Ayah Rena
Ayah Rena
"Ya, kau punya kakak." Ucap Richard sambil menatap manic mata anak gadisnya, mata coklat Sarah.
"Benarkah?" Tanya Rena meyakinkan dirinya, bahwa apa yang di katakana sang ayah tidaklah berbohong.
"Kita akan menemuinya, menemui kakakmu." Richard tersenyum kemudian membelai rambut putrid tercintanya.
"Benarkah ayah, aku akan bertemu dengan kakakku?"
"Benar, bahkan kita bisa berangkat sekarang, tapi kita ke rumah ayah dulu ya."
"Iya ayah."
"Ya sudah kamu siap-siap ya."
"Hm.." Rena masuk ke dalam kamarnya dan memasukkan barang-barang yang menurutnya penting.
Sebelum ia keluar dari kamarnya, Rena melihat jas putih yang tergantung di balik pintu, dia menatapnya sejenak seolah sedang berpikir, dan beberapa detik kemudian dia mengambil jas itu dan memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya.
Rena keluar dari kamar, dan kembali menemui sang ayah yang sedang menatap foto-foto di sebuah album yang tergeletak di dalam rak kaca dekat vas bunga.
"Ayah." Richard menoleh dan melihat sang anak yang sudah berganti pakaian. Richard terkekeh melihat tampilan putrinya yang layaknya seorang laki-laki.
Rena melihat seluruh tubuhnya, kemudian bertanya pada sang ayah, "Kenapa ayah tertawa, apa baju yang Rena pakai ini jelek?"
Richard dan Aldo tak tahan untuk tidak tertawa, "Apapun yang kamu pakai, akan terlihat cantik karena yang pakai memang cantik."
Rena tersenyum pada sang ayah dan juga pada Aldo. Ditatap sedemikian manisnya oleh Rena membuat darah Aldo berdesir. Ada getaran yang aneh ketika menatap Rena.
"Ayo kita berangkat." Ajak Richard pada putrinya.
"Sebentar, Yah." Rena menatap foto bunda dan ayahnya, kemudian membelai foto itu, dan sebelum pergi ia menuliskan pesan pada secarik kertas yang ia selipkan pada foto itu.
[Aku pergi om, tapi akan kembali lagi] tulis Rena pada kertas itu.
Rena yakin Ronald akan kesini dan mencarinya, bahkan Rena tau bagaimana khawatirnya Ronald jika tak menemukan dirinya.
"Kamu menulis apa?" Tanya Richard pada Rena.
"Menulis pesan untuk seseorang, pasti dia akan kesini dan mencari Rena."
"Siapa? Kekasihmu?"
Rena tak menjawab, hanya wajahnya yang berubah merah sebagai jawaban, Richard bisa menyimpulkan bahwa seseorang itu adalah orang yang special untuk anaknya.
"Suatu saat ayah pasti mengenalnya."
Richard tersenyum, dan mengikuti Rena yang keluar dari toko bunganya, kemudian perlahan akan menurunkan Rolling dor, namun Aldo mencegahnya.
"Biar saya yang melakukannya, Nona." Ucap Aldo pada Rena.
Rena tersenyum dan membiarkan Aldo menutup Rolling dor nya.
Richard mengandeng sang anak untuk menuju ke sebuah mobil mewah yang terparkir tak jauh dari rumah Rena. Sang sopir dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Tuan dan nona mudanya. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil Aldo dan sang sopir bergantian masuk ke dalam mobil di sisi depan.
Aldo menatap Rena dari kaca spion, wajah yang imut, mata coklat yang indah, serta senyumnya yang menawan, membuat Aldo sulit untuk berpaling dari wajah itu.
"Kita pulang ke pulau dulu, Do. Dan tolong kamu urus paspor dan visa untuk Rena, kami akan menyusul Danil."
"Baik Tuan." Jawab Aldo dan kembali menatap Rena dari spion sekilas karena takut ketahuan oleh Tuannya.
Mobil itu meluncur ke jalanan yang padat ketika tak sengaja Rena melihat mobil yang di kendarai Ronald berhenti di lampu merah, namun Ia tak mungkin berteriak atau meloncat turun dari mobil kan, akhirnya Rena hanya menatap mobil itu yang ia yakini menuju rumahnya, Rena hanya berdoa semoga Ronald menemukan pesan yang ia tulis.
