Pertemuan Ronald dan Rena 2
Pertemuan Ronald dan Rena 2
Flash back On
"Ayah, antar Rena pulang sekarang." Ucap Danil pada Richard.
Richard menghela napas panjang dan mengangguk karena Rena memang sudah diijinkan pulang oleh dokter, sedangkan Danil harus menunggu satu hari kedepan untuk melihat perkembangan kesehatannya.
"Kita pulang, sayang." Ajak Richard pada Rena, yang juga tak berani membantah kakaknya.
Rena menatap Ronald yang tersenyum padanya, kemudian membetulkan poni yang bertebaran di seluruh dahi gadis kecil yang ia cinta "Pulanglah, jangan khawatir, Danil tak kan membunuhku."
Rena mengangguk kemudian turun dari ranjang, berjalan menghampiri sang kakak, mencium pungung tangannya dan pungung tangan Jelita, tak lupa juga berpamitan dengan Tuan Handoko dengan melakukan ritual yang sama.
"Hati-hati ayah." Ucap Jelita pada Richard yang dibalas anggukan mantab dan senyuman hangat.
"Jelita ayo kita keluar, kita butuh refreshing, sepertinya ada yang harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan restu." Ucap Handoko pada Jelita.
Jelita terkekeh, "Ayo ayah kita pergi saja, biarkan para singa berantem."
Jelita mengapit lengan Tuan Handoko dan keluar dari ruangan Danil, kini hanya tersisa Ronald dan Danil di dalam ruang rawat inap itu.
Ronald menghela nafas panjang kemudian berdiri menghadap jendela dan menatap pemandangan kota dari sana.
"Jadi Rena adalah adikmu."
"Ya, dan kamu pria gila yang berani menyukai adikku, kau bahkan telah berjanji padaku untuk menjaga Jelita jika aku__"
"Tidak akan terjadi apa-apa dengan dirimu, jangan pernah berani meninggalkan Jelita, aku yakin kita bisa terus bersama kau, aku, Jelita kita akan sama-sama hingga kita tua dan akhirnya mati setelah kita punya sepuluh orang cucu." Ucap Ronald memutus ucapan Danil.
"Tidak ada yang lebih mencintai Jelita dari pada kamu, dan kamu harus ingat anak kamu yang masih dalam kandungan Jelita, aku ingin melihatmu dan Jelita bahagia bersama anak-anak kalian, aku yakin kamu akan sembuh Danil." Imbuh Ronald menatap wajah Danil yang juga sedang menatapnya.
"Rena adikku, dia yang mendonorkan sum-sum tulang untukku."
Ronald terdiam, hanya menatap wajah sendu sang sahabat sekaligus mantan pacarnya ini.
"Aku tak tahu jika selama ini aku mempunyai adik, aku baru tahu saat mengirimkan gambar Rena yang sedang menyiram bunga disana ayah menulis bahwa dia adikku. Hatiku bahagia mengetahui bahwa aku punya seorang adik perempuan yang sangat manis dan mempunyai bola mata yang indah mirip dengan tante sekar."
"Sekar?" Tanya Ronald karena dia tahu Sekar adalah nama toko bunga milik Rena.
"Sekar adalah istri paman Richard yang juga sebenarnya adalah ayah kandungku, karena ayah Frans sebenarnya mandul dan tak bisa memiliki anak."
"Aku tahu pasti selama ini Rena telah hidup susah dan kekurangan, aku tak ingin dia terluka atau tersakiti oleh siapapun."
"Aku berterimakasih kau membantunya selama ini, dan Rena selalu menceritakan tentang dirimu, walau dia tak pernah menyebutkan namamu."
Ronald terus diam dan hanya mendengar dengan seksama apa yang Danil ceritakan.
"Aku tahu kau akan menjaga Rena dengan baik, dan aku tak pernah meragukan kesetiaanmu pada orang yang kau cintai, namun aku juga tak ingin Rena dalam bahaya."
Ronald menatap Dahil yang sedang menatapnya dengan tajam kala mengucapkan kata 'Bahaya'.
"Maksud kamu apa, Danil?"
"Selesaikan urusan dunia hitammu, tuntaskan semua dendammu, baru ku ijinkan kau menjalin hubungan dengan Rena." Ucap Danil tegas.
