aku, kamu, and sex

Pergerakan 5



Pergerakan 5

0Matt duduk di kursi kursi kebesarannya, di hadapannya sudah duduk pula anak buahnya yang siap menerima titah dari Matt.     

"Dalam beberapa hari kedepan kita akan kedatangan tamu penting, dan aku ingin kalian membantunya dan menjaganya dengan baik, dia adalah salah satu orang yang berpengaruh di dunia hitam, karena dia adalah salah satu pemilik pabrik senjata terbesar di negara R, yang selalu memasok senjata untuk kita." Perintah Matt pada anak buahnya.     

"Regan, kamu dan aku akan bertugas menjemput dia di bandara. Scoot kamu tunggu kami di rumah ku."     

"Apa kamu ingin membawa tamu kita ke rumahmu? Kau yakin?" Tanya Scoot.     

"Ya, sudah aku bilang, dia orang penting, kita akan membantunya karena kita mempunyai musuh yang sama dengannya, Kingdom Crush."     

"Baiklah, aku percaya padamu, Matt. Sebenarnya siapa tamu kita itu?" Tanya Scoot.     

"Nanti juga kamu akan tahu siapa dia."     

Scoot dan Regan mengangguk, kemudian Matt bangkit dan pergi meninggalkan ruang pertemuan, setelah membubarkan anak buahnya.     

"Kamu mau kemana Matt?"     

"Mau mencari Molly."     

"Apa kau mulai membuka hati padanya?"     

"Setidaknya sampai aku melihat Arlita menikah, baru aku akan memikirkan tentang hidupku."     

"Kau egois Matt, apa kau tak tahu bagaimana perasaan Molly padamu selama ini?"     

"Aku tahu."     

"Lalu? Kau hanya menjadikan dia pemuas nafsumu?" Scoot semakin emosi, bagaimanapun mereka bertiga selama ini adalah sahabat yang sangat dekat, scoot tak mau salah satu sahabatnya terluka dan patah hati.     

"Aku bahkan hanya tidur dengannya sekali, itu pun sebelum aku mengenal Arlita."     

"Apa?"     

"Kau gila Matt, bahkan kau tak ingat apa yang telah kau lakukan kemarin malam dengannya, kau bilang itu hanya sekali. Brengsek kau Matt!!"     

Matt berbalik, lalu menatap tajam Scoot, "Apa maksudmu?"     

"Kau benar-benar tidak ingat?" Tanya Scoot sambil mencibirr.     

Matt mencoba mengingat-ingat apa yang ia lakukan kemari malam, dan ingatannya merangkai kepingan peristiwa, ya kemarin malam Matt mabuk dan menyangka Molly adalah Arlita, dan "SHIT!!" Teriak Matt langsung bergegas meninggalkan Scoot yang tersenyum smirk, beserta Regan yang hanya diam menatap dua bos sekaligus sahabatnya ini saling melempar omongan.     

Matt memacu mobilnya menuju rumah di tengah kota yang tak jauh dari beberapa club malam yang ternama di kota itu, Matt segera masuk ke halaman rumah Molly lalu memarkirkan mobilnya asal.     

Matt merangsuk masuk ke dalam rumah Molly yang dia sudah hafal betul nomor combinasi pintu rumah Molly.     

Baru saja Matt masuk ke dalam rumah sudah terdengar teriakan dari kamar Molly yang membuat Matt mempercepat berlari untuk menggapai pintu kamar molly yang ternyata terkumci dari dalam.     

"Molly!! MollY!!"teriak matt.     

Matt, tolong!!Matt!!" Mendengar jeritan Molly, matt langsung menendang pintu kamar molly hingga hancur, dan di begitu terkejut saat ada laki-laki yang berusaha memperkosa Molly.     

Matt yang kalap langsung menendang laki-laki itu hingga terguling ke samping ranjang Molly, dengan sigap Molly langsung berlari memeluk tubuh Matt.     

"Tidak apa-apa Molly, ada aku, biar aku hajar si brengsek itu." Ujar Matt dengan mata yang menatap tajam laki-laki berambut pirang dan bertubuh tinggi.     

"Matt." Panggil Molly yang khawatir karena laki-laki itu sudah bangkit dan akan menyerang Matt.     

Matt melirik Molly sekilas, "Pergilah, masuklah ke dalam mobilku, tunggu aku disana, aku tidak akan lama."     

Dengan sedikit ragu, Molly mengangguk lalu menyambar jaket yang tergantung di dinding lalu meninggalkan Matt dan laki-lamki yang akan memperkosanya itu.     

