aku, kamu, and sex

Kasih dan Sayang 3



Kasih dan Sayang 3

0Jam menunjukkan pukul tiga sore saat Humaira dan nyonya sanjaya yang tidak lain adalah mama mertuanya sedang berjalan-jalan disebuah mall menghabiskan waktu liburan Humaira. Mulai minggu depan dia harus kembali ke rutinitasnya di rumah sakit dan perkuliahan, bahkan tiap sore dia pergi ke yayasan panti asuhan bersama sang suami untuk membantu mengajarkan ngaji pada anak-anak disana.     

"Ra, kita makan dulu yuk, mama laper." Ucap Sang mama sambil mengandeng tangan Humaira sambil berjalan cepat menuju escalator ke atas untuk sampai di foodcourt. Humaira mengerutkan dahi karena tak biasanya mama mertuanya ini berjalan terburu-buru untuk urusan makan. Humaira hendak bertanya namun ia tahan karena melihat gelagat sang mama mertua yang semakin aneh. Barulah setelah mereka duduk disalah satu gerai makanan yang menjual makan cepat saji sang mama baru Nampak lega.     

"Ada apa sih, Ma? Ga biasanya mama kayak gini." Tanya Humaira dengan suara pelan.     

"Ira, memangnya kamu ga merasa aneh sama tiga orang laki-laki itu yang duduk dekat pintu, tapi kamu jangan nengok." Kata sang mama juga denga suara yang cukup pelan, bahkan terkesan berbisik.     

"dari tadi mereka kayak ngikutin kita kan, Ma." Tandas Humaira.     

"Kirain kamu ga sadar Ra, kalau kita sedang diikuti." Ujar sang mama sambil makan kentang goreng yang ia pesan.     

"Humaira tahu, Cuma berusaha tenang aja, kalau kita seolah takut atau ketahuan kita menyadari keberadaan mereka, justru membahayakan buat kita, Mah. Jadi kita pura-pura ga tahu aja."     

"Terus gimana dong Ra, apa kita telpon Rey aja suruh jemput."     

"Rey lagi sibuk miting ma, papa juga sedang meninjau proyek, kalau kak Ronald kan sedang urusin Om Richard."     

"Terus gimana, Ra?"     

"Kita tetap tenang ma, jangan sampai mereka tahu kalau kita sudah menyadari kehadiran mereka."     

"Oke."     

"Kita pulang langsung menuju basement, menuju ke mobil kita, langsung tancap gas."     

"Kalau di basement kita diculik gimana Ra?"     

"Ga akan ma, jam segini basement rame sopir pada nongkrong, lagian mobil kita parkir dekat kantor petugas parkir, Ira yakin mereka tak akan berani menyergap kita, Ma."     

"Baiklah, mama ikut apa kata kamu aja?"     

"Ya udah kita habisin makanan kita, terus kita pulang."     

"Kamu ga ingin belanja lagi, Ra?"     

"Ga, ma kita pulang aja, belanjanya kita lanjut besok aja."     

"Oke."     

Tak berapa lama makanan yang mereka pesan telah habis tak bersisa, kemudian keduanya beranjak dari kursi mereka, keluar dari gerai cepat saji dan langsung menuju lift yang tak jauh dari mereka berdiri, untung saja lift itu terbuat dari kaca jadi dapat terlihat dari luar.     

Setelah sampai di basement mereka tetap berjalan dengan santai seolah tidak ada yang mengikuti mereka, beberapa saat kemudian mereka telah sampai di dalam mobil mereka, Humaira langsung masuk di bagian kemudi dan disampingnya ada sang mama yang sedang mengenakan sabuk pengaman.     

Humaira langsung menjalankan mobilnya keluar dari area mall, dari kaca spion terdapat mobil suv hitam yang terlihat mengikuti mereka, dengan lincah Humaira menjalankan mobilnya, salip kanan salip kiri persis di dalam sebuah film action, sang mama mertua yang sedikit panic menoleh kearah Humaira yang seolah tidak terjadi apa-apa, bahkan raut wajahnya terlihat sangat tenang.     

"Ra, kamu ga takut?"     

"Sedikit, Cuma kita harus tetap tenang ma."     

"Kamu beneran ga mau telpon Rey?" Ucap Sang mama dan Humaira hanya tersenyum kecil melihat mamanya yang panic.     

