Perjuangan 8
Perjuangan 8
"Hari ini kamu sudah mulai kerja lagi, Ra?" Tanya Ronald pada Humaira yang sedang menuangkan nasi di piring Rey.
"Iya kak." Jawab Humaira dengan tersenyum.
"Oke, kakak mau bicara padamu, tapi nanti setelah kita sarapan." Ucap Ronald kemudian menyuapkan nasi pada Rena.
"Oke, jadi deg-deg an nih Ira, Kak." Ujar Humaira sambil membetulkan posisi duduknya.
"Enak ga kak jadi dokter?" Tanya Rena pada Humaira yang sedang mengunyah makanannya.
"Enak sih, kan udah cita-cita dari kecil, kamu cita-citanya apa Ren?" Humaira balik bertanya pada Rena.
"Rena mau jadi ahli tanaman, supaya tanaman bunga Rena tumbuh subur, dan indah sepanjang hari." Jawab Rena sambil tersenyum lebar.
"Kirain mau jadi ibu rumah tangga aja, Ra." Sergah Ronald.
"Ih, penghinaan itu namanya." Ucap Rena sambil melirik kea rah Ronald.
"Lha habisnya kamu minta nikah muda." Tandas Ronald.
"kalau aku nikahnya umur dua puluh delapan, lalu berapa umur Om coba, dah ketuaan nikah sama Rena nanti."
Rey hampir menyemburkan makanannya saat mendengar ucapan Rena, "bener juga kamu Ren." Ucap rey yang menyetujui ucapan Rena. Sedangkan Ronald sudah memasang wajah masam.
"Akhirnya mama punya temen untuk merawat bunga-bunga mama, tapi sayang kamu ga tinggal disini, coba kamu disini mama kan jadi ada yang bantuin merawat bunga-bunga mama." Ujar Sang mama.
"Tenang aja, habis ini Rena bantuin merawat bunga-bunga mama." Kata Rena sambil tersenyum kearah mama mertuanya.
"Terimakasih sayang." Jawab sang mama dengan wajah yang sumringah. Sedangkan sang papa hanya geleng-geleng kepala melihat reaksi bahagia dari istri tercintanya.
Belum selesai menyantap makanannya ponsel Ronald bergetar, enggan rasanya ia mengangkat telpon kala ia sedang menikmati waktu bersama keluarganya, tapi setelah ia melihat nama sipenelpon, Ronald buru-buru meletakkan sendok dan garpu lalu meminta ijin untuk menerima panggilan telpon yang ternyata dari ayahnya.
"Assalamualaikum, ayah." Sapa Ronald.
"Waalaikumsalam." Sahutan dari sang ayah mengema di telingga Ronald.
"Ayah sehat?" Tanya Ronald yang merasa khawatir dengan kesehatan ayahnya karena begitu banyak permasalahan yang mereka hadapi.
"Alhamdulilah ayah sehat-sehat saja." Jawab Tuan Handoko di seberang telpon.
"Syukurlah, ada apa ayah menelpon Ronald pagi-pagi begini?"
"Ayah ingin memberitahumu sesuatu."
"Apa itu ayah?" Tanya Ronald penasaran.
"Anak pemilik Kingdom Crush ada bersama ayah, jadi ayah harap kamu mampir ke negara F tempat ayah berada saat ini, untuk bertemu dengannya dan menyusun strategi untuk menghancurkan Kingdom Crush."
Ronald mendengarkan dengan seksama apa yan g di katakana oleh ayahnya, lalu menjawab, "Baiklah ayah, sebelum ke negara A, nanti Ronald akan mempir dulu ke tempat ayah di negara F." Sahut Ronald.
"Baiklah, ayah akan menunggumu, kapan kamu berangkat?"
"Mungkin dua hari lagi."
"Baiklah, hati-hati dan selalu waspada."
"Baik ayah."
"aku tutup dulu telponnya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, ayah."
Ronald memutus panggilan telpon, lalu pikirannya melayang ke sosok perempuan yang sedang bersama ayahnya, gadi itukah yang dimaksud oleh papanya bahwa ayahnya bersama seorang perempuan berjilbab.
"Dia berjilbab?" Gumam Ronald lalu mengendikan bahunya, dan kembali ke ruang makan untuk menuntaskan sarapannya.
"Telpon dari ayah?" Tanya Rey.
"Iya, dari ayah, dia meminta ku untuk mampir ke pabrik sebelum ke negara A."