BUGH     

BUGH     

BUGH     

Matt memukul dan menendang laki-laki itu tanpa ampun, dan tak memberi waktu untuk sekedar melawannya.     

Beberapa detik kemudian, Matt sudah menghabisi nyawa laki-laki itu dengan mudah, dan pergi begitu saja dari kamar Molly.     

Matt membuka pintu mobil dan menemukan molly memeluk lututnya di samping kemudi. Dengan penuh rasa sayang Matt memeluk tubuh Molly yang mengigil ketakuta, dan memebelai pungung wanita itu dengan lembut.     

"Tenanglah, kamu sudah aman, kamu sudah aman."     

"Kau apakan orang itu."     

"Aku membunuhnya."     

"Matt," Molly menatap penuh wajah Matt yang menatapnya dengan tatapan teduh.     

"Aku tak kan membiarkan siapapun yang menganggumu hidup, Molly. Apa lagi dia ingin memperkosamu, itu yang harus dia dapatkan."     

"Tapi Matt?"     

"Tapi apa? memangnya dia siapa? Kenapa kau menjadi khawatir?"     

"Dia_dia itu ayah tiriku, Matt."     

"Brengsek!!harusnya kau bilang, aku akan menyeretnya ke hadapan ibumu, biar dia tahu laki-laki apa yang dia nikahi. Bajingan!!" Umpat Matt.     

"Tinggallah bersamaku, tinggalkan rumahmu ini."     

"Bagaimana dengan ibuku."     

"Biar dia urus dirinya sendiri, kau sudah cukup bertahan dan bersabar menghadapinya, dan jagan lagi, sudah cukup Molly." Ucap Matt tegas.     

Matt mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya lalu menghubungi anak buahnya, "Bereskan tikus di rumah Molly." Lalu matt mematikan ponselnya, sebentar lagi anak buahnya datang dan akan mengeksekusi ayah tiri Molly.     

Matt menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah Molly, dan melajukan mobilnya kearah rumahnya di tepi danau buatan. Rumah itu adalah rumah impian Matt dan Arlita yang menginginkan mempunyai rumah danau yang sejuk dan asri, namun semua kini sia-sia, karena Arlita memilih untuk hidup bersama dengan laki-laki lain, dan Matt tahu dia lebih baik darinya.     

Matt memeluk tubuh Molly yang bersandar di bahunya, Matt dapat merasakan tubuh Molly masih bergetar ketakutan. Mollyb memang pemilik club malam ternama, tapi dia bukan wanita murahan yang mau tidur dengan sembarang laki-laki, Matt tahu selama ini Molly hanya tidur dengan satu laki-laki yaitu dirinya.     

Matt juga sangat tahu, bagaimana Molly mencintainya dengan sepenuh hati dari mereka masih kecil hingga sekarang.     

Tak lama mobil yang dikemudikan oleh Matt telah sampai di rumah milik matt, Molly mengedarkan pandangannya kesegala penjuru, yang ia lihat hanya tumbuhan dan bunga-bunga indah mengelilingi jalan menuju ke rumah kecil di tepi danau.     

"Rumah siapa ini Matt?"     

"Rumahku. Ayi turun."     

"Kapan kau membangun rumah ini, kau bahkan tidak member tahu aku jika kau membeli tanah di daerah ini, Matt."     

"Maafkan aku Molly. Ayo kita masuk." Ajak Matt yang langsung mengandeng tangan Molly.     

"Kau menyukai rumah ini?" Tanya Matt.     

"Hm." Jawab Molly singkat sambil mengedarkan pandangannya ke segala isi rumah unik yang ia masuki.     

"Kau melihat apa?"     

"Kau pasti membangun rumah ini untuk kau tempati bersama Arlita, kan?" Tanya molly yang masih asik menatap lukisan yang tertempel di dinding."     

"Hanya kau yang dapat menebak segala impian dan pikiranku." Ucap Matt pada Molly sambil menunduk dan kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana levis yang ia pakai.     

"Karena aku sahabatmu, Matt?"     

"Kau sahabat yang baik Molly."     

"Dan kau sahabat yang brengsek."     

"Tapi kamu suka."     

Molly menatap Matt kemudian mendekati Matt lalu mencium bibir Matt yang selalu menjadi sumber gairahnya. Matt membalas ciuman Molly dengan lembut sambil mendorong molly kea rah kamar mandi.     

"Mandilah,"     

"Bersamamu." Ucap Molly yang langsung menarik Matt ke dalam kamar mandi lalu menutupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.