamu."     

"Ini salah ku, jika aku tidak mengenalkanmu pada barang haram itu, pasti kamu tidak akan berada disini sekarang." Ucap Weni dengan sedikit terisak.     

"Sudahlah, semua sudah terjadi, semoga permohonanku untuk rehabilitasi di kabulkan oleh hakim." Ucap Aura yang ikut duduk di lantai bersama Weni.     

"Iya, Ra. Kamu harus ikut rehabilitasi, dan aku yakin karirmu akan bersinar kembali."     

"Entahlah, aku sudah tak berpikir untuk kembali ke dunia hiburan. Mungkin aku akan mengurus butik ku saja."     

"Apapun itu, kudoakan yang terbaik untukmu, termasuk jodohmu, sepertinya Arka masih mencintaimu."     

"Itu tidak mungkin, Arka sudah menikah dan mempunyai anak, dia tak mungkin kembali lagi padaku, lagi pula jika dia belum menikah pun, rasanya aku tak sanggup memintanya kembali lagi padaku, karena dulu aku telah mencampakkannya."     

"Malang sekali nasib percintaanmu Aura."     

Aura tersenyum kecut, lalu membuka paperbag yang tadi dibawakan oleh Andre untuknya.     

"Kita makan bersama yuk." Ajak Aura pada Weni sahabatnya.     

"Baik sekali sepupumu itu."     

"Ya, hanya dia dan keluarganya yang masih menganggapku ada, yang lain sudah tak mengingatku lagi."     

"Sabar Aura."     

"Hm, kamu tenang saja. Aku baik-baik saja. Aku akan menjalani hukuman ini dengan baik, karena ini memang salah ku."     

"Ayo kita makan, sepertinya makanan yang dibawakan oleh Andre sangat lezat."     

"tanteku punya restoran, sudah tentu makanan yang dimasak pasti enak."     

Aura dan Weni makan dengan lahap sampai tak menyadari jika sejak tadi ada sepasang mata yang melihat kea rah mereka.     

"Semoga kau benar-benar berubah, Aura." Gumam Arka yang langsung pergi meninggalkan rumah tahanan itu menuju ke kantornya.     

Sepanjang perjalanan pikiran Arka tertuju pada sosok dimasa lalunya, Aura. Gadis yang dulu selalu ceria, sopan dan lugu kini berubah menjadi gadis yang modern berpenampilan seksi dan kekinian. Arka masih ingat dengan jelas bagaimana seorang Aura yang selalu mengingatkan dia dalam segala hal yang baik, seperti harus sholat tepat waktu, tidak minum-minum, dan menghindari kehidupan malam. Namun Arka menyayangkan karena obsesinya Aura berubah drastic menjadi sosok yang tak terkendali dan kini harus berakhir di jeruji besi.     

"Assalamualaikum, Rey."     

"Waalaikumsalam, bang." Jawab Rey di ujung telepon.     

"Ada apa Rey?"     

"Abang ke rumah sakit sekarang, Ramond bertambah parah, aku sedang menuju ke sana. Humaira dan Arlita sudah di rumah sakit menemani Ramond."     

"Baiklah aku segera kesana. Terimakasih, Rey."     

"Oke, Assalamualaikum, bang."     

"Waalaikumsalam, Rey."     

Arka membelokkan arah kemudianya menuju ke rumah sakit tempat dimana Ramond di rawat, pikirannya semakin kalut kala mengetahui jika Ramond sakit parah. Ada sedikit penyesalan karena dia tak menemani Ramond tadi malam. Yang bisa dilakukan Arka hanhya berdoa hanya Ramond baik-baik saja saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.