aku, kamu, and sex

Pergerakan 6



Pergerakan 6

0Pesawat yang membawa Ronald bersama Rena dan Arya telah mendarat dengan selamat di bandara di negara F. Di hadapan mereka telah terparkir mobil yang sudah disiapkan Tuan Handoko untuk menjemput mereka.     

Ronald mengandeng Rena lalu membimbingnya masuk kedalam mobil yang pintunya sudah dibuka oleh Arya, mobil itu segera berlalu dari bandara menuju ke sebuah rumah mewah milik Tuan Handoko.     

Rena menatap jalanan yang mereka lewati, ini kali pertama Rena menginjakkan kakinya di egara tersebut, berbeda dengan sang suami yang sudah sering ke negara ini karena urusan bisnis dengan sang ayah.     

"Bagaimana ayah bisa membangun pabrik di negara ini? Aku sungguh tak mengerti orang-orang seperti ayah ku dan ayahmu."     

Ronald terkekeh mendengar penuturan istrinya, "Tak usah kau pikirkan, suatu saat kau akan mengerti dengan sendirinya."     

Setelah setengah jam berkendara, akhirnya mereka telah sampai di kediaman Tuan Handoko. Sang sopir menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk rumah, Tuan Handoko yang telah menunggu mereka sejak tadi tersenyum bahagia, melihat anak dan menantunya tiba dengan selamat.     

"Assalamualaikum, Ayah." Sapa Ronald yang langsung mendapat pelukan hangat dari Tuan Handoko.     

"Waalaikumsalam, apa kabar, nak?" Kata Tuan Handoko pada Ronald.     

Ronald tersenyum, "Alhamdulilah sangat baik, aku sehat seperti yang ayah lihat."     

"Hallo menantu ayah, apa kabar mu sayang." Ucap Handoko yang juga member pelukan hangat pada Rena.     

"Rena baik ayah, selama ayah tinggal disini baik-baik saja?" Tanya Rena balik pada sang ayah mertua.     

"Tentu ayah baik, apa lagi saat melihat kalian berdua ayah tambah lebih baik." Tuan Handoko tertawa renyah, kemudian menatap Arya dan berjabat tangan dengan asisten anaknya itu.     

"Apa kabar Arya?"     

"Saya baik Tuan."     

"Bagus kalau begitu, ayo kita masuk." Ajak Tuan Handoko membimbing anak dan menantunya untuk masuk, sedangkan Arya sudah tahu letak kamarnya, dia langsung undur diri untuk ke kamarnya di sebuah paviliun di samping rumah besar itu.     

"Bagaimana kabar adikmu dan orang tua mu disana?" Tanya Tuan Handoko pada Ronald setelah mereka duduk di sofa ruang keluarga, sang asisten rumah tangga dengan sigap menghidangkan the hangat untuk mereka. Sedangkan Rena langsung meminta ijin untuk istirahat karena lelah selama diperjalanan.     

"Mereka semua baik, walau ada insiden kecil kemarin."     

"Insiden apa?"     

"Rey hampir saja tertembak, untuk sang penembak salah sasaran jadi Rey bisa selamat, dan pelakunya adalah Kingdom Crush."     

"Kingdom crush? Apa mereka tahu kalau Rey itu anak ayah?"     

"Aku rasa tidak, Yah. Itu disebabkan karena mereka mencurigai Rey yang menyebabkan dibatalkannya kerja sama antara Kingdom Crush dengan perusahaan milik besan ayah."     

"Bagaimana bisa?"     

"Ayah mertuaku mengetahui jika Selma ini mereka telah membohonginya dengan menyebutkan bahwa anaknya diculik oleh mafia di negara C dan mereka akan membantunya dengan memberikan investasi ke kingdom crush, namun semua gagal setelah ke datangan Rey menemui ayah Richard, dan membawakan surat dari ibunya Danil, yang memberitahunya dimana anak dan mantan istrinya."     

"Dan ternyata anaknya adalah Rena,"     

"Ya,"     

Tuan Handoko menarik nafas panjang, lalu menyesap tehnya perlahan. "Aku akan mengenalkanmu pada seseorang."     

"Siapa ayah?"     

"Nanti kamu akan tahu, dia sedang di ruang kerja ayah, membantu ayah mengurus pabrik."     

"Baiklah."     

Tuan Handoko bangkit dan berjalan menuju ke ruang kerjanya diikuti Ronald yang berjalan di belakang sang ayah.     

"Masuklah." Perintah Tuan Handoko pada Ronald ketika mereka sampai di ruang kerja pribadinya.     

"Selena." Panggil Tuan Handoko pada Selena yang sejak tadi sibuk di depan laptop, Selena tersenyum menyambut kedatangan Tuan Handoko, lalu mengangguk canggung ketika melihat ada orang lain di belakangnya.     

"Dia siapa?" Tanya Selena dengan nada lembut.     