"Ga usah ma, inshaallah kita selalu dilindungi oleh Allah."     

"Tapi ga ada salahnya berjaga-jaga kan Ra?"     

"Aku sudah mengirim pesan sama bang Arka, dan kebetulan dia tak jauh dari sini, kita ulur waktu sampai mobil kak Arka mendekat."     

Namun ketika di jalan yang sedikit sepi, mobil yang mengejar mereka tiba-tiba menyalip mereka dan langsung memotong jalan mereka, seketika Humaira langsung menginjak pedal Rem agar tidak terjadi benturan."     

"Aduh, Ra! Gimana ini Ra?" UCap sang mama panic.     

"Mama diam aja di dalam mobil, tetap kunci pintu mama, jangan sampai mereka bisa membuka pintu mobil mama, Okey. Humaira akan keluar, kalau sampai ada apa-apa sama Humaira, mama langsung tekan tombol SOS pada mobil samping stir, Mama jangan panic, santai." Ucap Humaira pada sang mama.     

Dan tak lama dua orang berbadan tegap keluar dari mobil dan menghampiri Humaira, dari cara mereka mengedor pintu mobil Humaira sangat Yakin jika mereka bukanlah orang baik. Perlahan Humaira membuka pintu mobil, dan…     

DUAGGHH!!!     

Humaira mendorong satu orang salah satu dari penjahat itu menggunakan kunci mobil dengan keras, sehingga mereka mundur beberapa langkah karena tindakan Humaira yang tidak mereka duga sebelumnya.     

Humaira perlahan keluar dari mobil dengan dua tangan terkepal, dan kakinya siap denganm kuda-kuda. Tanpa aba-aba Humaira langsung menendang satu penjahat yang akan melemparkan pukulan pada HUmaira.     

TAP!!     

Humaira menangkis pukulan dari penjahat yang satu lagi, sedang kakinya menendang penjahat yang di sebelah kanannya. Sang mama hanya terbengong melihat bagaimana HUmaira beraksi melawan para penjahat itu, namun ia tetap menghubungi Arka agar secepatnya sampai di lokasi mereka berada.     

Saat HUmaira sibuk mengurus dua penjahat yang menyerangnya di belakng Humaira muncul satu penjahat lagi yang membuat mamanya menjerit karena ketakutan, dan dengan sigap HUmaira dapat menghalau pukulan dari belakangnya, tanpa menunggu lama, ketiga penjahat itu sudah terkapar tak berdaya, lalu Humaira mengeluarkan tali dari dalam mobilnya untuk mengikat ketiga bandit yang membuat acara belanjanya dengan sang mama berantakan.     

Sang mama menarik nafas lega setelah Humaira berhasil mengikat ketiganya. Lalu sang mama keluar menghampiri Humaira yang nafasnya masih terengah dan peluh bercucuran di wajahnya.     

"Ra, mama ga nyangka kamu jago beladiri." Ujar sang mama dengan tatapan takjub.     

"Mama lupa, kalau kakak Humaira seorang polisi?"     

"Iya sih, tapi ga semua keluarga polisi bisa beladiri kan Ra."     

"Beda sama bang Arka, dia mewajibkan Humaira untuk bisa bela diri."     

"Rey tahu kamu jago be;adiri?"     

"Enggak ma, Rey ga tahu, Ira ga pernah cerita, dan Rey juga tak pernah nanya."     

"Dasar kamu,"     

"Biar aja sih ma."     

"Ternyata kamu sebelas dua belas sama Jelita."     

Humaira terkekeh, dulu humaira sering dibully itu sebabnya sang kakak mengajarinya beladiri agar ia pandai menjaga dirinya sendiri, karena tak selalu abangnya ada di dekatnya.     

Tak berapa lama mobil yang dikendarai Arka tiba di lokasi, Arka sudah bisa menebak apa yang telah terjadi itu semua pasti kelakuan adiknya.     

"Kerja bagus adikku sayang." Puji Arka pada sang adik.     

"Silahkan dibawa pak polisi, saya udah ga butuh." Jawab Humaira dengan tersenyum.     

Arka terkekeh, kemudian berucap, "Untung kalian ga apa-apa, maaf terlambat."     

"ga apa-apa bang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.