aku, kamu, and sex

Pergerakan 3



Pergerakan 3

1Rey berlari menuju ke parkiran lalu segera melajukan mobilnya kea rah kantor, semoga dia tak terlambat untuk sampai kantor.     

Beberapa saat kemudian Rey sampai di kantornya dan langsung berlari menuju lift terdekat, bahkan karyawan yang berpapasan sampai melongo melihat sang bos yang berlari dengan sangat cepat.     

"Tumben Pak Bos larinya terburu-buru gitu?" Ucap salah satu karyawannya.     

"Mana tahu, ada yang penting dan mendesak kayaknya." Sahut karyawan lainnya.     

Rey tak memperdulikan omongan mereka semua, fokusnya adalah segera sampai ke ruangannya agar bisa menyelamatkan data-data disana.     

Lift yang ia naiki berhenti dilantai yang ia tuju. Lagi, dia berlari kea rah ruangannya, sang sekertaris yang berada di depan pintu kantornya sampai terbengong melihat aksi Rey yang berlari dengan kencang.     

Dengan nafas terenggah, Rey langsung membuka computer dan Laptop sekaligus, dan benar saja yang di katakana Jelita, keamanan kantornya sedang ada yang menjajah, mau tak mau kini ia harus berhadapan denagan lawan yang mencoba membobol sistem keamanan data-data kantornya.     

" Damn!!!" Teriak Rey kesal, karena rupanya lawannya kali ini sangat tangguh, dan lincah dalam mengoperasikan computer. Untung saja Jelita segera menghubungi nya bagaimana jika tidak? Rahasia perusahaannya akan berceceran dimana-mana dan itu akan menjadi sesuatu yang buruk untuk perusahaannya.     

Di rumah sakit Humaira dibuat bingung karena kepergian Rey yang tiba-tiba dan tak memberitahunya, padahal dia tahu jika sebentar lagi acara serah terima jabatannya dengan Ronald akan segera di mulai, tapi Rey justru menghilang tanpa kabar.     

Tak sabara menunggu Rey menghubunginya, Humaira menelpon sekertaris Rey, dalam hatinya bersyukur karena ternyata Rey baik-baik saja dan dia berada di akntornya, tapi yang membuat ia penasaran adalah sebab Rey yang tiba-tiba kembali ke kangtor pada saat acara di rumah sakit akan segera di mulai.     

Ronald mendekat kearah adik iparnya yang tampak gelisah, lalu menepuk bahunya pelan yang membuat Humaira terjingkat kaget.     

"Jangan melamun, Rey baik-baik saja pasti." Ucap Ronald dengan tersenyum mencoba menenangkan adik iparnya ini.     

"Rey ada di kantornya sekarang, yang membuat aku heran kenapa tiba-tiba dia ke kantor bahkan kata Pak wahyu dia tampak tergesa-gesa." Kata Humaira dengan menoleh kea rah Ronald.     

"Mungkin ada masalah di kantornya, sebentar aku telpon andi dulu." Ronald merogoh saku celananya dan menekan tombol berisi no telpon andi.     

Humaira menatap pungung kakak iparnya yang sedang menelpon asisten Rey yang lainnya, dan tak lama terlihat Ronald berbalik dan kembali menghampiri Humaira.     

"Ada yang mencoba membobol sistem keamanan perusahaan, jadi ia tergesa-gesa ke kantor untuk menyalamatkan data-data kantor, kamu tenang saja, dalam hal ini Jelita dan Rey adalah ahlinya, kamu tahu itu kan?" Ujar Ronald kemudian mengajak Humaira kembali ke ruang acara.     

Humaira menarik nafas lega sambil berjalan kembali ke ruangan pertemuan berdampingan dengan kakak iparnya.     

Baru saja mereka akan membuaka pintu ruang pertemuan, Ronald dan Humaira di kagetkan dengansuara yang sangat familiar di telinga mereka.     

"Om!!!" Teriak Rena dari arah belakang.     

Rena berlari kearah Ronald saat melihat laki-laki itu merentangkan kedua tangannya, sedangkan Humaira berjalan mendekati sang mama mertua yang datang bersama dengan Rena.     

"Kok mama ga bilang mau kalau mau datang?" Ucap Humaira setelah mencium pungung tangan dan pipi mertuanya.     

"Sengaja mama bikin kejutan, lagian mana mungkin mama melewatkan acara seperti ini, mama ingin dukung kamu sama Ronald." Tandas sang mama.     

"Terimakasih ma."     

"Mana Rey?" Tanya sang mama.     

