aku, kamu, and sex

Kenyamanan



Kenyamanan

2Ronald menatap laporan yang diberikan oleh Arya sang asisten setia, matanya kadang menyipit kadang dahinya berkerut, dan tangannya membolak-balik kertas yang ada dihadapannya.     

"Jadi Scoot tinggal di sebuah bar di negara C?" Tanya Ronald pada Arya.     

"Benar Bos, dan dia tak sendiri dia bersama pria asli negara ini, bernama Regan.     

"Regan?" Ronald menatap Arya sambil mengerutkan dahinya.     

"Benar bos, saat terjadi penangkapan Tuan Matt, Regan dan Scoot pulang kenegaranya, dan menjalankan bisnis mereka, dan satu temuan lagi bos, ternyata merekalah yang memesan senjata pada kita, dan waktu itu yang ingin bertemu dengan anda adalah Tuan Mattius Gordon."     

"Begitukah?"     

"Iya Bos."     

"Lalu sejauh mana keterlibatan mereka dengan gangster lain di negara tersebut."     

"Gengster pimpinan Tuan Matt adalah gangster terbesar di negara itu dan musuh mereka pun sama dengan kita yaitu Geng Astro, yang masih sering melakukan penangkapan dan penyekapan terhadap anak-anak dan remaja untuk dijual dan di jadikan budak sex."     

"Berarti selama ini kita salah menilai mereka."     

"Sepertinya Iya bos, tapi kita tidak boleh gegabah, saya akan tetap melanjutkan penyelidikan."     

"Baik, saya tunggu laporan kamu selanjutnya."     

"siap bos, kalau begitu saya permisi dulu bos."     

"Oya, Arya tolong bilang pada resepsionis kalau ada anak gadis kesini mengantarkan makanan pada saya, langsung suruh ke ruangan saya."     

"Maksudnya Rena Bos?"     

Ronald diam untuk sesaat, memang asisten yang luar biasa bahkan kehidupan pribadi bosnya ia mampu menyelidiki.     

"Hm."     

Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir Ronald kemudian menunduk melihat berkas yang ada di atas meja, untuk menyembunyikan wajahnya yang gugup bahkan kini sudah semerah tomat.     

Arya diam-diam tersenyum, sejak kedatangan Rena dalam kehidupan Ronald membawa dampak besar untuk sang bos, Sang bos lebih santai dan lebih banyak tersenyum. Arya menarik nafas panjang kemudian melangkah keluar dari ruangan sang bos.     

Sesuai dengan apa yang diperintahkan Ronald, Arya langsung menelpon ke resepsionis untuk menyampaikan pesan bosnya, dan Arya tersenyum kala malah mendengar penuturan dari resepsionis bahwa orang yang di tunggu sang bos sudah ada di resepsionis.     

"Ternyata sang bos menyukai daun muda, bahkan SMU aja belum lulus." Gumam Arya di dalam ruangannya. Sudah pasti untuk beberapa jam sampai Rena keluar dari ruangan sang bos dia tak akan berani masuk ke ruangan itu, kalau tidak mau langsung di tembak ditempat.     

Di ruangannya Ronald Nampak tersenyum senang, kala sosok yang ia tunggu hadir di hadapannya.     

"Sini Ren." Ucap Ronald sambil menepuk sofa kosong disampingnya.     

Rena mengikuti perintah Ronald, duduk didekat Ronald dan membuka makanan yang ia bawa.     

"Ngapain sih, om ga beli aja makanannya, kenapa mesti Rena yang masak." Protes Rena, karena beberapa jam yang lalu Ronald menelponnya dan meminta ia untuk masak makan siangnya sekaligus mengantarkannya ke kantor.     

"Ga apa-apa, emang ga boleh?" Tanya Ronald sambil melihat makanan yang terhidang di meja, hanya makanan sederhana tapi itulah Ronald yang justru menyukai masakan rumahan ketimbang makanan yang dijual di restoran.     

"Dulu aku suka jajan, Ren. Tapi sejak aku tinggal di rumah orang tuaku, aku jadi suka makan masakan mama, karena saat ini mama sedang tidak ada di rumah, jadi kamu yang aku suruh masak buat aku."     

"Kenapa mesti Rena coba? Om memangnya ga punya pacar?" Tanya Rena polos.     

"Gak, emang kamu mau jadi pacar aku?" Tanya Ronald sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.     

