aku, kamu, and sex

Harapan dan Cinta 3



Harapan dan Cinta 3

3Ronald menikmati moment bersama Rena di pantai yang indah itu, namun ketika hari sangat terik Ronald meminta untuk mereka kembali pulang ke rumah namun Rena menolaknya, akhirnya Ronald mengajak Rena ke villa milik Danil, yang dulu pernah mereka kunjungi bersama untuk melepas penat walau itupun sangat jarang, namun kali ini ia datang ke villa itu bersama Rena, setelah menghubungi Danil terlebih dahulu, dan dengan senag hati Danil mengijinkannya karena Villa itupun sekarang juga milik Rena.     

"Selamat bersenang-senang." Ucap Danil sebelum ia memutuskan sambungan telponnya bersama Ronald.     

Ronald tersenyum kecil mengingat mereka yang dulu sangat mesra sebagai pasangan sekaligus partner bisnis yang luar biasa kini hubungan itu berubah menjadi hubungan persaudsaraan yang erat, Ronald tidak pernah menyangka jika jodohnya pun adalah adimk dari mantan kekasih gay nya.     

Namun Danil dan Ronald telah sepakat untuk melupakan masa lalu dan menata masa depan dengan cerita cinta mereka masing-masing yang lebih indah untuk selamanya.     

Sebuah kedewasaan yang dilandasi dengan kesadaran akan moralitas yang tinggi akan membuat hubungan menjadi lebih harmonis dan dinamis, seperti halnya Danil dan Ronald yang sama-sama telah bangkit dari keterpurukan mereka di masa lalu. Walau Ronald harus menyelesaikan apa yang sudah ia mulai dengan dunia bawah tanah.     

"Tuan Ronald, ini kuncinya." Ucap pria paruh baya sang penjaga Villa.     

"Terimakasih pak." Ucap Ronald sopan walau ia bicara dengan seorang penjaga villa.     

"Maaf Tuan Ronald tidak bersama Tuan Danil?" Kata sang penjaga villa karena tak biasanya Ronald datang sendiri ke villa tersebut.     

"Saya datang bersama istrinya, dan dia adiknya Danil." Jawab Ronald sambil tersenyum lebar sambil menoleh kea rah Rena yang sedang berada di dalam mobil tak jauh dari Ronald dan pria penjaga villa itu berdiri.     

"Oh, itu adiknya Tuan Danil? Wah saya tidak menyaka, berarti sahabat menjadi adik ipar ya Tuan."     

"Ya seperti itulah." Kata Ronald sambil terkekeh.     

"Ya sudah selamat berlibur kalau begitu, saya permisi nanti saya akan kembali untuk antar makan malam, dan makan siangnya sedang dibaewakan oleh istri saya sesuai pesanan anda."     

"Oke, trimakasih pak,"     

"Permisi Tuan."     

"Ya."     

Selepas kepergian penjaga Villa, Ronald segera menghampiri Rena yang sedang duduk di dalam mobil sambil memain kan ponselnya.     

"Ayo kita masuk."     

"Udah dapat kuncinya?"     

"Sudah, makan siangnya juga sebentar lagi diantar."     

"Kok ga dari tadi sih bilangnya kalau kak Danil punya villa di pinggir pantai ynag indah kayak gini."     

"Ya, belum sempat kali Ren, bilang sama kamu,"     

"Benar juga, lagipula kita baru aja ketemu setelah bertahun-tahun." Ucap Rena sambil melangkah ke pintu Rumah dengan bergandeng tangan dengan Ronald.     

Mereka masuk ke dalam Villa dan Rena langsung takjub dengan semua yang ada di villa itu, dia berlari ke lantai atas untuk melihat pemandangan pantai dari atas balkon. Sedangkan Ronald membawa baju yang tadi mereka beli di mall dan beberapa cemilan milik Rena dan meletakkan di meja ruang tengah. Tak berapa lama istri penjaga villa datang membawakan makan siang mereka berupa ikan bakar dan kudapan lainnya khas masakan pantai.     

"Sayang ayo kita makan dulu, aku sudah lapar!" Teriak Ronald pada Rena, tak berapa lama Rena menuruni tangga dan memeluk Ronald dari belakang.     

"Ayok makan, aku juga lapar." Ucap Rena sambil bersandar di pungung suaminya.     

