aku, kamu, and sex

Meet ayah.



Meet ayah.

1Sesuai janji Ronald pada sang istri jika ia akan mengajaknya menjengukm sang ayah dipenjara, maka setelah memasuki jam makan siang, Ronald kembali ke rumah untuk menjemput istri tercintanya.     

Senyumnya mengembang saat melihat Rena sudah berdiri di ambang pintu untuk menyambut kedatangannya.     

Ronald mengulurkan tangannya untuk dicium oleh sang istri setelah mengucapkan salam. Ronald membalasnya dengan satu kecupan di dahi sang istri.     

"Udah siap?"     

"Sudah, tapi sebaiknya kamu makan dulu, sayang. Aku udah masak buat kamu." Ujar Rena langsung mengamit lengan sang suami untuk dibimbing masuk kedalam rumah.     

"kamu masak apa, sayang?"     

"Semur daging kesukaan kamu, tapi ga tahu sama apa enggak sama bikinan mama." Ujar Rena sambil menaruh piring di depan Ronald lalu menuangkan nasi ke atasnya.     

"Pasti enak, seperti biasanya." Kata Ronald yang memang mengemari masakan Rena sejak mereka belum menikah.     

"Ayo duduk, aku suapi." Kata Ronald sambil mendorong kursi disebelahnya. Rena menurut lalu duduk disamping sang suami lalu membuka mulutnya setelah sang suami memberi aba-aba untuk membuka mulut.     

"Enakkan?" Ucap Ronald.     

"Iya, selalu enak kalau makan om yang nyuapin." Jawab Rena dengan tersenyum, lalu gentian menyendokkan makanan dan menyuapi Ronald.     

"Aku bahagia, semoga sampai kapanpun, kita akan selalu hidup bersama dengan bahagia seperti ini bagaimanapun keadaan kita."     

"Iya sayang."     

Setelah mereka menghabiskan makan siang mereka, akhirnya mereka berangkat ke rumah tahanan untuk menjenguk Richard yang sudah beberapa b     

ulan ini masuk ke dalam tahanan.     

Rena membawakan makanan kesukaan ayahnya, dan juga pakaian ganti untuk sang ayah yang sengaja ia beli untuk ayahnya.     

"Ga sabar ingin cepet bertemu ayah." Ucap Rena saat mereka berada di dalam mobil.     

"Ya, kau sudah lama tidak menjenguknya, sayang."     

"Ya, itu semua karena Danil yang tak mengijinkan aku mengambil libur sekoalah."     

"Aku juga tak akan mengijinkanmu untuk melakukan itu sayang."     

"Oh, ya… aku lupa kalau kau dan Danil satu tipe."     

Ronald hanya tersenyum lebar sambil mengusap kepala sang istri yang tertutup jilbab.     

"Aku hanya ingin kamu disiplin, dan mengikuti aturan itu saja sayang, lagi pula itu adalah sarat sarai Danil kalau kamu ingin menikah denganku bukan?"     

Rena mendengus kesal, Sedangkan Ronald hanya tersenyum lalu konsentrasi di jalanan yang ramai.     

Tepat jam dua siang mereka sampai di tahanan tempat Richard di tahan, Rena antusias ingin segera bertemu dengan ayahnya, dengan mengandeng tangan sang suami Ia memasuki rutan.     

Menunggu dengan sabar sang ayah yang sedang di panggil oleh petugas rutan.     

"Lama sekali." Gerutu Rena, Ronald mengeratkan remasan jemarinya lalu tersenyum.     

"Sabarlah sayang, mungkin ayah sedang bersiap."     

Beberapa menit kemudian, Richard datang dari balik pintu. Lalu tertegun melihat sang putrid yang kini menggunakan hijab.     

"Assalamualaikum ayah." Suara Rena menginterupsinya yang tertegun melamun.     

"Waalaikumsalam, sayang." Jawab Richard sambil merentangkan kedua tangannya siap menerima pelukan hangat dari sang putrid tercinta.     

"Kamu cantik sayang, mirip sekali dengan ibumu." Ucap sang ayah sambil mendekap putri kecilnya.     

Ronald tersenyum melihat bagaimana ayah dan anak sedang melepas rindu, lalu ia mulai mendekat setelah keduanya mengurai pelukan mereka. Ronald mencium pungung tangan sang ayah mertua lalu memeluknya sekilas.     

"Apa kabar ayah?" Tanya Ronald.     

"Aku baik." Jawab Richard lalu mengajak Rena dan Ronald duduk di bangku tunggu.     

"Kalian baik-baik saja kan?" Tanya Richard pada Ronald dan Rena dengan menatap mereka secara bergantian.     

"Alhamdulilah kami baik-baik saja ayah." Jawab Rena.     

