Di kurung
Di kurung
Ronald membenturkan kepalanya pada pintu mobil, dia tak perduli akan apa yang terjadi dengan dirinya, satu hal yang ia pikirkan menyalamatkan Jelita.
"Apa yang kamu lakukan, Ronald."
"Lebih baik aku mati dari pada harus melayani nafsu bejat mu, James."
Yah, demi menghindari ciuman buas yang terus saja di lancarkan oleh James, akhirnya Ronald memilih membenturkan kepalanya pada pintu mobil.
"Kamu gila Ronald."
"Bukan aku tapi kamu."
"Kamu gila karena kamu membohongi dirimu sendiri, tubuhmu tidak bisa berbohong, kau masih menginginkan ku, tapi kenapa reaksi bibirmu seolah kau menolakku? Dan apa yang baru saja kau lakukan? itu hanya akan menyakiti dirimu." James menyeringai.
"Apa kau tidak mau bertemu dengan adikmu?"
"Kau bawa kemana dia?"
"Dia berada di tempat yang aman, sebentar lagi kau akan bertemu dengannya."
Ronald tak menjawab bahkan dia mengacuhkan James, wajahnya berpaling ke jalanan yang sepi, dia tak tahu kemana dia akan dibawa oleh James, tapi paling tidak dia akan bertemu dengan Jelita.
BRaakkkkk!!!
Jelita didorong ke sebuah kamar berukuran kecil dan pengap, kedua tangannya terikat ke belakang, mulutnya disumpal dengan kain berwarna hitam, tak ada yang bisa Jelita lakukan saat ini kecuali menunggu sang penculik yang ia yakini satu komplotan dengan yang membawa Ronald. Namun ia mengirimkan sinyal SOS pada Rey melalui jam tangannya yang sudah ia desain secara khusus.
Dilain pihak Danil mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan, menuju kantor Arka. Danil segera keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya, Arka yang sudah di telpon Danil sebelumnya telah menunggu di lobi kantor.
"Selamat siang Pak Arka."
"Selamat siang Pak Danil, tolong panggil Arka saja."
"Oke Arka." Danil berjalan mengikuti Arka menuju ke ruangannya.
"jadi bagaimana kejadiannya?" Tanya Arka pada Danil, kemudian tanpa membuang waktu Danil menceritakan semuanya pada Arka.
"Dimana ponsel Jelita?"
Danil langsung menyerahkan ponsel milik Jelita pada Arka, kemudian menyambungkan pada sebuah kabel lalu muncul sebuah peta lokasi terakhir dimana taksi itu berhenti.
Beruntung di jalanan yang terakhir dilintasi oleh Jelita bersama sopir taksi terdapat CCTV jadi mereka dapat melihat wajah sang penculik dan plat mobil mereka. Arka lantas melacak kepemilikan plat mobil tersebut beserta alamatnya.
Ditempat lain Rey yang sedang sibuk dengan setumpuk berkas dihadapannya tiba-tiba harus berhenti karena sinyal SOS yang dikirimkan oleh Jelita. Rey langsung bergegas meninggalkan ruang kantornya dan menuju titik lokasi dimana sinyal SOS itu berasal.
Rey tahu persis Jelita tak mungkin menggunakan sinyal SOS jika tidak terdesak, dan lokasinya pun lumayan jauh, berada di pinggir kota. Segera saja dia menghubungi Danil untuk bertanya apa yang terjadi. Rey mengambil kunci motor di laci meja kerja Ronald, selama dia menggantikan Ronald, Rey sudah hafal seluk beluk kantor Ronald dan barang pribadi kakaknya itu. Jika dia menggunakan mobil akan memakan waktu lama, karena jalanan yang pasti macet, maka dia menggunakan Ronald untuk menuju ke titik lokasi SOS.
Setelah mendengar apa yang terjadi dari Danil, Rey lalu menyuruh Danil dan Arka ke lokasi yang dia kirimkan. Walau Danil penasaran dengan bagaimana cara Rey mengetahui lokasi Jelita, tapi Danil yakin Rey tidak sedang bercanda akan hal itu, Danil bahkan meyakini kalau Rey juga salah satu tim cyber bersama Jelita.
