aku, kamu, and sex

Perjuangan 5



Perjuangan 5

2Tuan Handoko menuangkan minuman dari teko yang ada di ats meja makan, lalu duduk seorang diri di ruang makan namun pikirannya menerawang memikirkan kemungkinan besar jika selena adalah putrid dari ketua geng Kingdom Crush pelaku penculikan Ronald.     

"Tuan," Sapa Selena sambil berdiri tak jauh dari Tuan Handoko duduk.     

"Harus berapa kali aku bilang padamu, panggil aku ayah bukan Tuan, aku bukan majikanmu." Ucap Tuan Handoko dengan nada pelan namun terkesan dingin, membuat Selena menjadi tak enak hati karenanya.     

"Maafkan saya Tu_ ayah." Kata Selena.     

"Duduklah, aku ingin bicara." Perintah Tuan Handoko pada Selena, dia harus jujur dengan Selena tentang kingdom crush dan tentang keluarganya.     

Selena melangkah pelan, lalu menarik sebuah kursi di hadapan Tuan Handoko.     

"Kamu pernah mendengar kingdom crush?" Tanya Tuan Handoko dengan tatapan tajam membuat Selena langsung menunduk karena takut.     

"Dari mana ayah tahu?" Tanya Selena dengan suara yang agak bergetar, membuat Tuan Handoko menjadi menaruh curiga pada gadis itu.     

"Jawab saja pertanyaanku." Jawab Tuan Handoko tegas.     

"Kingdom crush adalah nama perusahaan dan geng ster milik ayahku." Jawab Selena dengan rasa takut yang begitu besar di hatinya.     

"Kamu? Anak dari pemilik Kingdom Crush?" Tuan Handoko ingin meyakinkan apa yang ia dengar dari Selena.     

"I_Iya,"     

"Siapa nama ayahmu?" Tanya Tuan Handoko penasaran, karena memang dia tak pernah mengerti kenapa Kingdom Crush tega menghancurkan keluarganya.     

"Diego_Diego Santez." Jawab Selena semakin dalam menunduk.     

Tuan Handoko tak percaya dengan apa yang ia dengan Diego santez adalah sahabat dekatnya selain Sanjaya, apa maksud Diego menculik Ronald dan berusaha menculik Danil? Sebenarnya apa yang terjadi?apa yang mereka inginkan? Kenapa dengan tega ia menghancurkan keluarganya? Semua masih saja menjadi misteri yang sulit terungkap kecuali Ronald berhasil menemukannya dan membawa bajingan itu kehadapannya.     

Tuan Handoko melangkah meninggalkan meja makan tanpa suara sedikitpun, bahkan Selena dibuat bingung oleh sikap Tuan Handoko yang tiba-tiba berubah menjadi dingin kepadanya, apa ada yang salah dengan dirinya atau apa Selena benar-benar tidak mengerti.     

"Ayah_" Selena tak melanjutkan ucapannya ketika Tuan Handoko member isyarat kepadanya untuk diam, dan selena pun tak berani membantah.     

Tuan Handoko terus berjalan masuk ke dalam kamarnya, berdiri di balkon kamar sambil menatap langit malam yang terang penuh cahaya bintang.     

"Apa yang kau ingin kan Diego? Apa maumu sebenarnya? Kenapa kau tega menghancurkan keluargaku?" Gumam Tuan Handoko namun masih bisa di dengar Selena yang diam-diam mengikutinya dari belakang tanpa Tuan Handoko ketahui.     

"Ceritakan padaku, apa yang dilakukan ayahku pada keluarga ayah."     

DEG     

Jantung Tuan Handoko berdetak cepat, kaget. Kenapa bisa Selena masuk ke dalam kamarnya.     

"Bagaimana kau bisa masuk ke dalam kamarku?" Tanya Tuan Handoko dingin.     

"Ayah bahkan lupa menutup pintu kamar, tolong ayah, ceritakan padaku apa yang dilakukan oleh ayahku pada keluarga ayah?" Desak Selena pada Tuan Handoko, dia ingin tahu seberapa besar kejahatan yang diperbuat oleh ayahnya.     

"Keluarlah, sebelum aku marah." Ucap Tuan Handoko pada Selena dengan nada keras dan lebih dingin dari biasanya.     

Namun Selena mengeleng, "Tidak, aku tidak akan keluar sebelum ayah menceritakan apa yang ayahku lakukan terhadap keluarga ayah."     

"Keluar!!!" Bentak Tuan Handoko membuat Selena terjingkat kaget. Namun Selena mengukuhkan pendiriannya, dia tetap diam berdiri di hadapan tuan handoko yang sedang marah.     