"Idih, masak pacaran sama om-om sih." Rena begidik ngeri. Sambil mengeser duduknya agak menjauh dari Ronald.     

"Masakan kamu enak, Ren." Alih-alih marah dengan ucapa Rena, Ronald justru memuji masakannya.     

"Pasti habis ini ada maunya deh, pake acara muji-muji segala."     

"Emang." Jawab Ronald cuek.     

"Tuh kan." Jawab Rena sambil cemberut. Ronald terkekeh.     

Melihat Rena yang cemberut malah membuat ia senang, entah kenapa Ronald selalu merasa bahagia setiap kali berdekatan denga Rena, sebesar apapun masalah yang sedang ia hadapi selalu lenyap kala ia berhadapan dengan Rena. Itu yang membuat Ronald nyaman berada bersama Rena, Ronald tak kan memusingkan berapa usia Rena, atau bagaimana latar belakang keluarga Rena, bahkan ia tak pernah memusingkan hubungan apa sebenarnya yang mereka jalani saat ini, yang Ronald lakukan hanyalah ingin menikmati kebersamaannya dengan Rena, itu saja. Apa ini sebuah rasa cinta Ronald pun belum yakin akan hal itu, namun ia benar-benar tak memikirkannya, Ia hanya ingin egois kali ini, membaut Rena selalu ada untuknya walau tak tahu harus member status hubungan mereka seperti apa.     

"Hak…" Ucap Ronald menyuruh Rena membuka mulutnya.     

"Ayo makan biar mulutmu itu kerjanya ga mengerutu terus." Ucap Ronald lagi dengan tatapan lembut yang akan selalu membuat Rena menuruti perintahnya.     

Dengan ragu Rena membuka mulutnya, karena takut ia kena prank seperti tempo hari. Sudah membuka mulutnya lebar eh.. makanannya masuk ke mulut yang lain, kan Rena jadi kesel. Namun kali ini Ronald beneran menyuapi dia makan. Rasanya enak dan selalu berhasil membuat Rena bahagia.     

Rena mengira hidupnya akan sepi dan sendiri selepas meninggalnya kedua orang tuanya, tetapi ternyata Allah memberinya Ronald sebagai kawan, kakak, serta om dan yang jelas ia selalu merasa aman jika berada di dekat Ronald.     

"Sini biar Rena yang gentian suapin om, apa yang dikatakan bunda memang benar, makan dari tangan orang lain itu lebih nikmat dari pada tangan sendiri."     

Ronald tersenyum melihat ekspresi senyum manis yang tampil di wajah Rena.     

"Baiklah kalau kita lagi makan bareng, aku yang akan nyuaoin kamu." Ucap Ronald sambil membetulkan letak poni yang berantakan hingga menutupi wajah Rena.     

"Beneran tapi, ga di prank lagi kayak kemarin." Ucap Rena sambil memonyongkan bibirnya.     

"Iya aku janji, jangan cemberut gitu dong, nanti kalau aku jadi pingin cium gimana?" Ucap Ronald menggoda Rena.     

"Ih, jiwa mesumnya kumat." Ucap Rena sambil menyuapi Ronald yang tersenyum padanya.     

"Ga apa-apa mesumnya Cuma sama kamu kan." Jawab Ronald di sela-sela kunyahannya.     

"Udah om-om, mesum pulak, kenapa om ga cari istri aja sih om."     

"Kamu mau ga jadi istri om?" Tanya Ronald sambil memainkan kedua alisnya.     

"Rena masih kecil, mau om disebut pedofil?"     

"Biarin aja, sekarang banyak kok kakek-kakek yang nikah sama gadis, berarti ga salah kan kalau aku nikah sama kamu, lagian aku juga belum tua-tua amat, ganteng, tajir lagi." Ronald tertawa karena tiba-tiba Rena mencibir ke arahnya.     

"Nanti malam aku nginep di rumah kamu lagi ya, sepi di rumah ga ada mama."     

"Perasaan dari kemarin, ada mamanya om juga tetep nginep di rumah Rena deh."     

Ronald terkekeh, "Bener juga kamu, habis enak di rumah kamu, kecil tapi nyaman."     

"Ya, ga apa-apa kalau om mau tidur di bawah lagi."     

"Emang selama ini aku tidur di mana kalau ga dibawah?"     

"Oyaya, he…" Rena nyengir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.