"Cuci tangan dulu yuk."     

"Gendong." Rena langsung loncat ke pungung Ronald dan melilitkan kedua kakinya dipingang Ronald.     

Otomatis Ronald langsung memegang kedua kaki Rena supaya ia tak terjatuh saat berjalan. Setelah mencuci wajah tangan dan kaki mereka, lalu mereka kembali ke meja makan untuk menikmati maklan siang yang sudah agak terlambat jika di bilang makan siangm, namun taka pa ingtinya mereka makan.     

"Enak." Ucap Rena sambil mengunyah makanannya.     

"Makan yang banyak biar gemuk." Ucap Ronald.     

"memangnya sekarang aku kurus?" Tanya Rena .     

"Hm, kurus kayak kurang gizi, aku ga mau kamu kurus nanti dikira kamu ga aku kasih makan." Jawab Ronald sambil tersenyum.     

"Nanti kalau aku gemuk, badanku melar gimana?"     

"Ya ga apa-apa, aku akan tetap cinta sama kamu."     

"Serius nih? Ga akan cari ganti?"     

"Ga akan, kalau aku harus cari ganti itu artinya aku harus cari yang lebih muda dari kamu, dan aku tidak mau melanggar hukum karena menikahi anak dibawah umur." Jawab Ronald dengan cuek, yang membuat Rena langsung mrngrrucutkan bibirnya.     

"Dulu aku mengira kak Danil itu orangnya galak, ternyata dia sangat baik, lembut dan penyayang." Ucap Rena tiba-tiba.     

'Apa yang akan kau pikirkan jika tahu bahwa dulu aku dan kakakmu hampir saja membunuh Jelita, Ren?' bisik Ronald dalam hati.     

"waktu pertama kali menginjakkan kaki dirumah kak Danil di negara A, aku takut setengah mati, karena aura ayah dan kak Danil kayak mau perang, eh taunya mereka malah berpelukan, bahkan sampai ayah menangis." Lanjut Rena.     

"Dan begitu juga kak Jelita, dari awal sudah terlihat jika kak Jelita itu lembut dan baik hati, tapi pernah waktu itu aku dan kak Jelita manjat pohon di belakang rumah karena mau ngambil salju yang ada diatas daun kan bagus banget, Rena baru kali itu melihat salju, untung ga ketahuan oleh kak Danil, pasti kita kena hukuman kalau sampai kak Danil tahu."     

Ronald melongo mendengar apa yang dikatakan oleh Rena. Jelita manjat pohon? Padahal sekarang dia sedang hamil. Astaga, Ronald mengelengkan kepalanya tak menyangka adik angkat nya itu sangat anti mainstream. Mungkin ia harus memperingatkan Jelita kalau sekarang dia sedang hamil keponakannya.     

"Danil itu memang dasarnya lembut, tapi dingin, dia hanya akan bicara seperlunya saja kepada seseorang dan hanya akan banyak bicara hanya dengan orang yang sudah lama ia kenal."Ucap Ronald di sela makannya.     

"Sedangkan Jelita, memang dari kecil kata mama memang di seperti itu tomboy tapi lembut dan santun ketika berbicara, mungkin karena pengaruh dia dibesarkan di pesantren jadi dia bisa menempatkan dirinya kapan dan dimana ia berada." Jelas Ronald.     

"Oh, kak Jelita dari pesantren ya, pantesan ngajinya pinter banget, kayak kak Humaira, udah cantik pinter ngaji dan pinter memimpin perusahaan." Ujar Rena, yang kemudian bangkit untuk mencuci tangannya karena ia sudah selesai dengan acara makannya yang jugs disusul oleh Ronald yang juga telah selesai, dengan acara makannya.     

"Habis ini kita mau ngapain?" Tanya Ronald setelah mereka duduk disofa depan tv.     

"Ngapain ya enaknya?" Ucap Rena sambil tangannya mulai nakal dengan mengelus bagian keperkasaan suaminya.     

"Jangan nakal, kalau sudah on susah off nya lagi lho."     

"Rena ga takut."     

Setelah itu mereka mulai pergumulan panasnya setelah Ronald membawa Rena masuk ke dalam kamarnya sambil bibir mereka saling berpautan satu dengan yang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.