Dari matanya Ronald bisa melihat bila gadis di hadapannya bukan berasal dari negara yang sama dengannya, dan juga bukan pula dari negara yang saat ini ia kunjungi.     

"Kemarilah." Ucap Tuan Handoko pada Selena, kemudian gadis itu berjalan perlahan dan berdiri di dekat Tuan Handoko.     

"Ronald ini Selena__Selena_Santez." Ronald langsung mengerutkan dahinya tapi tetap menerima uluran tangan dari Selena yang sedang tersenyum ramah padanya.     

"Selena, ini putraku Ronald, yang pernah aku ceritakan padamu." Kata Tuan Handoko pada Selena, dan Selena langsung mengangguk sambil menatap Ronald dengan takut-takut, karena saat ini wajah Ronald walaupun tampan, namun aura kejamnya sangat terlihat dimatanya.     

"Tolong ceritakan ayah, kenapa anak dari Diego Santez ada bersama dengan ayah, dan bekerja dengan ayah?"     

Tuan Handoko menarik nafas panjang, kemudian mengajak mereka duduk di sofa di dalam ruangan itu. Lalu Tuan Handoko menceritakan semua yang sudah terjadi hingga Ia membawa selena ke negara itu.     

Ronald menatap selena penuh selidik, jangan-jangan Selena adalah suruhan Diego untuk memata-matai mereka.     

"Aku akan membantumu, menemukan ayahku." Ucap Selena yang mengejutkan Ronald.     

"Apa?!" Tanya Ronald meyakinkan diri.     

"Aku akan membantumu menemukan ayahku." Ulang Selena.     

"kenapa kau ingin membantuku."     

"Tak ada seorang anakpun yang menginginkan terlahir dari anak seorang penjahat apalagi seorang mafia seperti ayahku, tapi bagaimanapun dia tetaplah ayah untukku, aku ingin dia memperbaiki hidupnya."     

"Apa kau yakin ayahmu akan berubah, ayahmu adalah seorang Psikopat, yang tak akan segan-segan membunuh siapapun yang menantang perintahnya."     

"Kau lebih tau ayahku dari pada diriku rupanya." Selena kemudian menarik nafas panjang, lalu melanjutkan ucapannya,"Aku akan ikut dengan mu kenegaraku, dan akan aku tunjukkan daerah mana saja yang merupakan basis kekuatan ayahku, tapi satu hal yang aku minta padamu, jangan biarkan Kingdom Crush bangkrut, karena dibawah perusahaan itu banyak karyawan ayahku yang butuh untuk hidup dan melanjutkan hidup, perusahaan ayahku bukan perusahaan ilegal, dan bukan juga pabrik barang haram, jadi aku mohon padamu."     

Ronald berpikir sejenak, kemudian mengangguk pelan, "Aku hanya akan mengakuisisi perusahaannya, itu saja."     

"Baiklah." Ucap Rena.     

"Kau tidak keberatan?" Tanya Ronald yang merasa aneh pada Selena, bagaimana ia tak keberatan jika perusahaan itu akan menjadi miliknya, apa dia tak takut miskin?     

"Sama sekali tidak, aku masih punya lading gandum milik mendiang ibuku yang tertulis atas namaku." Jawab selena.     

"Dan kau ingin menjadi petani gandum?" Tanya Ronald sedikit bercanda, lalu Selena tersenyum.     

"Sepertinya begitu." Selena tertawa, Tuan Handoko hanya menyimak interaksi dua orang yang ada bersamanya, tanpa ingin menyampuri urusan mereka.     

"Ronald, bawa Diego hidup-hidup kepada ayah, aku ingin berbicara padanya?"     

"Untuk apa ayah?"     

"Ayah ingin tahu kenapa ia tega menghancurkan keluarga ayah, padahal aku adalah sahabatnya." Ujar Tuan Handoko dengan pandangan yang menerawang.     

"Baiklah, aku akan membawanya ke hadapan ayah, apa kau tak keberatan Selena?"     

Selena mengeleng pelan sambil tersenyum.     

"Semoga ayahku menyadari perbuatannya dan mengakuinya, walau aku juga tak bisa menjamin ayahku bisa berubah."     

"Apa yang akan kau lakukan jika berhasil menghancurkan gangster milik ayahmu?" Tanya Ronald pada Selena.     

"Menjadi petani gandum, sesuai yang di cita-citakan ibu dibuku catatannya." Selena tersenyum kecut, Ronald merasakan kepahitan di mata biru milik Selena.     

"Ronald kesini bersama istrinya, nanti aku akan perkenalkan kau pada menantu kecilku."     

"Baiklah, ayah, sepertinya akan menyenangkan."     

Ronald memastikan pendengarnya tidak salah, jika Selena memanggil ayahnya dengan sebutan;     

"Ayah?!" Tanya Ronald, Tuan Handoko dan Selena menatap Ronald kemudian terkekeh bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.