"Apa ada masalah?" Tanya Rey lagi.
"Ayah punya Sandra, yaitu putrid dari pemilik kingdom crush."
"Apa jangan-jangan yang berjilbab itu, yang menjadi asisten ayahmu?"Tanya sang papa.
"Aku juga berpikir demikian, tapi apa mungkin dia berjilbab, secara di negara sana sangat jarang warga muslim." Ujar Ronald.
"Kapan kalian berangkat?" Lagi, papa bertanya.
"Besok pa, semoga kerjaan bisa selesai semua hari ini jadi aku bisa segera berangkat ke negara F dan A secepatnya."
"Baiklah, kalian harus hati-hati." Ujar sang papa.
"Baik pah." Sahut Ronald.
Tak lama kemudian mereka menyelesaikan sarapannya, dan kembali ke rutinitas masing-masing, papa pamit berangkat ke kantor terlebih dahulu, sang mama dan Rena merawat bunga di kebun belakang dan depan rumah keluarga Sanjaya, sedangkan Humaira dan Rey menunggu Ronald yang sedang mengambil sesuatu di kamarnya.
Sekitar lima menit kemudian Ronald kembali menemui kedua adiknya, Rey dan Humaira.
"Ini buat kamu Ra, bacalah dulu." Ucap Ronald sambil menyodorkan map berisi beberapa berkas.
Humaira terbelalak kaget lalu menatap Rey yang tersenyum ke arahnya, karena Rey sudah tahu apa yang kakaknya berikan untuk Humaira.
"Kak, ini__" Ucap Humaira namun langsung di potong oleh Ronald.
"Rumah sakit itu adalah milik mama, dia pasti senang karena punya menantu yang sholih dan juga seorang dokter seperti yang dicita-citakannya, makanya kakak memberikan itu untuk kamu." Tandas Ronald.
"Ini_Ini terlalu berlebihan kak." Ucap humaira.
"Tidak ada yang berlebihan untuk sebuah keluarga, Ira. Terimalah kakak yakin kamu bisa mengelolanya dengan baik."
"Tapi kak__"
"Tidak ada tapi-tapian, kamu harus menerimanya." Ucap Ronald lembut kemudian meninggalkan kedua adiknya menuju ke tempat Rena dan sang mma berada untuk meminta ijin berangkat ke kantor.
"Rey ini__" Humaira tetap saja merasa tidak enak menerima hadiah kakaknya ini.
"Terimalah, Kak Ronald memang pernah berja nji akan memberikan rumah sakit itu pada adik iparnya, jika adik iparnya adalah perempuan cantik dan Sholih."
"Ya Allah Rey." Humaira mendesah nafas berat, mau tak mau ia harus menerima hadiah pemberian dari sang kakak ipar.
"Baiklah, aku akan menjaga rumah sakit itu dengan baik." Janji Humaira, dan Rey tersenyum serta mencium kening istri tercintanya.
"Selamat ya sekarang menjadi Bu Direktur." Ucap Rey sambil mengelus pipi Humaira.
""Kok nangis si sayang." Lanjut Rey sambil menghapus air mata di pipi Humaira.
"Aku ga nyangka kak Ronald akan mempercayakan rumah sakit itu kepada ku, Rey." Ucap Humaira sambil terisak.
"Kakak percaya padamu, maka jagalah kepercayaannya, sekarang jangan nangis lagi ya, aku ga mau kamu sedih."
Humaira tersenyum, kemudian memeluk Rey yang ada disampingnya.
"Kok malah nangis sih Ra?" Ucap Ronald yang tiba-tiba saja datang dari arah dalam.
"Terimakasih ya kak, Humaira akan menjaga amanah ini dengan baik." Ucap Humaira sambil menatap Ronald.
"Kakak percaya sama kamu, kakak berangkat ke kantor dulu ya, nanti sore kita adakan peresmian kamu menjadi direktur di rumah sakit, kakak sudah berbicara dengan staff disana, untuk menyiapkan segalanya."
"Iya kak, terimakasih, kakak hati-hati di jalan."
"Oke, Assalamualaiku."
"Waalaikumsalam."
Ronald melangkah menuju ke mobil nya namun ia terkejut saat tiba-tiba ada batuyang terlempar ke arah mobilnya yang mengakibatkan kaca mobil bagian samping pecah.
Rey langsung berlari untuk melihat apa yang terjadi.
"Kak Ronald!" Teriak Rey panic.