Danil mengerahkan seluruh anak buahnya kelokasi dan Arka menyuruh anak buahnya juga untuk segera bergerak menuju lokasi penculikan. Danil dan Arka langsung masuk ke dalam mobil dan bersama Tim kepolisian menuju titik yang di tunjukkan oleh Rey.
'Bertahanlah Jelita, kakakmu akan menolongmu.' Gumam Rey sambil melajukan motornya semakin kencang.
Ronald merasa dunianya akan segera runtuh, setelah mereka sampai di sebuah rumah mewah Ronald langsung dibawa ke sebuah kamar yang besar dan luas, yah kamar James.
James sosok laki-laki yang selalu ada dan setia pada satu orang pasangan gay nya yaitu Ronald, namun sejak Danil kembali dari luar negeri, Ronald sering melupakan James. Namun sayangnya Ronald selalu pandai menutupi jika Danil adalah seorang gay, maka James tak pernah curiga dengan keakraban mereka, namun satu orang yang selalu membuatnya cemburu yaitu seorang gadis yang selalu di cari oleh Ronald, dan kini James mendapatkan gadis itu, apa mungkin dia akan melepaskannya?
"James, hentikan!" Triak Ronald ketika James sudah mulai mencium Ronald dengan menggila. Ronald sudah berjanji pada Rey jika dia belum bisa menjadi laki-laki normal paling tidak ia tak melakukan perbuatan itu lagi.
"Jangan hentikan aku, atau kalo tidak gadis itu yang akan menjadi gantinya." Jawab James dengan seringai yang mengerikan.
"Jangan sentuh dia.! atau aku akan membunuhmu." Ancam Ronald.
"Kau bahkan tidak bisa menyelamatkan dirimu, bagaimana bisa kau menyelamatkan gadis itu, Hm?"
"Biadab kamu, James. Menyesal aku mengenalmu."
DUAK!!
James memukul Ronald dengan keras, darah mengucur dari sudut bibir Ronald. Namun sekejap kemudian James menyesali dengan apa yang ia perbuat.
Dia menyentuh sudut bibir Ronald yang berdarah, namun dengan cepat Ronald memegang tangan James yang hendak menyentuhnya dan menghempaskannya kasar.
"Maafkan aku sayang, aku . . . aku . . .sunggu menyesal." Ucap James dengan tatapan sendu karena penyesalan yang dalam.
"Kamu sudah tidak waras, kamu gila James." Ucap Ronald.
James kembali tersulut emosi kemudian hendak menampar Ronald namun lagi-lagi Ronald menangkisnya.
"Kamu benar-benar gila James!!!"
James kalap dengan bringas dia mencium Ronald dengan kasar, tangan Ronald menggapai benda apapun di atas nakas samping ranjang, Dan. . .
PYARRR
Vas bunga hinggap dengan tepat di atas kepala James, dengan sekuat tenaga Ronald menggulingkan tubuh James yang tak berdaya di atasnya. Dengan susah payah Ronald mencoba turun dari ranjang, memutar penglihatannya ke berbagai penjuru untuk mencari kursi rodanya namun tak ia temukan.
Ronald berhasil turun dari ranjang dengan tangannya sebagai penopang, kemudian merayap menuju pintu kamar, namun sial untuk Ronald James masih tersadar, lalu dengan terhuyung berjalan ke arah Ronald.
"Mau kemana Kau Ronald?"
Dengan membabi buta James memukul badan Ronald, dengan posisi tengkurap sangat sulit bagi Ronald untuk hanya sekedar menangkis pukulan James, dia memegang kepalanya supaya tidak terkena pukulan James.
Setelah James merasa puas memukuli Ronald, kemudian dia membuka pintu kamarnya dan menyuruh anak buahnya, membawa Ronald ke ruang penyekapan dimana Jelita di sekap.
Ronald lemas, tiada daya lagi untuk melawan, namun hatinya cukup tenang mendengar bahwa ia akan dibawa ketempat dimana Jelita di sekap.
BRuuuKKKKK!!
Tubuh Ronald di dorong masuk dengan kasar oleh anak buah James. Jelita menatap tubuh yang tak bergerak sama sekali, dengan tatapan nanar. wajah Ronald penuh luka pukul, begitu juga dengan bagian tubuh yang lain.