"Tidak, sebelum ayah menceritakan semuanya." Jawab Selena dengan nada yang juga tak kalah dingin.     

"Selena ayah tidak mau berbuat kasar padamu, jadi keluarlah sekarang." Kata Tuan Handoko lalu membuang pandangannya kearah luar dengan pemandangan pepohonan yang rindang.     

"Kau bunuh aku sekalipun aku takkan pernah keluar dari ruangan ini, sebelum kau menceritakan apa yang ayahku lakukan terhadap keluargamu." Tandas Serena dengan menatap Tuan Handoko, ia sudah menyiapkan mentalnya jika tuan handoko akan berbuat kasar padanya, atau bahkan membunuhnya.     

Tuan Handoko membalikkan tubuhnya jadi mengahadap Selena, memang gadis keras kepala, dia bahkan berani menatap tajam kearah dirinya sekarang.     

"Baik, ayah akan menceritakan segalanya padamu, tapi kamu jangan menyesal jika telah mendengarnya."     

"Trimakasih ayah, aku tidak akan pernah menyesal, justru aku akan menyesal jika aku tak mengetahui apa-apa tentang ayahku."     

"Duduklah." Perintah Tuan Handoko yang juga langsung duduk di sebuah kursi taman di balkon kamarnya.     

Selena duduk di samping Tuan Handoko yang pandangannya lurus keluar rumahnya.     

"Ceritakanayah, aku sudah siap mendengarnya." Ucap selena dengan suara lembut, membuat Tuan Handoko berpikir bagaimana bisa Diego mempunyai anak yang berhati lembut seperti Selena, sedangkan ia adalah seorang psykopat.     

Sebelum bercerita Tuan Handoko mengambil sebuah foto using di laci nakas kamarnya, lalu duduk kembali disamping Selena sambil menyerahkan foto wisuda tersebut. Dengan ragu Selena mengambil foto itu, dan matanya terbelalak ternyata itu adalah foto ayahnya dan tuan handoko beserta seorang laki-laki tampan, mungki juga sahabat mereka berdua sedang saling memeluk pundak dan senyuman lebar.     

"Apa itu ayahmu?" Tanya Tuan Handoko sambil menatap Selena, kemudian Selena mengangguk pelan, mengiyakan bahwa itu memang foto ayahnya.     

"Ayahmu, aku dan laki-laki itu bernama sanjaya, kami bertiga berteman sejak semester pertama di kampus hingga kami lulus, namun sejak kelulusan kami aku tidak lagi berjumpa dengannya hingga detik ini."     

"lalu apa yang di lakukan oleh ayahku, hingga membuatnmu bersedih dan juga marah padanya?" Tanya Selena pelan.     

Tuan Handoko mendesah nafas berat, "Dia menculik anakku saat anakku berusia lima tahun, lalu menjadikan anak sekecil itu budak sex, hingga ketika anakku bisa lolos anakku mengalami trauma yang luara biasa, membuat istriku tak kuat menahan kesedihan karena melihat anak kami yang seperti orang gila. Akhirnya istriku bunuh diri."     

"Kak Danil atau Jelita?"     

"Bukan keduanya, Jelita dan Danil adalah anak sahabatku."     

Selena mengernyitka dahinya, "terus?"     

"nama anakku adalah Ronald, dan Rey. Ronald diculik oleh ayahmu dan ketika dewasa dia menjadi gay walau kini ia telah bisa menjalani kehidupan sebagai laki-laki normal, namun aku yakin dia masih menyimpan trauma itu hingga sekarang, dan menyimpan dendam pada ayahmu."     

"Sejak istriku meninggal aku mengurus Ronald dan Rey yang saat itu masih berumur satu tahun seorang diri, hingga suatu hari Ronald ingin membunuh adiknya karena akibat dari taraumanya, lalu aku menitipkan Rey pada Sanjaya, ayah Jelita."     

Selena tak menyangka jika ayahnya sangatlah kejam, bukan hanya dengan dirinya bahkan pada ibunya pun dia sangat kejam, Selena meneteskan air matanya, lalau buru-buru menyekanya sebelum Tuan Handoko memergokinya.     

"Aku akan membantu Ronald jika dia ingin membalas sakit hatinya." Ucap Selena tiba-tiba yang membuat Tuan Handoko menoleh.     

"Sebenarnya aku tak ingin dia membalas dendam, bagaimanapun perbuatan itu tidak lah baik untuk dirinya, namun aku butuh alasan mengapa Diego tega menghancurkan keluargaku."     

"Maka hancurkan keluarganya juga ayah."     

"Apa maksudmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.