"Masih dikantor, sebentar lagi juga datang." Jawab Humaira sambil mengandeng tangan sang mama menuju ke ruang pertemuan yang sudah berkumpul para pejabat tinggi rumah sakit dan tenaga medis yang bekerja di rumah sakit tersebut.     

"Mama." Sapa Ronald kemudian mencium pungung tangan sang mama lalu mencium pipinya.     

"Ayo masuk, kakai mama pegel."     

"Baru mau jadi nenek, masak jalan dari sini situ aja udah pegel." Cela Ronald dengan tersenyum menggoda sang mama.     

"Om, jangan sembarangan ngomong, jelas mama capek orang dari tadi jalan-jalan mulu sama Rena." Ujar Rena dengan tersenyum lebar.     

"Jalan-jalan? Kemana?"     

"Ke toko bunga Rena."     

"Besok lagi ga ada jalan-jalan kecuali dapat ijin dari papa, aku, atau Rey."     

"kenapa memangnya, posesif banget."     

"Takut kejadian lagi kayak kemarin mah."     

"Semoga aja enggak, masak mau nyulik mama tiap hari sih, Ronald. Kamu mah ada-ada aja."Ucap sang mama.     

Mereka duduk di kursi yang secara kusus di persiapkan untuk mereka, Tak lama Arka datang bersama Arlita dengan bergandengan tangan.     

"Itu tangan kenapa digandeng-gandeng gitu? Takut ilang?" Celetuk Mama Jelita menggoda Arka dan Arlita.     

Sontak keduanya jadi malu dan langsung melepaskan tautan tangan mereka.     

"Halalin dulu baru digandeng." Celetuk Humaira pada sang kakak, dan mendapat sentilan di dahinya.     

"Apa kabar kalian berdua, apa lagi kamu Arka, kalau ga ada Ramond di rumah kamu ga pernah kerumah lagi." Ujar Mama Jelita.     

"Bukan begitu, Tan. Sekarang lagi sibuk aja, ini juga sambil jenguk orang disini jadi bisa sekalian datang."     

"Oh, jadi kalau ga sambil jenguk orang ga mau datang nih." Lagi, Humaira protes pada sang kakak.     

"Abang pasti akan selalu meluangkan waktu untuk kamu, adik abang yng paling cantik." Ujar Arka sambil menyubit pipi adiknya.     

"Sakit ih abang." Protes Humaira.     

"Mana Rey?" Tanya Arka pada Humaira.     

"lagi dikantor tadi ada masalah katanya, jadi buru-buru balik ke kantor."     

"Oh gitu, bukan masalah seriuskan?"     

"Semoga aja."     

Dikantornya Arka berusaha secepat mungkin menyelesaikan pertarungannya dengan seorang hacker yang terbilang handal. Lalu dengan menekan satu enter dia melumpuhkan lawannya telak. Virus yang mencoba menerobospun di halau dengan sempurna oleh Rey, kini Rey harus menambahkan lagi sistem keamanan berlapis untuk mengamankan kantornya.     

"Akhirnya selesai juga." Rey menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan, lalu ia segera menganti kemejanya dengan kemeja yang bersih. Untung saja sekertarisnya ini selalu melondry pakaiannya yang ia tinggal dikantor sehingga pada situasi seperti ini ia dengan mudah mengganti pakaiannya.     

Setelah menganti pakaian, Rey segera berlari keluar ruangan menuju ke lift kusus dan ia tak mengijinkan lift itu berhenti di setiap lantai, lift itu langsung ke lobi lantai dasar.     

Lagi, Rey berlari setelah pintu lift terbuka, di depan kantor sudah menunggu sekuriti yang sudah mengganti mobil Rey dengan mobil yang sering di tinggalkan Jelita di kantor.     

"Terimakasih." Ucap Rey pada sekuritinya karena telah membukakan pintu mobil untuknya.     

Rey menancap gas melaju ke jalanan dengan kecepatan tinggi, walau terkadang ia harus menyalip beberapa kendaraan yang melaju di depanya dan juga lampu merah yang memaksanya berhenti.     

Dan tak berapa lama, Rey sampai di rumah sakit tempat dimana semua orang telah menunggunya, bahkan sang istri selalu menatap kea rah pintun menunggu kedatangannya.     

Humaira bernafas lega ketika melihat Rey berdiri diambang pintu dengan senyum mengembang.     

"Laki-laki luar biasa." Gumam Humaira yang masih bisa terdengar di telinga Ronald dan sang mama yang duduk tak jauh darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.