Pergerakan 2
Pergerakan 2
"Kamu ga apa-apa Rey?"Tanya Ronald khawatir pada adiknya, lalu menarik nafas lega.
"Syukurlah." Ucap Ronald kemudian duduk di sofa, yang tak jauh dari mereka.
"tolong jelaskan yang tadi bapak ceritakan." Ucap Rey pada Wahyu.
"Iya, dulu keponakan saya mengajak Pak Danil untuk bermain bola di taman, tapi Pak Danil menolak, akhirnya keponakan saya berjalan sendiri ke taman dan saat baru keluar dari pagar rumah ada mobil yang berhenti di depannya lalu membawanya pergi, aku melihat nya sendiri dengan mata kepala saya, bagaimana keponakan saya di bawa, dua jam kemudian Tuan Frans menerima telpon dari sang penculik, sebenarnya Tuan Frans sudah menebusnya tapi ternyata keponakanku telah kabur, dan hingga kini belum di temukan."
Ronald menatap pria paruh baya yang bersandar di ranjang rumah sakit dengan bahunya di perban.
"Siapa nama keponakan Pak Wahyu?" Tanya Ronald dengan menopang dagunya.
"Regan."
"Regan?" Ulang Ronald.
"Aku tahu dia dimana, aku akan membawanya kembali." Ucap Ronald sambil menatap Pak Wahyu.
"Benarkah?"
"Tentu, bantulah Rey mengurus perusahaan dengan baik, karena saya akan pergi dalam waktu yang cukup lama, dan akan membawa Regan kembali."
"Baik, Baik, Tuan. Saya akan membantu Pak Rey anda jangan khawatir tentang itu." Kata Wahyu dengan wajah bahagia karena ada harapan bertemu dengan keponakannya.
"Dimana kakak bertemu dengan Regan?"
"Dia yang menyelamatkanku saat aku kabur dari para penculik, sebenarnya kami kabur bersama tapi demi aku dia rela tertangkap, dan aku berjanji akan menyelamatkannya namun aku tak bisa berbuat apa-apa waktu itu, dan kini aku sudah tahu dimana ia berada, aku akan membawanya pulang."
"Apa dia juga di negara C?" Tanya Rey pada sang kakak.
"Iya, dia disana, dia bersama Matt."
"Apa!!??"
"Aku sudah memastikannya dan aku akan bertemu dengan Matt saat tiba di negara C." Kata Ronald.
"Harap anda berhati-hati Tuan."Ucap Wahyu memperingatkan Ronald.
"Bagaimana kakak tahu, kalau aku yang menjadi sasaran para penembak itu?" Tanya Rey pada sang kakak.
"Aku di kantor polisi bersama Arka dan arlita, menganalisa semua yang terjadi, kemungkinan besar mereka tidak mengetahui kalau kau adalah anak dari Handoko, berarti ada sebab lain megapa mereka juga mengincarmu?"
Rey mengerutkan dahi, "Apa mereka tahu jika aku yang mengacaukan data mereka?"
Ronald menarik nafas panjang, kemudian mengutarakan pendapatnya, "Itu salah satunya, alasan lain karena dirimu Ayah mertuaku tidak jadi menginvestasikan uangnya untuk membantu krisis yang mereka alami."
Kembali Rey mengerutkan dahi karena tak paham dengan situasi itu."Kenapa aku? Aku tak melakukan apapun."
Ronald bangkit dan berjalan menuju ke arah jendela disana, bersandar di dinding lalu berucap, "Memang sebenarnya kamu secara tidak langsung yang terlibat, karena sehari setelah pertemuanmu dengan mertuaku, dia membatalkan janjinya untuk bertemu dengan Diego Santez presdir Kingdom Crush. Karena mertuaku sudah mengetahui jika anak yang ia ceri selama ini ada tak jauh darinya, dan tak pernah di culik seperti apa yang mereka sampaikan."
"Hanya karena itu?" Tanya Rey.
"Ya, dan dia adalah seorang psykopat yang sangat berbahaya, karena itulah dia mengincar Humaira dan mama waktu itu, untuk memberimu peringatan, agar kau tak main-main dengan mereka."
Rey mangut-mangut, sekarang pazel yang hilang telah ditemukan, dan dia mengerti permasalahan yang sebenarnya.