"Syukurlah, bagaimana kabar kakak dan kakak iparmu?"     

"Mereka semakin romantic, dan sering membuatku baper karena aku harus berjauhan dari suami tuaku ini." Jawab Rena yang membuat ayah dan suaminya tertawa.     

"Sudah tahu dia sudah tua kenapa kau minta menikah dengannya?" Ujar Richard sambil membelai kepala sang anak yang bergelayut di lengannya.     

"Karena aku mencintainya ayah, aku tak bisa hidup tanpa dia."     

"Dasar bucin." Ejek sang ayah. Sedangkan Ronald hanya tersenyum mendengar jawaban dari sang istri.     

"Bagaimana dengan Regan? Kau berhasil membawanya?" Tanya Richard pada Ronald.     

"Ya, dia ada di negara F, untuk sementara waktu ia harus berada disana, untuk menunggu pengurusan dokumen agar dia bisa masuk ke negara ini."     

"Alhamdulilah, tolong bawa dia kemari jika segalanya telah beres." Ucap Richard.     

"Tentu, ayah. Aku akan membawanya kemari. Lalu bagaimana dengan Kingdom crush?"     

"Ketua Kingdom Crush adalah sahabat ayahku dan juga ayah Jelita, juga ayah Danil."     

"maksudmu?"     

"Pimpinan mafia itu adalah Diego Santez. Ayah mengenalnya?"     

"Aku mengenalnya dia rekan bisniskukan?"     

"Maksudku, lebih dari sekedar teman bisnis?"     

"Tidak, bahkan aku tidak tahu jika Sanjaya dan ayahmu mengenalnya, apa lagi persahabatan mereka, ayah sama sekali tidak tahu."     

"Itu artinya ayah hanya dimanfaat kan oleh mereka."     

"Kau benar untung saja waktu itu Rey datang tepat waktu jadi aku bisa segera tahu kebenarannta dimana anakku berada."     

"Ya, ayah benar."     

"Dan apa ayah tahu jika anak ayah ini menyusulku ke negara C bersama ayah mertuanya?" Ucap Ronald yang membuat sang ayah menatap Rena dengan wajah tak percaya.     

"Bagaimana bisa?"     

"Mereka telah merencanakanya, jika terjadi sesuatu yang membahayakan Jelita dan Rey telah membuat rencana dengan mengirimkan anak buah ayah, Aldo, Rena dan juga ayahku.     

"Benarkah?"     

"Dan apa ayah tahu, jika putrid ayah ini pandai sekali dalam menembak?"     

Richard menatap Rena tak percaya. "Dasar suami suka mengadu." Cibir Rena pada Ronald.     

"Apa itu benar?" Tanya Richard.     

"Aku juara nasional menembak ayah."     

Richard masih melongo menatap sang anak tak percaya, jika anaknya ini adalah juara menembak.     

"Benarkah?"     

"Rena mengangguk."     

"Maafkan aku ayah, aku tak bisa melarang putrimu menyusulku."     

"Taka pa, tapi aku lega melihat kalian baik-baik saja."     

"ya, itu juga karena putrid ayah menyelamatkanku saat aku hampir tertembak oleh anak buah Diego."     

"Benarkah?" Tanya Richard tak percaya.     

"Ya, dia sangat lihai dalam menembak, aku yakin ayah bukan tandingannya."     

"Siapa yang mengajarimu?" Tanya Richard yang penasaran dengan kemampuan anaknya.     

Menembak mempunyai skill kusus tak mudah untuk dipelajari jika tanpa seorang mentor atau guru.     

"Ayah Zakariya, dulu sebelum bekerja di kantor ayah, dia adalah seorang atlit menembak, dan aku sering ikut dia saat dia melatih peserta olimpiade."     

"Pantas saja, kau diajari oleh seorang master menembak rupanya."     

"Apa ayah tahu tentang ayah Zakariya yang pamdai menemnbak?"     

"Ayah tahu saat dia melamar pekerjaan dulu dia pernah aku tawari menjadi asisten pribadi karena aku sering melihat fotonya di kejuaraan menembak, tapi dia menolak dan lebih memilih menjadi karyawan biasa, ternyata itu demi ia bisa melindungi ibumu dan juga dirimu dari kejahatan ayah."     

"Ayah harus berterimakasih pada Zakariya karena telah merawatmu, dan menjaga ibumu dengan baik."     

"Ya, auah Zakariya sangat menyayangiku, bahkan sampai dia meninggal dia tak mau menyebutku sebagai anak tiri, bahkan menceritakan jika aku bukan anaknya saja tidak." Jawab Rena sambil menerawang mengingat bagaimana ayah Zakariya yang selalu menyayangi dan memanjakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.