"Kamu lihat apa, Sayang?" Tanya Richard ketika melihat putrinya tak henti menatap keluar jendela hingga memutar kepalanya untuk melihat sesuatu yang seolah tertinggal disana.
"Ga ada ayah." Jawab Rena kemudian tersenyum, Richard memeluk bahu Rena dan merebahkan kepalanya pada pundaknya.
"Istirahatlah, perjalanan kita masih agak jauh."
"Jadi kita akan ke luar negri, Yah?" Tanya Rena pada sang ayah.
"Ya, kakakmu dan istrinya tinggal disana, dan saat ini kakakmu sedang sakit, dan membutuhkan ayah."
"Kenapa ayah meninggalkan kakak, kalau kakak masih membutuhkan ayah."
"Karena ayah harus mencarimu, dan membawamu kembali ke rumah kita."
Rena merebahkan kepalanya pada bahu sang ayah, ayah yang selama ini ia rindukan, tanpa tahu bagaimana wajahnya, tanpa tahu dimana sang ayah berada. Dan kini Ia sudah menemukan ayahnya, Rasa bahagia dan damai tak dapat ia pungkiri, walau ada sisi lain yang hilang.
'Om Ronald.' Bisik Rena dalam hati.
Rena tiba-tiba ingat sesuatu, dia mengambil tasnya dan mencari-cari sesuatu. Richard mengernyitkan dahi melihat apa yang di lakukan anaknya.
"Apa yang kamu cari Rena?" Tanya Richard lembut.
"Aku mencari ponselku ayah, sepertinya tertinggal di rumah."
"Tapi kita tak mungkin kembali lagi ke rumah, Rena. Ini sudah sangat jauh, Begini saja ayah akan membelikan yang baru untuk mu."
"Ponsel itu pembelian seseorang ayah, dan didalamnya ada nomor orang itu."
"Berarti dia adalah orang yang sangat berarti untuk mu."
"Ya, selama ini dia yang menjagaku dan juga membantu memenuhi kebutuhanku, dan terkadang membantuku menyelesaikan PR ku,"
"Hm."
"Orang itu sangat baik, ayah ingin mengenalnya."
"Rena akan mengenalkannya pada ayah suatu hari nanti."
Mendengar apa yang di ucapkan Rena pada Tuannya membuat Aldo menunduk, apakah orang yang dimaksud Rena adalah laki-laki? Atau seorang perempuan. Hal ini masih membuat Tanya untuk Aldo.
"Kita sudah sampai Tuan." Ucap Aldo pada Richard.
"Ayo kita turun, kita harus melanjutkan perjalanan kita menggunakan pesawat kecil itu untuk menuju rumah ayah."
"Memangnya ayah tinggal dimana?" Tanya Rena yang penasaran kenapa harus menggunakan pesawat untuk menuju ke rumahnya.
"Ayah membeli sebuah pulau dan ayah tinggal disana, kau pun akan tinggal disana bersama ayah, ayo sekarang kita turun." Ajak Richard sambil memegang tangan anaknya.
Dengan langkah ragu Rena mengikuti ayahnya berjalan menuju ke pesawat yang ada di hadapannya. Richard mengerti keraguan yang di rasakan oleh putrinya.
"Jangan takut, sayang. Ada ayah." Ucap Richard yang membuat Rena lebih nyaman bersamanya.
Rena mengeratkan pegangannya pada lengan sang ayah, kemudian masuk ke dalam bersamanya dan diikuti aldo di belakangnya.
"Apa akan lama, Yah?"
"Apa kamu takut?"
"Ini pertama kalinya Rena naik pesawat."
Richard tersenyum dan memeluk anak gadisnya penuh sayang. "Ayah akan selalu memelukmu., sayang. Jadi jangan mengkhawatirkan apapun lagi."
Rena memeluk lebih erat sang ayah ketika dirasa pesawat sudah mulai naik ke udara, Richard mengecup lembut kepala sang anak penuh sayang.
Rasa syukur yang begitu besar ia rasakan, bisa bertemu dengan sang anak dan akan segera mengakhiri segala pertikaian serta kesalah pahamannya dengan Danil.