"Dari mana kau tahu?" Tanya Ronald penasaran dari mana Danil tahu tentang dunia hitamnya padahal tak pernah ia bercerita tentang hal itu padanya.
"Bahkan Jelitapun tahu." Ucap Danil santai.
"Maafkan aku Danil."
"Tak perlu minta maaf, aku tahu kenapa kau bisa terlibat dengan dunia hitam, kau mencari seseorang yang menyelamatkanmu dari penculikan dan juga ingin tahu siapa dalang dari penculikanmu bukan, itu sudah wajar kau menjadi dendam, karena apa yang terjadi padamu itu karena mereka."
"Aku akan segera menyelesaikan urusanku dengan para gangster itu."
"Kau benar-benar mencintai adikku?"
"Aku hanya tahu jika aku sangat merindukannya, dan aku takut kehilangannya, bahkan aku rela menunggunya setiap hari di rumahnya hanya ingin melihat wajah polosnya, dan wajah ketusnya kala ia sedang marah." Ucap Ronald sambil terkekeh.
"Kemarilah." Perintah Danil. Ronald mendekati Danil dengan langkah malas.
"Duduklah." Ronald menurut dan duduk di sisi ranjang Danil.
Danil dengan sengaja hendak mencium Ronald karena ingin tahu bagaimana reaksi tubuh Ronald. Namun Ronald menyadari apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya ketika tengkuknya dipegang oleh Danil.
"Brengsek!!!Sialan kau, Danil.!!!!" Murka Ronald, sedangkan Danil sudah tertawa terbahak-bahak melihat Ronald yang mengumpat dan mengucapkan sumpah serapahnya karena tindakan yang baru saja dia lakukan.
"Aku hanya ingin tahu bagaimana reaksi tubuhmu, aku takut Rena tak mendapatkan kepuasan darimu kelak?" Ucap Danil sambil tertawa.
"Kau piker aku impoten? Bahkan aku bisa menghamili Rena sekarang juga jika itu yang kau mau." Sungut Ronald sambil berkacak pingang menghadap Danil.
"Jangan marah-marah, kasian adikku yang harus hidup denga laki-laki yang tambah tua karena sering marah-marah."
"Awas kau Danil, aku akan hamili adikmu biar kau tahu kalau aku sekarang laki-laki normal sama seperti mu yang mampu menghaili Jelita."
"Awas saja kau berani melakukan itu pada Rena sebelum kalian menikah, aku potong milikmu__Tapi ngomong-ngomong memangnya Rena juga mencintai kamu? Aku piker dia hanya menganggap kamu sebagai om-nya."
Rena menarik nafas panjang dalam hatinya membenarkan apa yang diucapkan Danil, jangan-jangan Rena tak mencintai dia sebagai laki-laki namun hanya sebagai om yang selalu menjaga dan merawatnya.
"Bahkan aku bisa membuat Rena jatuh cinta padaku, walau dia ga cinta." Ucap Ronald percaya diri.
"Caranya?"
"Rahasis, kau pasti akan mengagalkan rencana ku kalau aku kasih tahu."
Danil mencibir, "Terserah kamu, asal selesaikan urusan kamu dulu dan jangan sampai melibatkan Rena, dan satu lagi, biarkan Rena melanjutkan pendidikannya setinggi yang ia mau, dan biarkan ia menggapai cita-citanya."
"Oke, aku akan ikuti semua yang kamu katakana, tapi tolong jangan cegah aku untuk menemui Rena, aku tak bisa jika tak melihat wajah polosnya."
"Tidak boleh." Ucap Danil walau hanya bermaksud bercanda.
"Danil kau tega padaku, sama saja kau membunuhku secara perlahan." Kata Ronald dengan wajah yang menunduk lesu.
"Tidak boleh tidak bertemu maksudku." Timpal Danil santai.
Ronald menegakkan pungungnya dan menatap Danil tak percaya, dia boleh menemui Rena, Ronald memeluk Danil erat. Yang membuat Danil tak henti mengumpat.
"Brengsek!!awas kau! Apa kau ingin membunuh calon kakak iparmu, Hah!!" Bentak Danil sambil mendorong tubuh Ronald kesal.
Flash back off