"Sampai kakak berangkat ke negara C, itu berarti kita masih dalam bahaya." Ujar Rey.
"Benar, kamu harus lebih berhati-hati."
"Oya, Humaira ayo ke kantor rumah sakit aku ingin menyerahkan jabatan dirut rumah sakit padamu."
"Baik, kak. Ayo Rey."
"Kamu pergilah dulu sama kak Ronald sebentar lagi aku akan menyusul." Kata Rey pada sang istri.
"Baiklah, ayo kak."
Ronald keluar dari ruang rawat Pak Wahyu bersama Humaira, berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang ramai oleh pembesuk dan para suster yang sedang berjaga.
"Apa kamu menyesal menikah dengan adikku?"
Humaira melirik Ronald yang berjalan disampingnya, "Menyesal?" Tanya Humaira balik.
"Karena kau jadi terkena bahaya dengan menikahinya."
Humaira tersenyum mendengar ucapan sang kakak ipar, "Tentu saja aku menyesal. Kenapa ga dari dulu aku bertemu dengan Rey lalu menikah dengannya."
Ronald berganti menatap Humaira yang justru tersenyum kearahnya. "Terimakasih karena menerima adikku apa adanya, dan maaf kamu jadi ikut terlibat masalahku, biang dari semua masalah ini adalah aku."
"Kakak tak perlu minta maaf, kita satu keluarga sudah sepantasnya kita saling bantu dan saling dukung satu sama lain."
"Kamu memang adik yang baik, Rey tak salah memilihmu, kau juga wanita pemberani dan tangguh, aku mendengar semua dari mama."
"Itu paksaan dari kakakku."
"Bagus sekali Arka memaksamu, dan kau menurut saja."
"Iya karena waktu itu aku masih sekolah jadi belum punya uang untuk membiayai hidupku, mana mungkin aku menolak perintahnya, tapi ternyata sekarang berguna, jadi tidak sia-sia paksaannya."
Ronald dan Humaira tertawa bersama sambil terus berjalan menuju kantor rumah sakit.
Di ruang rawat Rey sedang berbicara serius dengan Pak Wahyu menyangkut tentang jati diri Regan dan tentang siapa saja musuh dari keluarga Danil.
"Jadi Regan adalah putra adik pak Wahyu, yang menjadi asisten pribadi ibunya Danil."
"Iya, waktu itu saya masih menjadi karyawan biasa di kantor ibunya Pak Danil."
"Lalu kenapa selama ini Danil hanya diam saja, seolah tak ada apapun yang terjadi, atau tak merasa kehilangan Regan?"
"Pak Danil hanya menjaga kondisi psikologisnya saja, sebenarnya dia juga pernah putus asa setelah mengetahui bahwa penyebab Regan hilang adalah dirinya, karena itulah Pak Danil jarang mempunyai sahabat, satu-satunya sahabat yang dia punya adalah Tuan Ronald, dan satu-satunya wanita yang dicintai Pak Danil hanya nyonya Jelita. Pak danil takut berteman semenjak itu, apa lagi ditambah peristiwa nyonya Jelita kecil dulu, dia menjadi lebih dingin dan tertutup."
Rey terdiam menyimak apa yang di ceritakan oleh Pak Wahyu, jadi itu sebabnya Danil selama ini terkesan dingin walau setelah mengenalnya Danil tak sedingin dengan orang-orang yang tak ia kenal. Boleh dikatakan danil dingin pada orang lain tapi tidak dengan keluarganya.
"Ternyata banyak misteri di kehidupan Danil yang belum terungkap." Ujar Rey pada Wahyu.
"Ya, makanya saya senang saat mengetahui bahwa Pak Danil menikah dengan nyonya Jelita, walau saya paham betul awal mereka menikah Pak Danil terlalu kasar dan dingin pada nyonya, untunglah nyonya perempuan sabar dan mempunyai mental yang kuat."
Rey mengangguk setuju dengan yang di ucapkan oleh Pak Wahyu, beberapa saat kemudian ponselnya bergetar, berisi pesan dari Jelita.
"Sial!!"
"Ada apa pak Rey?"
Rey langsung bergegas pergi tanpa menghiraukan pertanyaan dari Pak Wahyu yang sedang bingung dengan apa yang terjadi.